Pontianak (ANTARA) - Sekretaris DPD PDI Perjuangan Kalimantan Barat Karolin Margret Natasa meminta segenap kader dan simpatisan PDI Perjuangan Kalbar untuk tidak bereaksi berlebihan atas aksi pembakaran bendera PDI Perjuangan pada saat aksi unjuk rasa menolak RUU Haluan Ideologi Pancasila (HIP) di depan gedung DPR-RI beberapa waktu lalu.
"Kami dari pengurus PDI Perjuangan Kalbar jelas sangat menyesali hal tersebut. Namun, kita mengimbau kepada seluruh kader PDI Perjuangan Kalbar untuk tidak bereaksi berlebihan atas tindakan tersebut dan jangan mudah terprovokasi atas aksi tidak terpuji tersebut," kata Karolin usai memimpin Apel Siaga di halaman Kantor DPD PDI Perjuangan Kalbar, Jalan Arteri Supadio Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, Jumat.
Dia mengatakan, PDI Perjuangan memandang bahwa keributan yang ditimbulkan pada saat insiden kemarin di luar cita-cita Pancasila. Jika ada perbedaan pendapat, PDI Perjuangan sangat terbuka untuk melakukan dialog. Silakan disampaikan kepada wakil-wakil rakyat di DPR, bagian mana yang tidak disetujui.
Baca juga: PDIP Kalteng minta usut tuntas pelaku pembakar simbol partai
Baca juga: Ulama dan Kiai Betawi kecam pembakaran bendera PDI Perjuangan
Baca juga: DPD PDIP laporkan pembakaran bendera partai ke Polda Metro Jaya
Bupati Landak itu juga mengaku geram karena partainya dituding sebagai biang kerok atas polemik RUU HIP. Padahal, kata dia, PDI Perjuangan bukan satu-satunya partai yang setuju akan rancangan tersebut.
"Dalam catatan rapat, jelas bahwa bukan PDI Perjuangan bukanlah satu-satunya yang menyetujui RUU itu. Ada fraksi-fraksi lain yang menyetujui," katanya.
Secara tegas, Karolin juga membantah kalau partainya menganut paham yang sama dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). Karolin menegaskan kalau tudingan tersebut sangat tidak berdasar karena PDI Perjuangan merupakan partai yang jelas-jelas menganut ideologi Pancasila.
"Itu pernyataan tidak berdasar karena dalam AD/ART, dalam gerak langkah kepartaian, kami menjunjung tinggi Pancasila dan memiliki ajaran ideologi yang jelas. Kita bertuhan sesuai dengan dasar negara dan UU yang ada. Setiap acara selalu dipimpin dengan doa, setiap kader kami, silakan dicek KTP-nya pasti ada agamanya, jadi jangan sembarangan nuduh kami PKI," katanya.
Di tempat yang sama, Bendahara DPD PDI Perjuangan Kalbar Sujiwo mengatakan, apel siaga yang mereka adakan ini sebagai respons atas peristiwa pembakaran bendera PDI Perjuangan pada saat aksi unjuk rasa di depan gedung DPR-RI beberapa waktu lalu. Sujiwo mengaku sangat menyayangkan insiden tersebut, karena menurutnya hal itu sama saja dengan merendahkan marwah partai.
"Apel siaga yang kami adakan pada hari ini merupakan reaksi atas situasi dan kondisi bangsa, terutama yang sedang dialami oleh PDI Perjuangan. Di mana pada beberapa hari lalu ada peristiwa yang sangat tidak terpuji dan terkutuk pada saat demonstrasi di gedung DPR. Merobek dan membakar bendera partai bagi kami sama saja dengan menginjak-injak harga diri partai," kata Sujiwo.
Sujiwo menegaskan bahwa seluruh kader dan simpatisan PDI Perjuangan adalah orang-orang yang cinta damai dan menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan. Bagi PDI Perjuangan, kata Sujiwo, Pancasila sudah final sebagai ideologi dan dasar negara. Oleh karenanya, meskipun berang akan tindakan pembakaran bendera tersebut, segenap kader PDI Perjuangan dipastikannya tidak akan bereaksi berlebihan, terlebih pada aksi yang mengarah pada tindakan anarkistis.
"Dengan peristiwa pembakaran bendera, PDI Perjuangan menyerahkan sepenuhnya kepada pihak berwajib. Mohon kiranya kepada pihak berwajib, dalam tempo yang sesingkat-singkatnya agar pelaku ditangkap dan diproses hukum supaya kondisi bangsa aman dan tentram. Pada dasarnya, semua boleh menyampaikan pendapat di manapun karena itu dilindungi UU. Tapi, ketika suatu unjuk rasa atau penyampaian aspirasi ada perbuatan tercela, maka tidak ada ruang bagi mereka," tegasnya.
PDI Perjuangan Kalbar minta kader tidak bereaksi berlebihan
26 Juni 2020 23:27 WIB
Sekretaris DPD PDI Perjuangan Kalbar dr. Karolin Margret Natasa (Rendra Oxtora)
Pewarta: Rendra Oxtora
Editor: M Arief Iskandar
Copyright © ANTARA 2020
Tags: