Berlin (ANTARA News/AFP) - Ratusan senjata genggam tua pemberian Jerman kepada polisi dan tentara Afganistan masuk pasar gelap di Afganistan dan Pakistan yang bertetangga, kata media Jerman pada Senin.

Pistol Walther P1, yang berpindah tangan dengan harga di atas seribu dolar Amerika Serikat (sekitar 10 juta rupiah) di pasar gelap, adalah bagian pengiriman 10.000 senjata bekas kepada kementerian dalam negeri Afganistan pada 2006, kata pemancar radio umum daerah NDR Info.

Senjata itu pada ahirnya sering jatuh ke tangan salah akibat jumlah besar orang meninggalkan dinas keamanan Afganistan tanpa mengembalikannya, dan juga karena korupsi, kata laporan itu.

Jurubicara kementerian pertahanan Jerman, Thomas Raabe, memastikan pengiriman itu pada Senin, tapi mengatakan bahwa sumbangan tersebut sepenuhnya mengikat, dengan pemerintah Afganistan berjanji bahwa senjata itu hanya akan dipakai oleh dinas keamanan.

"Tentu saja kami akan menyelidiki apakah ada tanda bahwa senjata itu hilang, walaupun pada saat ini, kami tidak memunyai bukti," kata Raabe dalam penjelasan berkala pemerintah.

"Barangkali sebaiknya dibicarakan apakah kami bahkan perlu memperketat peraturan, walaupun saya akan menekankan bahwa peraturan itu sudah sangat keras, seperti Anda bisa katakan dari catatan," tambahnya.

Jerman tidak punya rencana menambah pasukan untuk dikirim ke Afganistan, kata kementerian pertahanan pada awal Oktober setelah muncul laporan radio bahwa pemerintah mempertimbangkan peningkatan pasukan menjadi 7.000 orang.

"Pada saat ini, penggelaran pasukan kami tetap 4.200 orang," kata jurubicara kementerian itu ketika ditanya mengenai berita tersebut.

Ia mengacu pada tanggapan terbaru Menteri Pertahanan Franz Josef Jung, seorang konservatif tetap di jabatannya dalam pemerintah gabungan kanan tengah baru Jerman.

Radio Deutschlanfunk Jerman memberitakan pemerintah mempertimbangkan menambah pasukannya di Afganistan menjadi 7.000 orang dari 4.500 sekarang.

Tanpa mengutip sumber, radio itu menyatakan pemerintah akan memutuskan tindakan itu pada Desember saat majelis rendah Bundestag dijadwalkan memutuskan mengenai perpanjangan amanat tersebut.

Laporan radio itu menyatakan tindakan seperti itu akan meningkatkan pengaruh Jerman dalam muktamar antarbangsa tentang Afganistan, yang diperkirakan diselenggarakan ahir tahun ini atau awal tahun depan untuk membicarakan pengalihan tanggungjawab keamanan kepada pasukan Afganistan.

Peningkatan kekerasan di Afganistan menimbulkan pertanyaan di kalangan peserta tugas persekutuan pertahanan Atlantik utara NATO menyangkut siasat dan Presiden Amerika Serikat Barack Obama mendengar pendapat dari penasehat pentingnya tentang cara mengahiri perang memburuk itu sebagai bagian dari peninjauan siasat pembersihan, yang dapat menambah lagi pasukan Amerika Serikat.

Pendapat berbeda muncul tentang meningkatkan jumlah pasukan atau memilih jalan lain.

Sebagian besar dari rakyat Jerman menginginkan pemerintah menarik pasukan dari Afganistan.

Baik Kanselir Angela Merkel, yang baru terpilih kembali untuk masa jabatan keduanya, dan partai Demokrat Bebas (FDP), tempat ia merundingkan gabungan pemerintahan, terikat dengan tugas Afganistan, tapi Merkel menegaskan akan membicarakan penyerahan secara bertahap keamanan kepada pasukan setempat.

Kematian seorang prajurit Jerman pada pekan lalu di Afganistan membuat jumlah prajurit Jerman tewas sejak penugasan Jerman ke Afganistan pada 2001 menjadi 36 orang.
(*)