Hong Kong (ANTARA News) - Nilai tukar mata uang Asia terhadap dolar AS bervariasi di akhir pekan, sehingga kalangan investor menjual yen dan dolar AS dan mendukung menguatnya nilai tukar mata uang Asia, seperti dolar Australia, sebagaimana dilaporkan AFP.
YEN JEPANG: Yen kembali turun terhadap dolar AS dalam sepekan terakhir karena kedua mata uang itu dijual untuk memperoleh keuntungan lebih tinggi, bagian dari manfaat pulihnya perekonomian dunia.
Yen bertahan di 90,87 terhadap dolar AS di New York Jumat malam, turun dari 89,77 terhadap dolar seminggu sebelumnya.
Di Tokyo, mata uang Jepang menyentuh level terendah selama tiga pekan di 91,22 terhadap dolar AS pada Jumat, menyusul kenaikan ekuitas di AS dan keluarnya data manufaktur dan pekerjaan di AS yang membesarkan hati.
Yen mencapai level mingguan tertinggi di 88,83 terhadap dolar, Rabu, ketika dolar AS berada di bawah tekanan jual karena prospek suku bunga AS yang masih rendah untuk waktu yang lama.
Data ekonomi AS mendorong pelaku pasar untuk menjual dolar AS dan yen, keduanya dianggap sebagai "safe heaven" untuk memperoleh mata uang lebih tinggi seperti Dolar Australia dalam seminggu terakhir, kata para dealer.
"Penjualan yen diperkirakan akan tetap kuat dari pada penjualan dolar AS pada minggu depan," kata Tohru Sasaki, kepala strategi valas di JP Morgan Chase.
"Namun masih ada kecenderungan melemah dolar AS berdasarkan pada kebijakan tingkat suku bunga AS yang sangat rendah. Saya tidak bisa memperkirakan pergerakan untuk memburu dolar lebih tinggi. "
DOLAR AUSTRALIA: Dolar Australia mengambil langkah besar mempertahankan keseimbanganya terhadap dolar AS pekan ini, meningkat hampir dua sen dolar AS setelah bank sentral negara itu mengeluarkan petunjuk yang lebih besar mengenai segera dikeluarkannya kebijakan meningkatkan suku bunga yang lebih tinggi.
Dolar Australia ditutup pada 92,25 sen dolar AS Jumat, naik dari 90,34 pada pekan sebelumnya dan level tertinggi baru selama 14 bulan. Mata uang itu telah mengalami kenaika dalam jangka panjang ke tingkat yang terakhir terlihat di Agustus 2008, setelah terjun di bawah 64 sen Oktober lalu.
Banyak analis percaya bahwa dolar Australia akan menyentuh level yang sama dengan dolar AS pada pertengahan tahun depan karena negara itu menaikkan suku bunga untuk mengerem inflasi selama masa pemulihan yang kecepatannya tidak terduga.
Namun, Shane Oliver, kepala ekonom AMP Capital Investor, mengatakan, dolar Australia bahkan bisa mencapai keseimbangan tahun ini.
"Dolar Australia terus berjalan menuju keseimbangan baru terhadap dolar AS karena melemahnya dolar AS, menguatnya harga komoditas, dan melambungnya harapan terhadap luasnya perbedaan tingkat bunga yang mendukung Australia," katanya.
"Saya berfikir keseimbangan akan dicapai pada pertengahan tahun depan, tapi tampaknya kita bisa berada di sana pada akhir tahun atau awal tahun depan."
Australia bulan ini menaikkan tingkat suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 3,25 persen dari level terendah selama lima dekade, menjadi negara maju pertama yang membuat kredit pinjaman lebih mahal sejak krisis keuangan dunia.
Gubernur bank sentral, Reserve Bank of Australia, Glenn Stevens, pekan ini bersiap untuk menaikkan bunga dan mengingatkan dengan "terlalu malu" pihaknya akan menyesuaikan bunga setelah lepas dari pelemahan dengan mencapai pertumbuhan tertinggi di antara negara maju.
DOLAR SELANDIA BARU: Dolar Selandia Baru mengakhiri perdagangan lokal, Jumat, di 74,62 sen dolar AS, naik dari 73,94 minggu sebelumnya.
Nilai tukar mata uang negara Kiwi itu, Jumat sebelumnya, naik ke level tertinggi selama 15 bulan menjadi 74,96.
Pada Kamis, data inflasi Selandia Baru naik lebih tinggi dari perkiraan, menyebabkan investor ke depan berharap Selandia Baru secara resmi untuk pertama kalinya menaikkan suku bunga sejak krisis keuangan dunia.
Bank sentral negara itu mengatakan tidak berharap menaikkan suku bunga lagi sampai akhir 2010, tetapi meningkatnya pertanda pemulihan ekonomi telah mendorong banyak ekonom untuk mengatakan mereka mengharapkan kenaikan suku bunga pertama kali pada kuartal kedua.
CHINA YUAN: Yuan ditutup pada 6,8268 terhadap dolar AS, Jumat, di pasar, dibandingkan dengan harga penutupan minggu sebelumnya 6,8256.
Bank sentral negara itu menetapkan tingkat keseimbangan tengah yuan pada 6,8270 terhadap dolar AS, Jumat.
Bank of China mengizinkan rentang perdagangan sebesar 0,5 persen pada kedua sisi titik tengah.
DOLAR HONG KONG: Di akhir pekan, Dolar Hong Kong dipatok terhadap dolar AS di 7,750 dari 7,751 minggu sebelumnya.
RUPIAH INDONESIA: Nilai tukar rupiah berakhir di 9.400 terhadap dolar AS dari 9.450 pada minggu sebelumnya.
PESO FILIPINA: Peso Filipina turun ke 46,66 terhadap dolar AS, Jumat sore, dari 46,46 terhadap dolar pada 9 Oktober.
DOLAR SINGAPURA: Dolar Singapura berada di 1,3920 terhadap dollar AS, Jumat, dari 1,3926 minggu lalu.
WON KOREA SELATAN: Setelah kenaikan empat hari berturut-turut, won pada Jumat ditutup melemah dan berakhir di 1.164,50 won terhadap dolar AS, level yang sama seperti pada pekan sebelumnya.
Investor dari luar negeri mengunci keuntungannya di tengah harapan bahwa pemerintah yang berwenang akan melakukan intervensi untuk mengekang kenaikan won.
Kalangan dealer mengatakan won kemungkinan akan diperdagangkan antara 1.155 won dan 1.175 won pada minggu mendatang.
TAIPEI: Dolar Taiwan ditutup pada 32,300 terhadap dolar AS, Jumat, dibandingkan dengan 32,240 seminggu sebelumnya.
BAHT THAILAND: Mata uang Thailand, baht, melemah terhadap dolar AS selama seminggu yang mencerminkan kejatuhan di pasar saham karena rumor raja negara itu dirawat di rumah sakit akibat kesehatannya memburuk, kata para dealer.
Mata uang Thailand, Jumat, ditutup pada 33,44-45 baht terhadap dolar AS dibandingkan penutupan pekan lalu di 33,31-33.(*)
Mata Uang Asia Bervariasi Terhadap Dolar AS
18 Oktober 2009 12:39 WIB
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009
Tags: