Angka kemiskinan Yogyakarta diperkirakan meningkat akibat pandemi
28 Juni 2020 13:53 WIB
Arsip Foto. Suasana penyaluran bantuan langsung tunai dari Kementerian Sosial kepada warga miskin yang terdampak pandemi COVID-19 di Kota Yogyakarta. (HO Pemkot Yogyakarta)
Yogyakarta (ANTARA) - Selain berdampak pada sektor kesehatan, pandemi COVID-19 yang terjadi sejak Maret 2020 diperkirakan berkontribusi pada peningkatan angka kemiskinan di Kota Yogyakarta tahun 2020.
"Kami harus melakukan review (peninjauan) ulang terhadap target kinerja di tahun ini akibat pandemi. Untuk kemiskinan diperkirakan naik hampir tujuh persen dibanding tahun lalu," kata Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Yogyakarta Agus Tri Haryono di Yogyakarta, Minggu.
Ia menjelaskan bahwa Bappeda Kota Yogyakarta menyusun tiga skenario asumsi kondisi pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan, yakni asumsi pesimis, moderat, dan optimis.
"Dari ketiga asumsi itu, yang kemudian digunakan adalah asumsi pesimis. Artinya, kondisi terburuk yang mungkin terjadi di Yogyakarta hingga akhir tahun karena kami pun belum mengetahui sampai kapan pandemi ini akan terjadi. Dengan demikian, bisa disiapkan upaya maksimal untuk mengantisipasinya," katanya.
Angka kemiskinan di Yogyakarta tahun 2020 berdasarkan asumsi pesimis ditetapkan 13,97 persen, berdasarkan asumsi moderat 12,4 persen, dan berdasarkan asumsi optimis 10,6 persen.
Terakhir angka kemiskinan di Kota Yogyakarta mencapai lebih dari 10 persen sekitar 10 tahun lalu.
"Yogyakarta sangat mengandalkan sektor jasa pariwisata. Padahal, banyak pekerja di sektor ini yang harus mengalami pemutusan hubungan kerja. Kondisi inilah yang menyebabkan angka kemiskinan mengalami kenaikan," kata Agus.
Berdasarkan asumsi pesimis, ia melanjutkan, angka pengangguran di Kota Yogyakarta pada tahun 2020 mengalami kenaikan menjadi 10,46 persen dari 4,8 persen pada tahun sebelumnya.
"Sekali lagi, itu adalah asumsi pesimis. Untuk asumsi moderat ditetapkan 8,78 persen dan optimis 7,65 persen,” katanya.
Kondisi tersebut, dia melanjutkan, kemudian akan mempengaruhi banyak aspek termasuk pertumbuhan ekonomi yang diasumsikan bisa minus 2,2 persen sesuai asumsi pesimis, 0,35 persen berdasar asumsi moderat, dan 2,07 persen berdasar asumsi optimis.
"Dimungkinkan indeks kesenjangan masyarakat pun mengalami kenaikan dari 0,418 pada tahun lalu menjadi 0,592 untuk kondisi pesimis, moderat 0,538 dan optimis 0,501," katanya.
Meskipun demikian, Agus mengatakan, Pemerintah Kota Yogyakarta akan melakukan upaya maksimal agar kondisi berdasarkan asumsi pesimis tidak sampai terjadi.
"Dalam dua tahun ke depan, kami akan berusaha memaksimalkan segala potensi supaya angka kemiskinan bisa dikurangi dengan cukup signifikan," katanya.
Pemerintah Kota Yogyakarta menargetkan tahun 2021 angka kemiskinan bisa menjadi 10,17 persen dan pada 2022 turun menjadi 7,1 persen sesuai dengan target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Yogyakarta.
Baca juga:
Yogyakarta luncurkan program pengentasan kemiskinan "Gandeng Gendong"
Yogyakarta akan pertajam peta kemiskinan
"Kami harus melakukan review (peninjauan) ulang terhadap target kinerja di tahun ini akibat pandemi. Untuk kemiskinan diperkirakan naik hampir tujuh persen dibanding tahun lalu," kata Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Yogyakarta Agus Tri Haryono di Yogyakarta, Minggu.
Ia menjelaskan bahwa Bappeda Kota Yogyakarta menyusun tiga skenario asumsi kondisi pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan, yakni asumsi pesimis, moderat, dan optimis.
"Dari ketiga asumsi itu, yang kemudian digunakan adalah asumsi pesimis. Artinya, kondisi terburuk yang mungkin terjadi di Yogyakarta hingga akhir tahun karena kami pun belum mengetahui sampai kapan pandemi ini akan terjadi. Dengan demikian, bisa disiapkan upaya maksimal untuk mengantisipasinya," katanya.
Angka kemiskinan di Yogyakarta tahun 2020 berdasarkan asumsi pesimis ditetapkan 13,97 persen, berdasarkan asumsi moderat 12,4 persen, dan berdasarkan asumsi optimis 10,6 persen.
Terakhir angka kemiskinan di Kota Yogyakarta mencapai lebih dari 10 persen sekitar 10 tahun lalu.
"Yogyakarta sangat mengandalkan sektor jasa pariwisata. Padahal, banyak pekerja di sektor ini yang harus mengalami pemutusan hubungan kerja. Kondisi inilah yang menyebabkan angka kemiskinan mengalami kenaikan," kata Agus.
Berdasarkan asumsi pesimis, ia melanjutkan, angka pengangguran di Kota Yogyakarta pada tahun 2020 mengalami kenaikan menjadi 10,46 persen dari 4,8 persen pada tahun sebelumnya.
"Sekali lagi, itu adalah asumsi pesimis. Untuk asumsi moderat ditetapkan 8,78 persen dan optimis 7,65 persen,” katanya.
Kondisi tersebut, dia melanjutkan, kemudian akan mempengaruhi banyak aspek termasuk pertumbuhan ekonomi yang diasumsikan bisa minus 2,2 persen sesuai asumsi pesimis, 0,35 persen berdasar asumsi moderat, dan 2,07 persen berdasar asumsi optimis.
"Dimungkinkan indeks kesenjangan masyarakat pun mengalami kenaikan dari 0,418 pada tahun lalu menjadi 0,592 untuk kondisi pesimis, moderat 0,538 dan optimis 0,501," katanya.
Meskipun demikian, Agus mengatakan, Pemerintah Kota Yogyakarta akan melakukan upaya maksimal agar kondisi berdasarkan asumsi pesimis tidak sampai terjadi.
"Dalam dua tahun ke depan, kami akan berusaha memaksimalkan segala potensi supaya angka kemiskinan bisa dikurangi dengan cukup signifikan," katanya.
Pemerintah Kota Yogyakarta menargetkan tahun 2021 angka kemiskinan bisa menjadi 10,17 persen dan pada 2022 turun menjadi 7,1 persen sesuai dengan target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Yogyakarta.
Baca juga:
Yogyakarta luncurkan program pengentasan kemiskinan "Gandeng Gendong"
Yogyakarta akan pertajam peta kemiskinan
Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2020
Tags: