BKSDA gandeng kepolisian selidiki kematian harimau di Aceh Selatan
1 Juli 2020 11:39 WIB
Petugas dari BKSDA Aceh melakukan nekropsi terhadap bangkai harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang ditemukan mati di kawasan perkebunan masyarakat di Kabupaten Aceh Selatan, Aceh. ANTARA FOTO/Hafizdhah/Lmo/pras/pri.
Banda Aceh (ANTARA) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh menggandeng kepolisian untuk menyelidiki kematian seekor harimau sumatera (panthera tigris sumatrae) di Trumon Timur, Kabupaten Aceh Selatan.
Kepala BKSDA Aceh Agus Arianto di Banda Aceh, Rabu, mengatakan dari hasil nekropsi (pemeriksaan kematian) satwa dilindungi tersebut, penyebab kematiannya karena diduga keracunan.
"Penyelidikan ini untuk mengetahui harimau sumatera tersebut diracun karena unsur kesengajaan atau tidak. Jika ada unsur kesengajaan, tentu ada pihak yang terlibat," kata Agus Arianto.
Agus Arianto mengatakan harimau betina dengan perkiraan umur dua hingga tiga tahun tersebut ditemukan mati di perkebunan masyarakat di Desa Kapa Seusak, Kecamatan Trumon Timur, Aceh Selatan Senin (29/6) pukul 06.35 WIB
Baca juga: Seekor harimau sumatera ditemukan mati di Aceh Selatan
Berdasarkan hasil nekropsi, kondisi bangkai harimau sudah mengalami pembusukan. Ada pendarahan dari lubang hidung dan bulu gampang rontok, jaringan bawah kulit sebagian memar.
Kemudian, ada luka diduga akibat kawat duri di bagian perut. Lidah sebagian mengalami sianosis (kondisi tampak berwarna kebiruan karena kurangnya oksigen dalam darah). Saluran pencernaan dan lambung mengalami pendarahan.
"Ada ditemukan zat diduga racun insektisida pada kulit kambing yang sebelumnya dimangsa harimau tersebut. Hasil nekropsi disimpulkan bahwa kematian harimau diduga karena keracunan," kata Agus Arianto.
Agus Arianto menyebutkan tim nekropsi mengambil sampel di antara hati, jantung serta organ vital harimau lainnya termasuk isi lambung, kulit kambing diduga dilumuri racun untuk diperiksa lebih lanjut di laboratorium.
"Tujuan pemeriksaan laboratorium untuk lebih memastikan penyebab kematian harimau sumatera serta bahan penyelidikan kepolisian," kata Agus Arianto.
Agus Arianto menegaskan harimau sumatera merupakan satwa dilindungi. Satwa yang hanya ditemukan di Pulau Sumatera tersebut masuk dalam spesies terancam dan berisiko tinggi punah di alam liar.
"Kami mengajak masyarakat menjaga kelestarian harimau sumatera dengan cara tidak merusak hutan yang merupakan habitat alami. Serta tidak memasang jerat ataupun racun yang dapat menyebabkan kematian satwa dilindungi tersebut," kata Agus Arianto.
Baca juga: Pusat konservasi harimau sumatera akan dibangun di Giam Siak Kecil
Baca juga: BKSDA Aceh lepas liarkan harimau sumatera ke TNGL
Kepala BKSDA Aceh Agus Arianto di Banda Aceh, Rabu, mengatakan dari hasil nekropsi (pemeriksaan kematian) satwa dilindungi tersebut, penyebab kematiannya karena diduga keracunan.
"Penyelidikan ini untuk mengetahui harimau sumatera tersebut diracun karena unsur kesengajaan atau tidak. Jika ada unsur kesengajaan, tentu ada pihak yang terlibat," kata Agus Arianto.
Agus Arianto mengatakan harimau betina dengan perkiraan umur dua hingga tiga tahun tersebut ditemukan mati di perkebunan masyarakat di Desa Kapa Seusak, Kecamatan Trumon Timur, Aceh Selatan Senin (29/6) pukul 06.35 WIB
Baca juga: Seekor harimau sumatera ditemukan mati di Aceh Selatan
Berdasarkan hasil nekropsi, kondisi bangkai harimau sudah mengalami pembusukan. Ada pendarahan dari lubang hidung dan bulu gampang rontok, jaringan bawah kulit sebagian memar.
Kemudian, ada luka diduga akibat kawat duri di bagian perut. Lidah sebagian mengalami sianosis (kondisi tampak berwarna kebiruan karena kurangnya oksigen dalam darah). Saluran pencernaan dan lambung mengalami pendarahan.
"Ada ditemukan zat diduga racun insektisida pada kulit kambing yang sebelumnya dimangsa harimau tersebut. Hasil nekropsi disimpulkan bahwa kematian harimau diduga karena keracunan," kata Agus Arianto.
Agus Arianto menyebutkan tim nekropsi mengambil sampel di antara hati, jantung serta organ vital harimau lainnya termasuk isi lambung, kulit kambing diduga dilumuri racun untuk diperiksa lebih lanjut di laboratorium.
"Tujuan pemeriksaan laboratorium untuk lebih memastikan penyebab kematian harimau sumatera serta bahan penyelidikan kepolisian," kata Agus Arianto.
Agus Arianto menegaskan harimau sumatera merupakan satwa dilindungi. Satwa yang hanya ditemukan di Pulau Sumatera tersebut masuk dalam spesies terancam dan berisiko tinggi punah di alam liar.
"Kami mengajak masyarakat menjaga kelestarian harimau sumatera dengan cara tidak merusak hutan yang merupakan habitat alami. Serta tidak memasang jerat ataupun racun yang dapat menyebabkan kematian satwa dilindungi tersebut," kata Agus Arianto.
Baca juga: Pusat konservasi harimau sumatera akan dibangun di Giam Siak Kecil
Baca juga: BKSDA Aceh lepas liarkan harimau sumatera ke TNGL
Pewarta: M. Haris Setiady Agus
Editor: Arief Mujayatno
Copyright © ANTARA 2020
Tags: