Menurutnya, terdapat tiga hal penting yang menjadi fokus utama pemerintah dan para stakeholder yang berkomitmen menuju zero ODOL tahun 2023, yaitu pertama adalah perlindungan bagi masyarakat dengan menghasilkan kondisi jalan dan berkendara yang berkeselamatan.
Baca juga: Hutama Karya: PMN Rp7,5 triliun akan digunakan sesuai Perpres
Kedua adalah peningkatan daya saing logistik yang lebih baik, dan ketiga ialah investasi yang akan tumbuh lebih baik.
"Selain itu, peningkatan daya saing logistik dapat tumbuh lebih baik, bukan tidak hanya domestik tapi juga tumbuh secara global,"katanya.
Menurut dia, praktik ODOL sangat merugikan operator jalan tol, meningkatkan risiko kecelakaan dan inefisiensi akibat kondisi jalan rusak yang ditimbulkan.
Baca juga: BPJT berharap inovasi teknologi tertibkan kendaraan bermuatan lebih
Aries menjelaskan, kerusakan jalan akibat ODOL juga memicu peningkatan anggaran untuk pemeliharaan jalan nasional, jalan tol, dan jalan provinsi setiap tahun.
Saat ini di pintu masuk Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) yaitu di Gerbang Tol Bakauheni Selatan telah terpasang teknologi WIM. Teknologi ini akan membatasi ruang gerak terhadap kendaraan ODOL yang mengancam keselamatan berlalu lintas di jalan tol.
"Semoga dengan di pasang teknologi WIM ini bisa mengurangi kendaraan yang melebihi kapasitas, dan bisa mengurangi kerusakan serta angka kecelakaan di jalan tol akibat kendaraan melebihi kapasitas yang melintas," katanya.