Modifikasi cuaca tingkatkan tinggi muka air seluruh waduk di Batam
23 Juni 2020 15:45 WIB
Teknologi Modifikasi Cuaca Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca melakukan persiapan modifikasi cuaca di Batam. (ANTARA/HO/Dok BPPT)
Batam (ANTARA) - Teknologi modifikasi cuaca yang dilaksanakan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) terbukti berhasil meningkatkan tinggi muka air seluruh waduk di Batam secara signifikan dalam tiga hari terakhir.
"Setiap hari terjadi hujan di wilayah Batam dengan intensitas sedang hingga deras. Dalam beberapa hari ini, curah hujan memang cukup besar. Berdasarkan data penakar rata-rata curah hujan selama 10 hari ini mencapai 122,3 mm," kata Koordinator Lapangan Teknologi Modifikasi Cuaca Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca Posko Batam Budi Harsoyo di Batam, Selasa.
Kenaikan tinggi muka air bahkan selamatkan operasional sebagian waduk.
Baca juga: Modifikasi cuaca BPPT berhasil tingkatkan volume waduk di Batam
Hingga Senin (22/6), elevasi muka air Waduk Sei Ladi naik capai lebih dari 1 meter (117 cm), Waduk Sei Harapan naik 61 cm, Waduk Muka Kuning naik 41 cm, Waduk Duriangkang naik 26 cm, dan Waduk Nongsa naik 21 cm.
Hujan deras dalam tiga hari terakhir, lanjut Budi Harsoyo, mampu menyelamatkan kondisi waduk itu sendiri, seperti di Waduk Muka Kuning yang sempat terancam berhenti operasional untuk suplai air baku.
"TMA Waduk Muka Kuning turun sekitar 4 cm per hari karena pengambilan untuk kebutuhan air baku. Alhamdulillah, hujan deras pada Sabtu lalu, intensitas di Waduk Muka Kuning capai 52 mm sehingga dapat meningkatkan elevasi waduk setinggi 56 cm. Jadi posisinya sudah aman dan kembali beroperasi normal," kata dia dalam keterangan tertulis.
Selain Waduk Muka Kuning, dampak peningkatan tinggi muka air juga terlihat pada Waduk Sei Ladi.
Baca juga: BBTMC-BPPT terapkan modifikasi cuaca di Batam atasi krisis air
Hujan dua hari pada Jumat dan Sabtu (18-19/6) membuat elevasi Waduk Sei Ladi naik satu meter lebih.
"Sekarang hanya dibutuhkan penambahan sekitar 98 cm dari batas limpas," kata Budi Harsoyo.
Operasi teknologi modifikasi cuaca yang dilaksanakan BBTMC-BPPT dimulai sejak 10 Juni lalu, dan masih akan terus dilaksanakan hingga 20 hari ke depan.
Selama 10 hari pelaksanaan teknologi mo di Batam, berdasarkan hasil analisis data curah hujan TRMM (Tropical Rainfall Measuring Mission), volume hujan tercatat telah mencapai 45,1 juta meterkubik.
"Kami tetap berjuang memanfaatkan potensi awan yang ada untuk membantu masyarakat Batam keluar dari kesulitan kebutuhan air baku sehari-hari. Masih ada 20 hari ke depan pelaksanaan TMC khusus wilayah Batam," kata Pelaksana Harian Kepala BBTMC-BPPT Jon Arifian.
Dalam kesempatan terpisah, Kepala BBTMC-BPPT Tri Handoko Seto mengingatkan pengelola waduk dapat melaksanakan TMC secara tepat waktu.
"TMC harus menjadi bagian pengelolaan waduk keseluruhan. Sehingga tidak hanya memenuhi kebutuhan air baku tetapi juga meningkatkan produktivitas waduk itu sendiri, meningkatkan pertanian, PLTA dan lain-lain," kata dia.
Di sisi lain, Tri Handoko Seto mengharapkan pengelola waduk melakukan pembenahan manajemen arsip data waduk yang baik .
"Kekurangan di Batam saat ini, kami belum mendapatkan data pemakaian air waduk harian untuk dapat menghitung volume hasil TMC secara lebih komprehensif. Oleh karena itu, disarankan agar penyimpanan arsip dan pencatatan harian data hidrologi waduk dapat lebih ditingkatkan dan diperhatikan lebih baik lagi," katanya disela-sela Pendidikan Lemhanas.
Wilayah Batam, Kepulauan Riau mengalami kekeringan akibat kemarau panjang pada 2019. Pada Januari-Februari 2020 jumlah curah hujan lebih rendah dari batas normal. Akibatnya, tinggi muka air waduk-waduk di Batam turun drastis.
Penurunan tinggi muka air harus diantisipasi agar tidak menjadi masalah serius bagi Pulau Batam dikarenakan kebutuhan sumber daya air baku hanya berasal dari waduk.
Baca juga: Waduk Gesek Bintan alami pendangkalan
Baca juga: Bersih bersih waduk, Jasa Tirta II lakukan program Padat Karya Tunai
Baca juga: Kementerian PUPR tuntaskan rehabilitasi penataan Waduk Muara Nusa Dua
"Setiap hari terjadi hujan di wilayah Batam dengan intensitas sedang hingga deras. Dalam beberapa hari ini, curah hujan memang cukup besar. Berdasarkan data penakar rata-rata curah hujan selama 10 hari ini mencapai 122,3 mm," kata Koordinator Lapangan Teknologi Modifikasi Cuaca Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca Posko Batam Budi Harsoyo di Batam, Selasa.
Kenaikan tinggi muka air bahkan selamatkan operasional sebagian waduk.
Baca juga: Modifikasi cuaca BPPT berhasil tingkatkan volume waduk di Batam
Hingga Senin (22/6), elevasi muka air Waduk Sei Ladi naik capai lebih dari 1 meter (117 cm), Waduk Sei Harapan naik 61 cm, Waduk Muka Kuning naik 41 cm, Waduk Duriangkang naik 26 cm, dan Waduk Nongsa naik 21 cm.
Hujan deras dalam tiga hari terakhir, lanjut Budi Harsoyo, mampu menyelamatkan kondisi waduk itu sendiri, seperti di Waduk Muka Kuning yang sempat terancam berhenti operasional untuk suplai air baku.
"TMA Waduk Muka Kuning turun sekitar 4 cm per hari karena pengambilan untuk kebutuhan air baku. Alhamdulillah, hujan deras pada Sabtu lalu, intensitas di Waduk Muka Kuning capai 52 mm sehingga dapat meningkatkan elevasi waduk setinggi 56 cm. Jadi posisinya sudah aman dan kembali beroperasi normal," kata dia dalam keterangan tertulis.
Selain Waduk Muka Kuning, dampak peningkatan tinggi muka air juga terlihat pada Waduk Sei Ladi.
Baca juga: BBTMC-BPPT terapkan modifikasi cuaca di Batam atasi krisis air
Hujan dua hari pada Jumat dan Sabtu (18-19/6) membuat elevasi Waduk Sei Ladi naik satu meter lebih.
"Sekarang hanya dibutuhkan penambahan sekitar 98 cm dari batas limpas," kata Budi Harsoyo.
Operasi teknologi modifikasi cuaca yang dilaksanakan BBTMC-BPPT dimulai sejak 10 Juni lalu, dan masih akan terus dilaksanakan hingga 20 hari ke depan.
Selama 10 hari pelaksanaan teknologi mo di Batam, berdasarkan hasil analisis data curah hujan TRMM (Tropical Rainfall Measuring Mission), volume hujan tercatat telah mencapai 45,1 juta meterkubik.
"Kami tetap berjuang memanfaatkan potensi awan yang ada untuk membantu masyarakat Batam keluar dari kesulitan kebutuhan air baku sehari-hari. Masih ada 20 hari ke depan pelaksanaan TMC khusus wilayah Batam," kata Pelaksana Harian Kepala BBTMC-BPPT Jon Arifian.
Dalam kesempatan terpisah, Kepala BBTMC-BPPT Tri Handoko Seto mengingatkan pengelola waduk dapat melaksanakan TMC secara tepat waktu.
"TMC harus menjadi bagian pengelolaan waduk keseluruhan. Sehingga tidak hanya memenuhi kebutuhan air baku tetapi juga meningkatkan produktivitas waduk itu sendiri, meningkatkan pertanian, PLTA dan lain-lain," kata dia.
Di sisi lain, Tri Handoko Seto mengharapkan pengelola waduk melakukan pembenahan manajemen arsip data waduk yang baik .
"Kekurangan di Batam saat ini, kami belum mendapatkan data pemakaian air waduk harian untuk dapat menghitung volume hasil TMC secara lebih komprehensif. Oleh karena itu, disarankan agar penyimpanan arsip dan pencatatan harian data hidrologi waduk dapat lebih ditingkatkan dan diperhatikan lebih baik lagi," katanya disela-sela Pendidikan Lemhanas.
Wilayah Batam, Kepulauan Riau mengalami kekeringan akibat kemarau panjang pada 2019. Pada Januari-Februari 2020 jumlah curah hujan lebih rendah dari batas normal. Akibatnya, tinggi muka air waduk-waduk di Batam turun drastis.
Penurunan tinggi muka air harus diantisipasi agar tidak menjadi masalah serius bagi Pulau Batam dikarenakan kebutuhan sumber daya air baku hanya berasal dari waduk.
Baca juga: Waduk Gesek Bintan alami pendangkalan
Baca juga: Bersih bersih waduk, Jasa Tirta II lakukan program Padat Karya Tunai
Baca juga: Kementerian PUPR tuntaskan rehabilitasi penataan Waduk Muara Nusa Dua
Pewarta: Yuniati Jannatun Naim
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020
Tags: