Yogyakarta (ANTARA) - Dinas Pendidikan bersama Dinas Komunikasi Informatika dan Persandian Kota Yogyakarta menyiapkan platform standar untuk mendukung kegiatan belajar mengajar secara daring sehingga pembelajaran jarak jauh tersebut tetap efektif.

“Kami sedang mempertimbangkan untuk menyiapkan platform standar yang bisa digunakan oleh seluruh sekolah dalam mendukung program belajar dari rumah sehingga sekolah memiliki standar yang sama dalam pelaksanaan belajar secara daring,” kata Kepala Dinas Komunikasi Informatika dan Persandian Kota Yogyakarta Tri Hastono di Yogyakarta, Selasa.

Baca juga: 354 mahasiswa UGM ikuti KKN Peduli COVID-19 secara daring

Menurut dia, penggunaan platform yang standar tersebut diperlukan karena kurikulum yang digunakan juga disusun berdasarkan standar tertentu termasuk target pembelajaran yang harus dicapai.

Tri menambahkan Yogyakarta siap untuk melaksanakan pembelajaran secara daring apabila ditinjau dari aspek infrastruktur telekomunikasi yang ada di kota tersebut.

“Kapasitas dan ‘coverage’ jaringan internet sudah sangat memadai. Bahkan siswa pun bisa memanfaatkan hotspot atau wifi publik secara gratis yang ada di wilayah. Sudah ada di sekitar 160 titik,” katanya.

Baca juga: Pelaporan pendatang dan pemudik di Yogyakarta dilakukan secara daring

Namun demikian, lanjut dia, masih ada sejumlah aspek yang perlu dipertimbangkan seperti murid yang tidak semuanya memiliki perangkat telekomunikasi yang mendukung pembelajaran secara daring.

“Dari data yang ada, sekitar 15 persen siswa di SMP negeri di Kota Yogyakarta masuk dari jalur KMS atau warga miskin. Tetapi, tidak menutup kemungkinan jika mereka juga memiliki gawai yang mendukung pembelajaran online,” katanya.

Sementara itu, Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Dedi Budiono mengatakan terdapat perbedaan yang mendasar antara belajar dari rumah di masa awal pandemi COVID-19, dan belajar dari rumah saat tahun ajaran baru nanti.

Baca juga: Belajar matematika jangan hanya hafal materi

Pada awal masa pandemi, lanjut dia, tujuan utama dari kebijakan belajar daring adalah mencegah dan memutus mata rantai penularan COVID-19 terhadap siswa sekolah dan belum mengutamakan pencapaian target pembelajaran sesuai kurikulum.

Sedangkan untuk kegiatan belajar daring yang akan datang sudah harus ada target pencapaian kurikulum.

“Makanya, belajar daring yang kemarin bukan untuk menuntaskan kurikulum sehingga bisa menggunakan metode atau aplikasi apapun. Tetapi, akan lebih baik jika ada platform standar yang digunakan karena ada target kurikulum,” katanya.

Baca juga: Pemerhati: Guru perlu pendekatan berbeda untuk proses belajar daring

Manurut dia, platform standar untuk kegiatan belajar mengajar daring tersebut setidaknya harus memenuhi beberapa syarat di antaranya, bisa digunakan untuk menyampaikan materi pembelajaran dengan mudah, memenuhi kebutuhan administrasi guru, serta mampu memberikan informasi ke orang tua terkait aktivitas anak saat belajar dari rumah.

Sejumlah masukan yang diterima Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta untuk pelaksanaan belajar dari rumah yang sudah dilakukan sejak akhir Maret di antaranya, guru hanya memberikan banyak tugas sehingga siswa bosan.

“Nantinya, tugas dan pemberian materi oleh guru harus seimbang supaya anak-anak tidak bosan. Harus ada pembelajaran tatap muka secara daring yang diseimbangkan dengan pemberian tugas,” katanya.

Berdasarkan survei yang dilakukan Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta sekitar 63 persen orang tua masih menginginkan anaknya melanjutkan belajar dari rumah karena ada kekhawatiran terhadap penularan virus corona.

Baca juga: Penggunaan gawai selama belajar dari rumah harus sesuai kebutuhan

“Tampaknya, kegiatan belajar mengajar di Kota Yogyakarta masih akan dilakukan secara daring. Tetapi, kami juga tetap menyusun standar operasional prosedur untuk pembelajaran tatap muka. Ini sebagai persiapan saja,” katanya.

Standar pembelajaran tatap muka di antaranya memastikan ketersediaan sarana dan prasarana kebersihan seperti wastafel untuk cuci tangan, sabun, kebersihan toilet dan lingkungan sekolah, alat pengukur suhu tubuh, hingga menyiapkan ruang kelas agar mematuhi aturan physical distancing.

“Jadwal masuk untuk siswa juga diatur, termasuk pengurangan jam belajar secara tatap muka. Ini untuk persiapan kami,” katanya.

Baca juga: PGRI minta pemerintah mudahkan akses internet untuk belajar di rumah