Washington, (ANTARA News) - Gedung Putih Kamis mengatakan bahwa Taliban kurang menjadi ancaman bagi keamanan AS ketimbang Al Qaida, meningkatkan spekulasi bahwa Presiden Barack Obama tidak akan meningkatkan pasukannya untuk menghadapi pemberontakan di Afghanistan.

Para pejabat yang terlibat dalam peninjauan kembali kebijakan Obama terhadap Afghanistan berdalih, bahwa Al Qaida dipandang lebih berbahaya bagi kepentingan dalam negeri Amerika, sedangkan Taliban, meskipun memusuhi pasukan AS di Afghanistan, dianggap tidak, sebagaimana dikutip dari AFP.

Penilaian ini tampaknya berbeda dengan gambaran perang yang dibeberkan oleh komandan AS, Jenderal Stanley McChrystal, yang meminta tambahan 40.000 tentara dan memperingatkan bahwa kontra-pemberontakan terhadap Taliban akan kalah jika tanpa penguatan pasukan.

Juru bicara Gedung Putih, Robert Gibbs, yang menyatakan pengurangan pasukan AS di Afghanistan mengatakan, Obama hingga kini belum membuat keputusan karena dia sedang meninjau kembali kebijakannya terhadap Afghanistan.

Namun dia mengatakan adanya perbedaan yang jelas antara kedua kelompok itu, gaya Al Qaida sebagai kelompok yang melalui jaringan jihad global dan transnasional akan berupaya untuk menyerang bumi AS.

"Saya pikir Taliban jelas orang yang lebih buruk untuk melakukan sesuatu. Namun kemampuan mereka kadang berbeda, meskipun mempunyai kaitan sebagai ancaman transnasional."

Namun demikian, para pejabat membantah adanya perubahan kebijakan, dan mengatakan bahwa sejak Maret, Obama telah membuat pembeda antara pejuang inti Taliban yang bersekutu dengan Al Qaida dan pasukan yang setia kepada para komandan setempat yang telah berperang.

AS dan sekutu-sekutunya melancarkan serangan udara delapan tahun lalu terhadap Taliban di Afghanistan, setelah kelompok itu memberikan perlindungan kepada Osama bin Laden, jaringan yang merancang serangan 11 September 2001.(*)