Jakarta (ANTARA) - Wali Kota Jakarta Pusat Bayu Meghantara mengimbau masyarakat untuk tidak perlu takut mengikuti tes COVID-19 khususnya tes usap tenggorokan dan tes cepat secara massal oleh Suku Dinas Kesehatan Jakarta Pusat karena beberapa terjadi penolakan dari warga.

"Itu kan salah satu upaya kita untuk bisa menekan penyebaran COVID-19. Jadi partisipasi masyarakat itu diperlukan. Harapan kami, semua (warga) bisa ikut (tes COVID-19) untuk menjaga," kata Bayu saat dihubungi, di Jakarta, Kamis.

Imbauan dan harapan yang disampaikan Bayu itu untuk menanggapi beberapa kejadian penolakan dari masyarakat seperti contohnya saat pengetesan massal di Pasar Gembrong Cempaka Putih, Selasa (24/6).

Para pedagang memilih untuk menutup usahanya selama satu hari untuk menghindari menjalani pengetesan COVID-19 massal yang dilakukan oleh Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih.

Selain itu, Bayu juga mengingatkan masyarakat untuk aktif berpartisipasi menjalani tes massal COVID-19 karena saat ini Jakarta Pusat merupakan kawasan dengan "Incident Rate" (IR) tertinggi di Indonesia.

Baca juga: Pasien sembuh COVID-19 di DKI Jakarta bertambah 94 orang

"Jadi, ya kita harapkan partisipasi warga untuk terus bisa menekan angka (IR), persebarannya. Karena sekarang, Jakarta Pusat tertinggi (IR-nya) persebaran COVID-19 di Indonesia," ujar Bayu.

Untuk diketahui Incident Rate (IR) atau angka kejadian adalah ukuran banyaknya persebaran kasus COVID-19.

Meski demikian Bayu enggan menyebutkan saat ini jumlah tepat untuk IR yang disebutnya tinggi di kawasan Jakarta Pusat itu.

Sebelumnya, Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 secara resmi merilis data lima kabupaten atau kota dengan jumlah kasus positif COVID-19 tertinggi dan terendah di Indonesia.

Data itu menunjukkan Kota Jakarta Pusat sebagai kota dengan jumlah positif COVID-19 tertinggi di Indonesia.

Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Dewi Nur Aisyah pada Rabu (24/6) dalam konferensi pers Gugus Tugas penanganan COVID-19 mengatakan data tersebut berguna untuk mengetahui laju penularan di suatu wilayah dengan penghitungan berdasarkan angka per 100 ribu penduduk.

"Kita bisa melihat kota mana dengan jumlah penduduk apakah kasus tersebut tinggi di daerahnya," ujar Dewi dalam konferensi pers, Rabu.

Berikut lima daerah dengan kasus-kasus positif COVID-19 tertinggi:

Untuk Kota Jakarta Pusat berjumlah 149,2 per 100 ribu penduduk. Posisi kedua disusul oleh Kota Jayapura, Papua dengan jumlah 108 dan Kota Surabaya, Jawa Timur dengan jumlah 107,6 per 100 ribu penduduk.

Setelah itu, posisi empat disusul oleh Kota Banjarmasin, Kalimatan Selatan dengan 94,5 per 100 ribu penduduk dan Kota Mataram, NTB dengan 20,10 per 100 ribu penduduk.

Baca juga: Kelompok rentan diutamakan ikut "rapid test" COVID-19 di Jakarta Pusat
Baca juga: Sabtu, kasus positif COVID-19 Jakarta capai 178