Kasus COVID-19 di India lampaui 500 ribu saat terjadi lonjakan infeksi
27 Juni 2020 15:19 WIB
Seorang sukarelawan berjalan melewati tempat tidur sekali pakai yang terbuat dari kardus di kampus Radha Soami Satsang Beas, sebuah organisasi spiritual, dimana pusat perawatan penyakit virus korona (COVID-19) telah dibangun untuk pasien di tengah penyebaran penyakit tersebut, di New Delhi, India, Jumat (26/6/2020). REUTERS/Danish Siddiqui/pras/cfo (REUTERS/DANISH SIDDIQUI)
New Delhi (ANTARA) -
India melaporkan lebih dari 17.000 kasus COVID-19 selama 24 jam terakhir, menjadikan total kasus virus corona di negara itu di atas 500 ribu, menurut data kementerian kesehatan federal pada Sabtu (27/6).
Sementara itu, lonjakan infeksi COVID-19 terjadi di kota-kota besar termasuk ibukota New Delhi.
Total kasus COVID-19 di India merupakan wabah virus corona terbesar keempat di dunia setelah Amerika Serikat, Brasil dan Rusia dalam kasus yang dikonfirmasi, menurut penghitungan Reuters.
Infeksi diperkirakan akan terus meningkat di India. Para ahli memperingatkan negara bagian untuk memprioritaskan pengurangan angka kematian dan menanggulangi penyebaran virus.
"Fokus harus pada pencegahan kematian. Jumlahnya akan meningkat," kata Dr Manoj Murhekar, anggota gugus tugas COVID-19 India serta direktur Institut Epidemiologi Nasional.
Kelompok studi COV-IND-19, yang dipimpin oleh Bhramar Mukherjee, seorang profesor biostatistik dari University of Michigan, meramalkan bahwa kasus virus corona di India bisa mencapai antara 770.000 dan 925.000 pada 15 Juli.
Ketika infeksi meningkat dengan cepat dan rumah sakit menjadi penuh sesak, beberapa kota seperti New Delhi berjuang untuk membangun fasilitas sementara dengan ribuan tempat tidur untuk karantina dan merawat pasien COVID-19.
Kota berpenduduk sekitar 20 juta orang hanya memiliki sekitar 13.200 tempat tidur untuk pasien COVID-19 dan akan menambah sedikitnya 20.000 dalam beberapa minggu mendatang, dengan beberapa fasilitas diawaki oleh tentara dan dokter paramiliter.
Kekurangan staf cenderung menjadi perhatian karena rumah sakit dibanjiri pasien dan lebih banyak fasilitas sementara dibuka, para ahli memperingatkan, meskipun otoritas kesehatan di beberapa kota di India mendorong peningkatan kategorisasi pasien berdasarkan risiko.
"Kami harus memastikan mereka yang benar-benar membutuhkan perawatan tidak ditolak layanannya," kata Dr Giridhar R. Babu, seorang ahli epidemiologi di Yayasan Kesehatan Masyarakat India yang memberikan nasihat kepada negara bagian selatan Karnataka.
Sumber : Reuters
Baca juga: COVID-19 AS per 25 Juni : 2.414.870 kasus, 124.325 kematian
Baca juga: Cegah penimbun, Australia batasi pembelian tisu toilet
India melaporkan lebih dari 17.000 kasus COVID-19 selama 24 jam terakhir, menjadikan total kasus virus corona di negara itu di atas 500 ribu, menurut data kementerian kesehatan federal pada Sabtu (27/6).
Sementara itu, lonjakan infeksi COVID-19 terjadi di kota-kota besar termasuk ibukota New Delhi.
Total kasus COVID-19 di India merupakan wabah virus corona terbesar keempat di dunia setelah Amerika Serikat, Brasil dan Rusia dalam kasus yang dikonfirmasi, menurut penghitungan Reuters.
Infeksi diperkirakan akan terus meningkat di India. Para ahli memperingatkan negara bagian untuk memprioritaskan pengurangan angka kematian dan menanggulangi penyebaran virus.
"Fokus harus pada pencegahan kematian. Jumlahnya akan meningkat," kata Dr Manoj Murhekar, anggota gugus tugas COVID-19 India serta direktur Institut Epidemiologi Nasional.
Kelompok studi COV-IND-19, yang dipimpin oleh Bhramar Mukherjee, seorang profesor biostatistik dari University of Michigan, meramalkan bahwa kasus virus corona di India bisa mencapai antara 770.000 dan 925.000 pada 15 Juli.
Ketika infeksi meningkat dengan cepat dan rumah sakit menjadi penuh sesak, beberapa kota seperti New Delhi berjuang untuk membangun fasilitas sementara dengan ribuan tempat tidur untuk karantina dan merawat pasien COVID-19.
Kota berpenduduk sekitar 20 juta orang hanya memiliki sekitar 13.200 tempat tidur untuk pasien COVID-19 dan akan menambah sedikitnya 20.000 dalam beberapa minggu mendatang, dengan beberapa fasilitas diawaki oleh tentara dan dokter paramiliter.
Kekurangan staf cenderung menjadi perhatian karena rumah sakit dibanjiri pasien dan lebih banyak fasilitas sementara dibuka, para ahli memperingatkan, meskipun otoritas kesehatan di beberapa kota di India mendorong peningkatan kategorisasi pasien berdasarkan risiko.
"Kami harus memastikan mereka yang benar-benar membutuhkan perawatan tidak ditolak layanannya," kata Dr Giridhar R. Babu, seorang ahli epidemiologi di Yayasan Kesehatan Masyarakat India yang memberikan nasihat kepada negara bagian selatan Karnataka.
Sumber : Reuters
Baca juga: COVID-19 AS per 25 Juni : 2.414.870 kasus, 124.325 kematian
Baca juga: Cegah penimbun, Australia batasi pembelian tisu toilet
Penerjemah: Azis Kurmala
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2020
Tags: