Surabaya (ANTARA News) - Mahasiswa Jurusan Sistem Komputer (SK) di Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Teknik Komputer (STIKOM) Surabaya, Kadek Kertayasa, menciptakan Angklung Otomatis.

"Angklung merupakan alat musik tradisional yang terbuat dari bambu, sedang angklung otomatis merupakan karya tugas akhir Kadek yang mendapatkan nilai A," kata dosen pembimbing Kadek, yakni Ihyauddin S.Kom, di Surabaya, Jumat.

Di sela-sela Halal bihalal STIKOM Surabaya bersama pers, ia menjelaskan cara kerja Angklung Otomatis terkait ihtiar pemerintah mendaftarkan angklung sebagai alat musik tradisional warisan budaya Indonesia ke UNESCO pasca pengakuan dunia terhadap wayang, keris, dan batik.

Menurut Ihyauddin, Angklung Otomatis merupakan alat musik yang diberi memori pada bagian mikro kontroler untuk menyimpan lagu-lagu.

"Tapi, penyimpanan lagu-lagu itu tidak dapat langsung dipindahkan dari komputer ke memori itu, melainkan lagu yang hendak disimpan perlu diubah dari bentuk notasi ke program ehxa agar memori yang ada dapat membaca notasi lagu itu," katanya.

Untuk proses pembuatan karya tugas akhir "Angklung Otomatis" itu, katanya, mahasiswa yang dibimbingnya itu hanya mampu menyimpan 3-5 lagu.

"Kapasitas memori yang ada memang sebesar 32 KB (kilobyte), tapi hanya mampu menyimpan 3-5 lagu, karena perlu perubahan notasi ke dalam bentuk program Ehxa itu," katanya.

Namun, katanya, kapasitas penyimpanan lagu dapat ditingkatkan dengan menambahkan memori eksternal sebesar 64 KB, sehingga dapat menyimpan lebih dari lima lagu.

"Lagu yang disimpan dalam memori Angklung Otomatis atau bisa juga disebut Robot Angklung itu hanya ada tiga lagu yakni Gambang Suling, RA Kartini, dan Jula Juli," katanya.

Dosen mikrokontroler STIKOM Surabaya itu mengatakan Angklung Otomatis itu akan menyuarakan lagu-lagu yang tersimpan dalam memori dengan adanya "Motor DC" yang terhubung antara memori dengan setiap rangkaian bambu dalam alat musik itu.

"Motor DC itulah yang mengatur panjang-pendeknya suara. Selain itu, Angklung Otomatis itu juga dilengkapi dengan display untuk pemilihan lagu melalui keypad dan alat tombol," katanya.

Ditanya biaya yang diperlukan untuk pembuatan Angklung Otomatis atau Robot Angklung itu, ia mengatakan biayanya berkisar Rp1,5 juta hingga Rp2 juta.

"Biaya itu untuk membeli angklung asli Bandung yang harganya berkisar Rp800 ribu, komponen memori dan motor, dan sejumlah alat mekanik lainnya," katanya.

Dalam abstrak yang ditulisnya, Kadek yang saat ini masih pulang ke kampung halaman di Bali pasca wisuda itu menjelaskan bahwa Motor DC adalah salah satu alat untuk mengubah tenaga listrik menjadi energi mekanik.

"Dengan menggunakan motor DC dapat meringankan beban manusia dalam bekerja.

Idenya dengan menggabungkan alat musik angklung, motor DC, keypad, LCD, dan micro controller, sehingga menghasilkan irama musik angklung yang enak didengar layaknya music player yang ada di pasaran," katanya.

Ia menambahkan Angklung Otomatis itu dirancang karena alat musik modern saat ini sudah mengarah ke alat musik yang elektrik, sehingga mudah dimainkan seperti drum electric, gitar listrik, dan keyboard.

"Karena itu, alat musik tradisional seperti gamelan, kulintang, seruling, angklung juga perlu dilestarikan dengan membuatnya sebagai alat musik elektrik," katanya.(*)