Pelaku kuliner didorong cepat beradaptasi pada masa normal baru
27 Juni 2020 20:01 WIB
Seorang pedagang dengan mengenakan masker, pelindung wajah dan sarung tangan plastik meracik minuman saat hari pertama pembukaan kembali pusat kuliner Thamrin 10, kawasan Thamrin, Jakarta, Senin (15/6/2020). Pemprov DKI Jakarta pada minggu ketiga penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi membuka kembali operasional 80 pusat perbelanjaan atau mal di wilayah Jakarta dengan menerapkan standar protokol kesehatan sesuai anjuran. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/pras.
Jakarta (ANTARA) - Para pelaku usaha di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, termasuk kuliner didorong cepat beradaptasi pada masa normal baru dengan semua kegiatan harus berpedoman pada protokol kesehatan.
Dosen Ilmu dan Teknologi Pangan dari Universitas Sebelas Maret Surakarta Ardhea Mustika Sari dalam keterangannya diterima di Jakarta, Sabtu, mengatakan kuliner yang merupakan bagian dari sektor pariwisata yang terkena dampak langsung dari pandemi COVID-19 termasuk misalnya kuliner di Kota Solo yang dikenal dengan berbagai menu khas dan bisa dinikmati selama 24 jam.
"Tetapi begitu masa pandemi ini hampir semua subsektor pariwisata tak terkecuali kuliner ikut terdampak yang otomatis mengalami penurunan omzet yang sangat tajam," katanya.
Baca juga: Kemenparekraf ajak pencinta kuliner masak bersama secara daring
Sebelumnya, ia sempat berbicara dalam virtual talkshow bertajuk "Strategi Jualan Kuliner pada Era New Normal di Wilayah Surakarta dan Sekitarnya" pada Kamis (25/6/2020).
Turut hadir dalam diskusi tersebut Kepala Dinas Pariwisata Kota Solo Hasta Gunawan, Wakil Ketua Asita Jawa Tengah Daryono, dan Plt Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf/Baparekraf Frans Teguh.
Ardhea mendorong para pelaku usaha kuliner cepat bangkit dengan beradaptasi dan melakukan segala kegiatan yang berpedoman pada protokol kesehatan, termasuk lebih memanfaatkan teknologi.
"Banyak kehidupan yang berubah ke arah digital seperti melakukan teleconference atau virtual meeting dan juga webinar. Ini adalah bukti bahwa digitalisasi merupakan bagian dari era normal baru yang berlaku kepada semua sektor termasuk sektor kuliner yang diharapkan dapat membawa suatu terobosan, khususnya di Surakarta," katanya.
Hasta Gunawan juga berpendapat bahwa para pelaku di sektor kuliner harus dapat melakukan terobosan dengan mengedepankan kreativitas dalam mengelola produk. Di antaranya bagaimana mengemas jenis-jenis makanan yang bisa lebih awet meski tanpa pengawet.
"Kita harus terus berpikir dan mengembangkan bagaimana kreativitas-kreativitas di bidang pengemasan ini menjadi lebih menarik konsumen," kata dia.
Sementara Frans Teguh mengatakan pandemi COVID-19 telah membawa semua untuk memasuki era kenormalan baru yang mengisyaratkan masyarakat untuk beradaptasi dengan kondisi ini, khususnya sektor ekonomi kreatif yang menopang perekonomian nasional.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) tengah menyusun upaya dan langkah-langkah pemulihan dalam menyambut kondisi normal baru di sektor pariwisata.
"Pandemi COVID-19 bukan hanya memberikan dampak yang besar kepada sektor pariwisata tetapi juga sektor ekonomi kreatif," katanya.
Frans menjelaskan pihaknya akan terus berupaya memberikan pendampingan pada pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif dalam memasuki normal baru.
Kemenparekraf/Baparekraf sedang menyiapkan handbook untuk pelaku usaha di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, sebagai turunan yang lebih detail dari protokol yang telah disusun Kementerian Kesehatan berdasarkan masukan dari Kemenparekraf untuk sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
"Tentunya, protokol ini nantinya tidak terbatas pada sektor pariwisata saja, selain ditujukan untuk hotel, homestay, restoran/rumah makan, dan daya tarik wisata, protokol ini juga akan menyasar berbagai kegiatan kreatif yang sifatnya crowd-gather seperti gelanggang seni, kegiatan produksi film, TV, dan iklan serta usaha-usaha ekraf lainnya," katanya.
Ia juga menjelaskan setidaknya terdapat tiga kunci terkait protokol normal baru tersebut yaitu kebersihan, kesehatan, dan keamanan (cleanliness, health, and safety atau CHS).
"Implementasi protokol CHS penting diimplementasikan oleh para pelaku kuliner di Kota Surakarta untuk meningkatkan kepercayaan wisatawan untuk mau mencicipi ragam kuliner di Kota Surakarta kembali," kata Frans.
Baca juga: Kemenparekraf dorong musisi gunakan platform digital untuk berkarya
Baca juga: Milenial diajak jadi pelopor wisatawan patuh protokol kesehatan
Dosen Ilmu dan Teknologi Pangan dari Universitas Sebelas Maret Surakarta Ardhea Mustika Sari dalam keterangannya diterima di Jakarta, Sabtu, mengatakan kuliner yang merupakan bagian dari sektor pariwisata yang terkena dampak langsung dari pandemi COVID-19 termasuk misalnya kuliner di Kota Solo yang dikenal dengan berbagai menu khas dan bisa dinikmati selama 24 jam.
"Tetapi begitu masa pandemi ini hampir semua subsektor pariwisata tak terkecuali kuliner ikut terdampak yang otomatis mengalami penurunan omzet yang sangat tajam," katanya.
Baca juga: Kemenparekraf ajak pencinta kuliner masak bersama secara daring
Sebelumnya, ia sempat berbicara dalam virtual talkshow bertajuk "Strategi Jualan Kuliner pada Era New Normal di Wilayah Surakarta dan Sekitarnya" pada Kamis (25/6/2020).
Turut hadir dalam diskusi tersebut Kepala Dinas Pariwisata Kota Solo Hasta Gunawan, Wakil Ketua Asita Jawa Tengah Daryono, dan Plt Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf/Baparekraf Frans Teguh.
Ardhea mendorong para pelaku usaha kuliner cepat bangkit dengan beradaptasi dan melakukan segala kegiatan yang berpedoman pada protokol kesehatan, termasuk lebih memanfaatkan teknologi.
"Banyak kehidupan yang berubah ke arah digital seperti melakukan teleconference atau virtual meeting dan juga webinar. Ini adalah bukti bahwa digitalisasi merupakan bagian dari era normal baru yang berlaku kepada semua sektor termasuk sektor kuliner yang diharapkan dapat membawa suatu terobosan, khususnya di Surakarta," katanya.
Hasta Gunawan juga berpendapat bahwa para pelaku di sektor kuliner harus dapat melakukan terobosan dengan mengedepankan kreativitas dalam mengelola produk. Di antaranya bagaimana mengemas jenis-jenis makanan yang bisa lebih awet meski tanpa pengawet.
"Kita harus terus berpikir dan mengembangkan bagaimana kreativitas-kreativitas di bidang pengemasan ini menjadi lebih menarik konsumen," kata dia.
Sementara Frans Teguh mengatakan pandemi COVID-19 telah membawa semua untuk memasuki era kenormalan baru yang mengisyaratkan masyarakat untuk beradaptasi dengan kondisi ini, khususnya sektor ekonomi kreatif yang menopang perekonomian nasional.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) tengah menyusun upaya dan langkah-langkah pemulihan dalam menyambut kondisi normal baru di sektor pariwisata.
"Pandemi COVID-19 bukan hanya memberikan dampak yang besar kepada sektor pariwisata tetapi juga sektor ekonomi kreatif," katanya.
Frans menjelaskan pihaknya akan terus berupaya memberikan pendampingan pada pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif dalam memasuki normal baru.
Kemenparekraf/Baparekraf sedang menyiapkan handbook untuk pelaku usaha di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, sebagai turunan yang lebih detail dari protokol yang telah disusun Kementerian Kesehatan berdasarkan masukan dari Kemenparekraf untuk sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
"Tentunya, protokol ini nantinya tidak terbatas pada sektor pariwisata saja, selain ditujukan untuk hotel, homestay, restoran/rumah makan, dan daya tarik wisata, protokol ini juga akan menyasar berbagai kegiatan kreatif yang sifatnya crowd-gather seperti gelanggang seni, kegiatan produksi film, TV, dan iklan serta usaha-usaha ekraf lainnya," katanya.
Ia juga menjelaskan setidaknya terdapat tiga kunci terkait protokol normal baru tersebut yaitu kebersihan, kesehatan, dan keamanan (cleanliness, health, and safety atau CHS).
"Implementasi protokol CHS penting diimplementasikan oleh para pelaku kuliner di Kota Surakarta untuk meningkatkan kepercayaan wisatawan untuk mau mencicipi ragam kuliner di Kota Surakarta kembali," kata Frans.
Baca juga: Kemenparekraf dorong musisi gunakan platform digital untuk berkarya
Baca juga: Milenial diajak jadi pelopor wisatawan patuh protokol kesehatan
Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020
Tags: