Sleman (ANTARA) - PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko (Persero) mendorong para pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) mitra binaan untuk terus berinovasi dan adaptif terhadap perubahan yang terjadi terutama dalam masa pandemi COVID-19, dan salah satu UMKM itu berhasil mengembangkan masker rempah.

"Melalui pemberdayaan oleh PT TWC, salah satu mitra binaan produsen makanan sehat Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PT TWC, 'Tempe Eco', berusaha melakukan diversifikasi usaha dengan membuat produk 'masker rempah'," kata Sekretaris Perusahaan PT TWC Emilia Eny Utari di Sleman, Sabtu.

Menurut dia, upaya tersebut merupakan salah satu wujud komitmen PT TWC dalam menjaga UMKM Indonesia.

"Selain memberikan relaksasi berupa penundaan pembayaran angsuran pinjaman pokok kepada mitra binaan, Program Kemiteraan dan Bina Lingkungan (PKBL) PT TWC juga terus berupaya meningkatkan kinerja mitra binaan TWC sebagai bentuk mitigasi dampak pandemi COVID-19 terhadap UMKM," katanya.

Baca juga: PT TWC simulasi penerapan "new normal" di Candi Prambanan

Ia mengatakan masker akan menjadi sandang wajib yang digunakan oleh setiap orang di masa pandemi COVID-19 ini.

"Pada masa pandemi ini, kami tetap mengadakan pendampingan dan pelatihan pada mitra binaan TWC untuk dapat selalu berinovasi dan tetap produktif dalam mengembangkan produk kreatif yang sesuai dengan permintaan konsumen," katanya.

Eny mengatakan masker rempah merupakan produksi salah satu mitra binaan TWC yang sebelumnya memproduksi kripik tempe sekarang juga dan sekarang juga memproduksi masker rempah.

"Kebutuhan akan masker yang menjadi kewajiban bagi warga yang berkegiatan di masa normal baru ini, membuat Tempe Eco bekerja sama dengan perkumpulan Rumah Tiga Geneng yang beranggotakan Kelompok Wanita Tani (KWT) Desa Geneng, Prambanan, Klaten, Jawa Tengah, memproduksi masker rempah," katanya.

Baca juga: Normal baru, peluang bagi UMKM "go digital"

Salah satu anggota Rumah Tiga Geneng Dani mengatakan masker yang diberi racikan rempah, membuat pemakainya merasa nyaman saat harus memakai masker dalam waktu yang lama.

"Masker rempah sangat nyaman digunakan dalam jangka waktu lama, karena selain sebagai inhaler bagi penderita asma, juga merupakan alat relaksasi pernapasan yang baik," katanya.

Menurut dia, masker rempah ini merupakan produk masker kain dengan kantong kecil yang dapat disisipkan racikan rempah yang telah dikemas sachet.

"Satu paket yang terdiri dari satu masker dengan dua sachet rempah dijual dengan harga Rp15 ribu," katanya.

Baca juga: Kominfo giat bangun infrastruktur telekomunikasi demi bantu UMKM

Ia mengatakan, racikan rempah ini terdiri dari beberapa bahan tanaman obat seperti bangle, kencur, jahe, daun mint, cengkih, kapulaga, kayu manis, minyak atsiri, kulit jeruk purut, serta garam sebagai bahan pengawet alami.

"Semua bahan digiling menjadi satu. Di masa pandemi ini, produksi masker rempah mengalami kenaikan signifikan. Awal masa pandemi bahkan kami bisa produksi sebanyak 300 masker sehari," katanya.

Dani mengatakan masker rempah banyak dipesan dari beberapa daerah, seperti Semarang, Madiun, Jember, Bandung hingga Balikpapan.

Sementara itu, Manager PKBL PT TWC Bambang Sarwo Eddy mengapresiasi mitra binaan yang tetap berinovasi di masa pandemi ini.

"Kami terus mendorong upaya mitra binaan untuk berproduksi dan berinovasi di masa pandemi ini. Kita wujudkan kemandirian UMKM Indonesia dengan produk yang berkualitas," katanya.
UMKM "Tempe Eco" yang merupakan mitra binaan PT TWC Borobudur Prambanan & Ratu Boko (Persero) berhasil mengembangkan inovasi Masker Rempah di masa pandemi COVID-19. Foto Antara/HO-PT TWC