Mazar-I-Sharif, Afghanistan (ANTARA News/AFP) - Protes luas tampaknya akan terjadi di Afghanistan utara jika Presiden Hamid Karzai dinyatakan sebagai pemenang pemilu yang diklaim penuh kecurangan, kata para pendukung lawan utamanya memperingatkan Sabtu.

Karzai yang berupaya menjabat lima tahun kedua di tengah klaim melakukan kecurangan suara, dan mantan menteri luar negeri Abdullah Abdullah, menunggu hasil penyelidikan kecurigaan surat suara, yang akan menentukan pemilihan putaran kedua.

Para pendukung Abdullah di kubunya di bagian utara Afghanistan mengatakan kepada AFP, bahwa akan terjadi pemilihan putaran kedua, dan bahwa masyarakat akan turun ke jalan jika Karzai kembali berkuasa, seraya mempertanyakan keabsahan pemerintahannya.

Karzai memimpin hasil perhitungan awal dengan sekitar 55 persen dari jumlah suara. Dia memerlukan 50 persen plus satu suara untuk mengumumkan kemenangannya, sementara pesaingnya utamanya, Abdullah Abdullah meraih sekitar 28 persen.

Para pejabat KPU masih bertikai mengenai detil-detil keputusan akhir, kata sumber-sumber terdekat proses itu.

Pengumuman yang diperkirakan Sabtu ada kemungkinan akan ditunda selama beberapa hari.

"Masyarakat tidak bisaa bersikap sabar. Mereka diduga akan bereaksi," kata manajer kampanye Abdullah di provinsi itu, Zalmai Yunusi.

Di Kunduz, manajer kampanye Abdullah dan anggota parlemen Qari Rehmatullah mengungkapkan kecurangan mewarnai pemilu kali ini.

Karena Karzai melakukan penipuan, pemerintah yang tercipta menjadi tidak sah, dan seorang presiden yang tidak sah pula. Masyarakat tentu akan mempertahankan hak-hak hukum mereka, kata Qari.

"Mereka akan protes, mogok dan demonstrasi. Kalau orang-orang itu tidak diizinkan berdemonstrasi, dan jika militer digunakan untuk menghadapi mereka, tentu mereka akan melakukan tindakan yang sama," ujarnya. (*)