Kepala DP3AK : 16 ribu anak di Jatim depresi akibat COVID-19
25 Juni 2020 20:45 WIB
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Kependudukan (DP3AK) Provinsi Jawa Timur Andriyanto (Abdul Malik)
Surabaya (ANTARA) - Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Kependudukan (DP3AK) Provinsi Jawa Timur Andriyanto menyebutkan sedikitnya 16 ribu anak di provinsi itu mengalami depresi akibat COVID-19.
Pandemi telah menyebabkan kehidupan masyarakat mengalami perubahan cukup drastis, sehingga menjadi salah satu penyebab banyaknya masyarakat yang mengalami depresi atau stres, termasuk anak-anak.
"Riset Kesehatan Dasar menyebutkan ada 1,6 persen anak mengalami depresi. Dari 42 juta jiwa penduduk Jatim, anak usia 0-18 mencapai 10,87 juta dan 16 ribu anak diantaranya mengalami depresi selama masa COVID-19, ini fakta," kata Andriyanto saat Webinar Aliansi Pelajar Surabaya dengan tema ”Mental Anak Menghadapi New Normal, apa peran kita?” yang digelar Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jatim, Kamis.
Ia mengatakan saat ini ketahanan keluarga sedang diuji, sebab banyak persoalan yang muncul dalam keluarga akibat COVID-19.
"Selain kesulitan ekonomi dan banyaknya jumlah anak yang terkonfirmasi positif di Jatim, kasus lain yang muncul adalah besarnya jumlah anak yang mengalami depresi," katanya dalam seminar virtual tersebut.
Ia menjelaskan COVID-19 juga menyebabkan angka stunting di Jatim mengalami kenaikan. Padahal, pada 2019, Jatim telah berhasil menekan angka stunting dari 30,8 persen menjadi 27,5 persen.
"Pada tahun 2019 kita memang sukses menurunkan angka stunting. Namun, tahun 2020 ada survei ketahanan pangan, ternyata kecukupan pangan anak turun drastis, orang tua banyak yang mengalami PHK, sehingga persoalan ekonomi menjadi cacat,'" katanya.
Oleh karena itu, lanjutnya, agar anak bisa beradaptasi dengan protokol COVID-19 dan tidak mengalami depresi, pada masa transisi normal baru anak harus diajak berhijrah dengan manajemen mental mereka, karena transisi normal baru sama artinya dengan berhijrah.
"Ini harus kita bangun. Bagaimana kita mengatur mental anak, serta jangan dijadikan objek, anak harus dijadikan subjek. Kalau seandainya anak berani menegur teman dan orang tua, ini menjadi sesuatu yang luar biasa. Berikan peran, berikan saluran kepada mereka supaya mereka bisa memasuki pada jalan yang lurus," katanya.
Solusi kedua, kata dia, adalah dengan menyisipkan ibadah, karena agama dalam kondisi seperti ini menjadi sebuah solusi jitu.
Sementara itu, Pendiri Yayasan Alit Indonesia Yuliati Umrah yang juga ikut dalam diskusi virtual itu mengatakan untuk membiasakan anak disiplin melaksanakan protokol kesehatan harus diawali oleh orang tuanya, karena sebenarnya mereka adalah manusia peniru.
"Anak sangat meniru orang tua, anak jauh lebih mudah dikasih contoh. Tinggal orang dewasa ini memberikan contoh kongkret. Karena, biasanya perilaku orang dewasa ini absurd, yang dikatakan dengan yang dilakukan tidak sama. Inilah yang kemudian menjadikan anak-anak semakin tertekan dan stres," katanya.
Disisi lain, agar anak tidak mengalami depresi, menurut Yuli, harus diberikan ruang untuk berekspresi. Bagaimana ruang yang biasa dinikmati saat di sekolah dan di luar rumah bisa kembali dinikmati di dalam rumah.
"Bagaimana ruang rumah menjadi nyaman bagi anak. Anak-anak punya energi lebih, ini dikemanakan. Ruang partisipasi anak harus diperbanyak, terutama pada minat dan bakat mereka," katanya.
Direktur Lembaga Psikologi dan Pengembangan SDM Media Hati, Nurul Indah Susanti yang juga Wakil Ketua Umum Bidang SDM dan Ketenagakerjaan Kadin Jatim mengatakan anak-anak membutuhkan lingkungan dan tempat yang menjadi media berekspresi dan mereka butuh kesempatan yang banyak.
“Anak itu tidak ingin yang bertele-tele, beri mereka ruang, penghargaan, cinta, kasih sayang, dan perhatian yang lebih,” ujarnya.
Ketua Umum Kadin Jatim Adik Dwi Putranto bersimpati dan memberikan apresiasi kepada seluruh pihak yang selama ini telah memberikan perhatian kepada anak-anak di masa pandemi.
Menurut Adik, dalam situasi seperti ini semua lapisan masyarakat harus saling mendukung dengan melakukan peran masing-masing.
