Jakarta (ANTARA) - Asosiasi Pengusaha Indonesia atau Apindo mengungkapkan produk barang pokok dan makanan praktis membantu sejumlah pelaku UMKM yang justru mengalami kenaikan omset selama pandemi Covid-19.

"Kami sempat melakukan survey cepat mengenai dampak pandemi terhadap industri UMKM pangan, mayoritas 80 persen pelaku UMKM (mayoritas mikro) merasakan penurunan omset. Namun ada sekitar delapan persen yang mengalami kenaikan omset," ujar Ketua Komite Bidang Kajian Apindo Dewi Meisari dalam diskusi daring di Jakarta, Rabu.

Dewi mengatakan bahwa para pelaku UMKM yang mengalami kenaikan omzet ini menjual barang-barang pokok, kemudian produk pangan sehat seperti jahe merah.

Kemudian ada juga UMKM yang menjual produk-produk herbal, natural dan buah-buahan.

Baca juga: Kemenperin paparkan kendala IKM makanan dari bahan baku hingga omzet

Lalu makanan praktis yang bisa disimpan lama untuk di rumah, seperti produk makanan beku.

Adapun selain pangan, para pelaku UMKM yang berhasil meraup untung selama pandemi adalah UMKM yang menjual alat pelindung diri non-medis, alat kesehatan risiko sedang dan sebagainya.

"Produk-produk seperti ini yang mengalami kenaikan omzet, dan semua pelaku UMKM tersebut sudah go digital atau berjualan di kanal online," kata Dewi.

Sebelumnya Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) mengungkapkan terjadi peningkatan penyaluran pembiayaan untuk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang bergerak di sektor kesehatan dan pangan selama pandemi COVID-19.

Baca juga: UMK hasilkan omzet maksimal Rp1 miliar gratis urus sertifikat halal

Ketua Harian AFPI Kuseryansyah mengatakan bahwa beberapa sektor yang terjadi peningkatan penyaluran pembiayaan seperti distribusi pada healthcare, utamanya pada UMKM farmasi, obat-obatan dan alat pendukung kesehatan. Begitu juga sektor yang terkait distribusi pangan, produk agrikultur, makanan kemasan, memiliki perkembangan yang positif.

Menurut dia, pada masa wabah COVID-19 ini, ada kabar gembira dari beberapa platform yang tetap mencatatkan pertumbuhan pencairan. Dengan kekuatan inovasi produk dan adaptasi dari artificial intelligent (credit scoring) dalam pengelolaan risiko, pelaku UMKM tersebut masih mencatatkan pertumbuhan spektakuler hingga lebih dari 100 persen.