Pengamat: Aceh perlu tingkatkan kesadaran warga terhadap COVID-19
23 Juni 2020 17:20 WIB
Ilustrasi - Petugas medis berada di ruang Pinere di RSUD Zainoel Abidin Banda Aceh, yakni tempat isolasi pasien COVID-19 saat diresmikan oleh Plt Gubernur Aceh Nova Iriansyah beberapa waktu lalu. (ANTARA/Khalis)
Banda Aceh (ANTARA) - Pemerintah Aceh diminta untuk lebih giat meningkatkan kesadaran masyarakat dalam upaya mencegah penyebaran COVID-19, seiring melonjak drastis warga positif virus corona di Tanah Rencong yang telah mencapai 50 kasus.
Pengamat Kebijakan Publik Aceh Dr Nasrul Zaman, ST M Kes, Selasa, mengatakan Dinas Kesehatan Aceh dan seluruh kabupaten/kota harus segera membangun kesadaran masyarakat yang lebih masif, mulai dari desa ke puskesmas.
"Public awareness (kesadaran masyarakat) itu berhasil jika partisipasi warga meningkat dalam pencegahan paparan COVID-19 ini," kata Nasrul, di Banda Aceh.
Menurut dia, saat ini masyarakat telah mulai tidak acuh terhadap penyebaran COVID-19, tentu hal demikian sangat berpotensi terjadinya penambahan jumlah kasus positif virus corona di provinsi paling barat Indonesia.
Baca juga: Aceh laporkan peningkatan positif COVID-19 capai 49 kasus
Baca juga: IDI sebut seluruh daerah di Aceh harus segera lakukan tes COVID-19
Nasrul menilai Pemerintah Aceh sangat tidak terarah dalam penanganan COVID-19. Terutama ketika jumlah warga positif COVID-19 di Aceh masih sekitar 20 kasus, yang semuanya kasus dari para pendatang luar Aceh.
Harusnya pada saat itu, Pemerintah Aceh segera melokalisasi semua perbatasan dengan kewajiban karantina setiap siapapun yang masuk dari luar Aceh, katanya..
"Sekarang semua sudah terlambat, kasus transmisi lokal malah hampir setengah dari 50 kasus positif COVID-19 yang ada saat ini," ujarnya.
Lebih lanjut, kata Nasrul, mengantisipasi transmisi lokal ialah bagian yang tersulit dalam sebuah pandemi. Katanya, menurut Lauren Hebert dan Dufresne dari University of Vermont setiap satu orang positif terpapar COVID-19, setidaknya telah berinteraksi dengan 20 hingga 30 orang.
"Bayangkan jika kasus transmisi lokal Aceh sudah mencapai 20 saja maka diperkirakan minimal yang harus di swab (tes usap PCR) sekitar 400 orang. Itu pun dengan catatan surveilansnya benar dan akurat," katanya.
Lanjut dia, kalau itu sudah dilakukan maka peluang kita melokalisir sebaran paparan COVID-19 bisa lebih terarah dan terukur, katanya.
Baca juga: Pemkab Aceh Besar perketat kembali protokol kesehatan cegah COVID-19
Baca juga: Kontak jarak dekat pasien klaster baru di Aceh dilacak Gugus Tugas
Pengamat Kebijakan Publik Aceh Dr Nasrul Zaman, ST M Kes, Selasa, mengatakan Dinas Kesehatan Aceh dan seluruh kabupaten/kota harus segera membangun kesadaran masyarakat yang lebih masif, mulai dari desa ke puskesmas.
"Public awareness (kesadaran masyarakat) itu berhasil jika partisipasi warga meningkat dalam pencegahan paparan COVID-19 ini," kata Nasrul, di Banda Aceh.
Menurut dia, saat ini masyarakat telah mulai tidak acuh terhadap penyebaran COVID-19, tentu hal demikian sangat berpotensi terjadinya penambahan jumlah kasus positif virus corona di provinsi paling barat Indonesia.
Baca juga: Aceh laporkan peningkatan positif COVID-19 capai 49 kasus
Baca juga: IDI sebut seluruh daerah di Aceh harus segera lakukan tes COVID-19
Nasrul menilai Pemerintah Aceh sangat tidak terarah dalam penanganan COVID-19. Terutama ketika jumlah warga positif COVID-19 di Aceh masih sekitar 20 kasus, yang semuanya kasus dari para pendatang luar Aceh.
Harusnya pada saat itu, Pemerintah Aceh segera melokalisasi semua perbatasan dengan kewajiban karantina setiap siapapun yang masuk dari luar Aceh, katanya..
"Sekarang semua sudah terlambat, kasus transmisi lokal malah hampir setengah dari 50 kasus positif COVID-19 yang ada saat ini," ujarnya.
Lebih lanjut, kata Nasrul, mengantisipasi transmisi lokal ialah bagian yang tersulit dalam sebuah pandemi. Katanya, menurut Lauren Hebert dan Dufresne dari University of Vermont setiap satu orang positif terpapar COVID-19, setidaknya telah berinteraksi dengan 20 hingga 30 orang.
"Bayangkan jika kasus transmisi lokal Aceh sudah mencapai 20 saja maka diperkirakan minimal yang harus di swab (tes usap PCR) sekitar 400 orang. Itu pun dengan catatan surveilansnya benar dan akurat," katanya.
Lanjut dia, kalau itu sudah dilakukan maka peluang kita melokalisir sebaran paparan COVID-19 bisa lebih terarah dan terukur, katanya.
Baca juga: Pemkab Aceh Besar perketat kembali protokol kesehatan cegah COVID-19
Baca juga: Kontak jarak dekat pasien klaster baru di Aceh dilacak Gugus Tugas
Pewarta: Khalis Surry
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020
Tags: