Bappenas: Solusi masalah karhutla perlu dilihat dari beragam ilmu
30 Juni 2020 18:44 WIB
Tangkapan layar Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian PPN/Bappenas Arifin Rudiyanto dalam diskusi daring yang dipantau di Jakarta pada Selasa (30/6/2020) (ANTARA/Prisca Triferna)
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) menyatakan perlunya mencari akar permasalahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dan solusinya dari berbagai sudut pandang disiplin ilmu.
"Kita perlu melihat akar permasalahan dari penyebab karhutla termasuk gambut secara terintegrasi dengan solusi lintas disiplin ilmu," kata Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian PPN/Bappenas Arifin Rudiyanto dalam diskusi daring bertema desa gambut yang diselenggarakan Institut Pertanian Bogor (IPB) yang dipantau di Jakarta pada Selasa.
Baca juga: Kabupaten Banyuasin alokasikan Rp8 miliar cegah karhutla
Pandangan dari sisi berbagai ilmu seperti sosial dan ekonomi bisa dipakai agar bisa menuntaskan permasalahan karhutla dari hulu sampai ke hilir, tegas dia.
Sudut pandang yang beragam itu kemudian akan terintegrasi dalam berbagai program yang lebih luas dengan tingkat nasional melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan di tingkat provinsi dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
Baca juga: Empat helikopter bantu pemadaman karhutla di Riau
Selain itu yang penting juga terjadi peningkatan pengawasan dan penegakan hukum berbasis komunitas, kata dia. Artinya komunitas yang melakukan pengawasan dan jika terjadi sesuatu maka aparat akan bergerak.
Dia juga mengatakan perlu pengaturan kelembagaan yang jelas untuk meningkatkan keterlibatan aktif dari masyarakat dan aktor non-pemerintah dengan peran pemerintah menjadi fasilitator untuk membuat kerangka kebijakan yang tepat.
Baca juga: PT LAJ dan PT Wanamukti Wisesa siapkan peralatan pencegahan karhutla
"Kita perlu mengubah paradigma gambut yang saat ini menjadi penyedot biaya ke depan menjadi penghasil dana," kata dia.
Dia memberi contoh gambut sebagai penghasil dana dengan adanya skema perdagangan karbon, meski mengakui prosesnya cukup panjang untuk melakukan identifikasi, menyusun proses dan menentukan pihak mana yang akan membayar.
Tidak hanya perdagangan karbon, pemerintah kini tengah mencoba skema insentif daerah bagi yang mampu menjaga hutannya.
Baca juga: SIIA: Perlu penguatan komitmen perusahaan untuk cegah karhutla
"Saat ini kami sedang mencoba untuk memberikan dana insentif daerah bagi daerah-daerah yang mampu menjaga luas hutannya tidak berkurang," kata Arifin.
Jika berhasil melakukan itu pemerintah daerah tidak hanya akan mendapatkan penghargaan berupa piala tapi juga dalam bentuk dana insentif daerah yang bisa dimanfaatkan untuk lebih menjaga kelestarian ekosistem dan menyejahterakan masyarakat di daerahnya.
Baca juga: Menteri LHK: TMC berlanjut hingga September untuk cegah karhutla
"Kita perlu melihat akar permasalahan dari penyebab karhutla termasuk gambut secara terintegrasi dengan solusi lintas disiplin ilmu," kata Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian PPN/Bappenas Arifin Rudiyanto dalam diskusi daring bertema desa gambut yang diselenggarakan Institut Pertanian Bogor (IPB) yang dipantau di Jakarta pada Selasa.
Baca juga: Kabupaten Banyuasin alokasikan Rp8 miliar cegah karhutla
Pandangan dari sisi berbagai ilmu seperti sosial dan ekonomi bisa dipakai agar bisa menuntaskan permasalahan karhutla dari hulu sampai ke hilir, tegas dia.
Sudut pandang yang beragam itu kemudian akan terintegrasi dalam berbagai program yang lebih luas dengan tingkat nasional melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan di tingkat provinsi dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
Baca juga: Empat helikopter bantu pemadaman karhutla di Riau
Selain itu yang penting juga terjadi peningkatan pengawasan dan penegakan hukum berbasis komunitas, kata dia. Artinya komunitas yang melakukan pengawasan dan jika terjadi sesuatu maka aparat akan bergerak.
Dia juga mengatakan perlu pengaturan kelembagaan yang jelas untuk meningkatkan keterlibatan aktif dari masyarakat dan aktor non-pemerintah dengan peran pemerintah menjadi fasilitator untuk membuat kerangka kebijakan yang tepat.
Baca juga: PT LAJ dan PT Wanamukti Wisesa siapkan peralatan pencegahan karhutla
"Kita perlu mengubah paradigma gambut yang saat ini menjadi penyedot biaya ke depan menjadi penghasil dana," kata dia.
Dia memberi contoh gambut sebagai penghasil dana dengan adanya skema perdagangan karbon, meski mengakui prosesnya cukup panjang untuk melakukan identifikasi, menyusun proses dan menentukan pihak mana yang akan membayar.
Tidak hanya perdagangan karbon, pemerintah kini tengah mencoba skema insentif daerah bagi yang mampu menjaga hutannya.
Baca juga: SIIA: Perlu penguatan komitmen perusahaan untuk cegah karhutla
"Saat ini kami sedang mencoba untuk memberikan dana insentif daerah bagi daerah-daerah yang mampu menjaga luas hutannya tidak berkurang," kata Arifin.
Jika berhasil melakukan itu pemerintah daerah tidak hanya akan mendapatkan penghargaan berupa piala tapi juga dalam bentuk dana insentif daerah yang bisa dimanfaatkan untuk lebih menjaga kelestarian ekosistem dan menyejahterakan masyarakat di daerahnya.
Baca juga: Menteri LHK: TMC berlanjut hingga September untuk cegah karhutla
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2020
Tags: