Jakarta (ANTARA) - Tak semua penderita hepatitis harus mengonsumsi obat antivirus demi mengenyahkan penyakitnya itu, menurut dokter spesialis penyakit dalam yang merupakan anggota Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI), Dr. Irsan Hasan.

"Walau obat ada di apotik, tidak semua pasien harus mendapatkan obat antivirus. Pasien yang diberikan obat harus memenuhi kriteria indikasi," kata dia dalam webinar, Jumat.

Hal ini berarti ada pasien yang hanya diobservasi oleh dokter karena virus hepatitis di tubuhnya dianggap tidur sehingga dia tidak memerlukan pengobatan.

"Kalau diberi obat, siap-siap antivirus diberikan bertahun-tahun dan ada kemungkinan seumur hidup," kata Irsan.

Ada sejumlah indikasi yang mengharuskan pasien mendapatkan pengobatan dan ini hasil pemeriksaan dokter, salah satunya jika alanin aminotransferase/ALT normal yang didapat dari tes pengukuran enzim SGPT di dalam darah.

Enzim SGPT merupakan indikator yang sensitif terhadap kerusakan hati. Enzim ini digunakan untuk mengindentifikasi penyakit hati selama lebih dari 50 tahun.

Hepatitis merupakan infeksi hati karena virus. Di Indonesia, tiga penyebab penyakit hati tertinggi ialah hepatitis B, C dan NAFL. Pasien dengan penyakit hati kronik harus dipantau dan kontrol teratur.

Pada bayi yang terinfeksi hepatitis B, dia berisiko 90 persen menderita hepatitis kronik. Dia akan mengidap hepatitis bertahun-tahun bahkan sampai meninggal dunia. Sementara bila yang tertular orang dewasa, maka kemungkinannya menjadi kronik sekitar 10 persen.

Pada orang dewasa yang baru terkena hepatitis B, umumnya akan mengalami gejala antara lain matanya menguning, mual.

Sementara pada mereka yang sudah kronik karena menderita penyakit sejak bayi, umumnya tak mengalami gejala apapun.

Hepatitis kronik biasanya baru terdeteksi jika sudah terjadi komplikasi salah satunya sirosis atau pengerasan hati. Untuk itu, deteksi dini yang bisa dilakukan satu-satunya melalui tes darah.

Baca juga: Hepatitis C berujung kanker bisa terjadi akibat narkoba suntik

Baca juga: Amankah penderita hepatitis virus kronik menikah?

Baca juga: Cegah hepatitis A lewat perilaku hidup bersih hingga vaksinasi