Jakarta (ANTARA) - Sebanyak 210 kepala keluarga (KK) di permukiman nelayan Kaliadem, Penjaringan, Jakarta Utara, didata oleh organisasi non pemerintah TurunTangan untuk pengembangan proyek potensial guna memajukan kesejahteraan warga.

"Penelitian menjadi hal yang sangat penting sebagai dasar perencanaan pengembangan wilayah Kampung Nelayan Kaliadem. Kami ingin merangkul berbagai kalangan untuk berkontribusi dalam gerakan kami," kata Direktur Eksekutif TurunTangan Raka Pramudito dalam siaran pers yang diterima ANTARA di Jakarta, Senin.

Raka menjelaskan, pendataan tersebut dilakukan selama dua hari yakni tanggal 27 dan 28 Juni 2020. Dalam pendataan tersebut TurunTangan mengerahkan 12 relawan WalkWith yang mengunjungi 210 kepala keluarga di Kaliadem.

WalWith merupakan gerakan inkubasi dari TurunTangan yang bertujuan menciptakan kota inklusif dengan pemberdayaan dan keterlibatan warga masyarakat di daerah tertentu.

"Selama dua hari relawan melakukan penelitian mengumpulkan data dari 210 kepala keluarga Kaliadem," kata Raka.

Adapun data yang dikumpulkan berupa data jumlah keluarga (termasuk jumlah anak), demografi umur, tingkat pendidikan, status kepemilikan bangunan, pekerjaan, pendapatan dan pengeluaran bulanan.

Para relawan beriteraksi langsung dengan mengajukan 20 pertanyaan kepada setiap kepala keluarga melalui kuisioner bit.ly/kuesionerwarga. Pelaksanaan pengumpulan data dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan seperti menggunakan masker dan menjaga jarak fisik.

Menurut Raka, penelitian ini adalah awal dari kajian yang meliputi aspek pendidikan, kesehatan, kesejahteraan, dan ekonomi warga setempat. Adapun sajian data dari penelitian ini dapat diakses melalui akun media sosial WalkWith: www.instagram.com/walkwithorg dan di blog Medium: www.medium.com/@walkwithorg.

"Data ini juga akan digunakan untuk mengembangkan proyek potensial yang bertujuan memajukan kesejahteraan warga Kaliadem," kata Raka.

Wilayah Kaliadem terletak di Teluk Jakarta di bagian utara Provinsi DKI Jakarta dan menjadi kawasan perairan yang didominasi oleh para nelayan tradisional di pesisir Ibu Kota.

Alasan pemilihan lokasi Kaliadem sebagai lokasi penelitian, menurut Raka, karena Kaliadem adalah wilayah yang ilegal untuk ditempati, berada di bantaran Muara Teluk Jakarta.

"Warga di sana selalu bergelut dengan ancaman penggusuran. Selain mereka 'ilegal', masalah lain mengintai seperti kesehatan, pendidikan, kesejahteraan," kata Raka.

Baca juga: Banjir rob landa pemukiman dan pelabuhan Kaliadem di Jakarta Utara
Baca juga: Pengelola Pelabuhan Kaliadem tutup akses ke Kepulauan Seribu