"Kadin sebagai lembaga yang menaungi pengusaha serta tenaga kerja, telah berupaya menyosialisakan kewajiban melaksanakan protokol COVID-19 pada industri," katanya.
Pandemi telah menyebabkan kehidupan masyarakat mengalami perubahan cukup drastis, sehingga menjadi salah satu penyebab banyaknya masyarakat yang mengalami depresi atau stres, termasuk anak-anak.
"Riset Kesehatan Dasar menyebutkan ada 1,6 persen anak mengalami depresi. Dari 42 juta jiwa penduduk Jatim, anak usia 0-18 mencapai 10,87 juta dan 16 ribu anak diantaranya mengalami depresi selama masa COVID-19, ini fakta," kata Andriyanto saat Webinar Aliansi Pelajar Surabaya dengan tema ”Mental Anak Menghadapi New Normal, apa peran kita?” yang digelar Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jatim, Kamis.
Ia mengatakan saat ini ketahanan keluarga sedang diuji, sebab banyak persoalan yang muncul dalam keluarga akibat COVID-19.
"Selain kesulitan ekonomi dan banyaknya jumlah anak yang terkonfirmasi positif di Jatim, kasus lain yang muncul adalah besarnya jumlah anak yang mengalami depresi," katanya dalam seminar virtual tersebut.
Ia menjelaskan COVID-19 juga menyebabkan angka stunting di Jatim mengalami kenaikan. Padahal, pada 2019, Jatim telah berhasil menekan angka stunting dari 30,8 persen menjadi 27,5 persen.
"Pada tahun 2019 kita memang sukses menurunkan angka stunting. Namun, tahun 2020 ada survei ketahanan pangan, ternyata kecukupan pangan anak turun drastis, orang tua banyak yang mengalami PHK, sehingga persoalan ekonomi menjadi cacat,'" katanya.
Oleh karena itu, lanjutnya, agar anak bisa beradaptasi dengan protokol COVID-19 dan tidak mengalami depresi, pada masa transisi normal baru anak harus diajak berhijrah dengan manajemen mental mereka, karena transisi normal baru sama artinya dengan berhijrah.
"Ini harus kita bangun. Bagaimana kita mengatur mental anak, serta jangan dijadikan objek, anak harus dijadikan subjek. Kalau seandainya anak berani menegur teman dan orang tua, ini menjadi sesuatu yang luar biasa. Berikan peran, berikan saluran kepada mereka supaya mereka bisa memasuki pada jalan yang lurus," katanya.
Solusi kedua, kata dia, adalah dengan menyisipkan ibadah, karena agama dalam kondisi seperti ini menjadi sebuah solusi jitu.
Sementara itu, Pendiri Yayasan Alit Indonesia Yuliati Umrah yang juga ikut dalam diskusi virtual itu mengatakan untuk membiasakan anak disiplin melaksanakan protokol kesehatan harus diawali oleh orang tuanya, karena sebenarnya mereka adalah manusia peniru.
"Anak sangat meniru orang tua, anak jauh lebih mudah dikasih contoh. Tinggal orang dewasa ini memberikan contoh kongkret. Karena, biasanya perilaku orang dewasa ini absurd, yang dikatakan dengan yang dilakukan tidak sama. Inilah yang kemudian menjadikan anak-anak semakin tertekan dan stres," katanya.
Disisi lain, agar anak tidak mengalami depresi, menurut Yuli, harus diberikan ruang untuk berekspresi. Bagaimana ruang yang biasa dinikmati saat di sekolah dan di luar rumah bisa kembali dinikmati di dalam rumah.
"Bagaimana ruang rumah menjadi nyaman bagi anak. Anak-anak punya energi lebih, ini dikemanakan. Ruang partisipasi anak harus diperbanyak, terutama pada minat dan bakat mereka," katanya.
Direktur Lembaga Psikologi dan Pengembangan SDM Media Hati, Nurul Indah Susanti yang juga Wakil Ketua Umum Bidang SDM dan Ketenagakerjaan Kadin Jatim mengatakan anak-anak membutuhkan lingkungan dan tempat yang menjadi media berekspresi dan mereka butuh kesempatan yang banyak.
“Anak itu tidak ingin yang bertele-tele, beri mereka ruang, penghargaan, cinta, kasih sayang, dan perhatian yang lebih,” ujarnya.
Ketua Umum Kadin Jatim Adik Dwi Putranto bersimpati dan memberikan apresiasi kepada seluruh pihak yang selama ini telah memberikan perhatian kepada anak-anak di masa pandemi.
Menurut Adik, dalam situasi seperti ini semua lapisan masyarakat harus saling mendukung dengan melakukan peran masing-masing.
"Kadin sebagai lembaga yang menaungi pengusaha serta tenaga kerja, telah berupaya menyosialisakan kewajiban melaksanakan protokol COVID-19 pada industri," katanya.
Pewarta: A Malik Ibrahim
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020
Tags: