Jakarta (ANTARA) - Para peneliti di China mengungkapkan bahwa respons kekebalan tubuh orang tanpa gejala (OTG) COVID-19 lebih lemah dibandingkan dengan orang dengan gejala.

Tim penelitian dari Chongqing Medical University melakukan survei terhadap 37 kasus OTG berusia delapan hingga 75 tahun yang dikarantina di Rumah Sakit Daerah Wanzhou, Kota Chongqing.

Tim tersebut mendapati median pertumbuhan virus pada OTG lebih lama 14 hari daripada para pasien dengan gejala menengah, demikian sejumlah media China yang dirangkum ANTARA, Selasa.

Baik dalam fase akut (periode ketika asam ribonukleat virus ditemukan di spesimen saluran pernafasan) maupun fase pemulihan dini (delapan pekan setelah meninggalkan rumah sakit), tingkat IgG atau antibodi spesifik COVID-19 pada kasus OTG jauh lebih rendah dibandingkan dengan orang dengan gejala.

Selain itu, penurunan kadar antibodi penetral pada fase awal pemulihan terjadi pada 30 kasus OTG, sedangkan orang dengan gejala hanya 23 kasus.

Hasil penelitian tersebut mengindikasikan bahwa kasus OTG respons imunnya terhadap COVID-19 lebih lemah dibandingkan dengan orang dengan gejala.

Penurunan tingkat IgG dan penetralan level antibodi pada fase awal pemulihan berkontribusi pada kekebalan tubuh.

Baca juga: Memutus mata rantai COVID-19 berbasis inovasi

Baca juga: Peneliti: Ada potensi sampah masker jadi sumber mikroplastik baru