Cilegon (ANTARA News) - Enam orang warga negara Indonesia di duga terlibat dalam jaringan internasional terkait diamankannya 260 orang imigran gelap asal Srilangka oleh tim gabungan Polri dan TNI-AL di di perairan Rakata Selat Sunda Minggu (11/10) dinihari.
"Saat ini kami sudah mendeteksi adanya keterlibatan jaringan internasional, dimana ada warga negara indonesia yang diduga terlibat dalam jaringan tersebut," kata Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Tedjo Edhy Purdijatno kepada wartawan setelah memintai keterangan dari tiga orang imigran gelap asal Srilangka di atas KRI Teuku Umar di Pelababuhan Indah Kiat Merak Cilegon Banten, Minggu petang.
Menurut dia jaringan internasional tersebut berada di negara Malaysia, Thailand dan sekitarnya," ujar Tedjo.
Untuk menekan mengalirnya imigran gelap yang akan meminta suaka ke negara Australia melalui perairan Indonesia,akan dilakukan pendalaman dengan pihak kepolisian internasional (Interpol).
"Kami akan segera melakukan investigasi karena para imigran gelap ini yang masuk melalui perairan Indonesia dengan tujuan Australia mengaku sudah tidak betah di negaranya," jelas Tedjo.
Tedjo menjelaskan dari pengakuan ketiga imigran gelap tersebut, mereka mendapat ancaman dari kelompok Macan Tamil.
Terkait persolan imigran gelap pemerintah Indonesia akan melakukan kordinasi dengan sejumlah negara yaitu negara asal imigran, negara tujuan dan negara yang dilalui para imigran gelap tersebut.
KSAL mengatakan terkait dengan 260 orang imigran gelap yang saat ini diamankan di Banten, negara yang harus bertanggung jawab yaitu Srilangka, Afghanistan dan Australia.
"Dalam waktu dekat kami akan melakukan pertemuan dengan Australia sebab negara itu dapat menerima imigran yang berniat mencari suaka disana," jelasnya.
Ditambahkannya, sekarang ini pihak Australia memperketat pemberian suaka bagi para imigran.(*)
Enam WNI Diduga Terlibat Jaringan Imigran Gelap
11 Oktober 2009 22:10 WIB
Kasal, Laksamana TNI Tedjo Edhy Purdijatno (ANTARA/Widodo S. Jusuf)@
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009
Tags: