New York (ANTARA News/AFP) - Dolar turun tajam pada Selasa waktu setempat, setelah laporan baru mengatakan negara-negara Teluk akan menghentikan penggunaan mata uang AS untuk transaksi minyak, meskipun ada penyangkalan oleh negara-negara tersebut.
Sementara itu, sebuah kenaikan suku bunga oleh Australia membantu mengangkat komoditas mata uang dan meningkatkan pengambilan risiko, yang juga membebani greenback.
Gejolak di pasar-pasar mengangkat emas ke rekor baru 1.045 dolar per ons, memecahkan rekor sebelumnya 1.033,90 dollar.
Euro naik menjadi 1,4715 dolar dari 1,4648 dolar akhir Senin di New York.
Terhadap mata uang Jepang, dolar jatuh menjadi 88,82 yen dari 89,51 yen pada Senin.
Harian "The Independen" Inggris melaporkan di website pada Selasa bahwa negara-negara Teluk telah mengadakan pertemuan rahasia dengan para pejabat luar kawasan untuk membahas menggantikan dolar untuk perdagangan minyak.
Negara-negara akan menggunakan keranjang mata uang, termasuk yen, kata koran, mengutip negara Teluk Arab dan sumber perbankan China di Hong Kong.
Meskipun sepat disangkal, reaksi pasar "menunjukkan bagaimana sentimen negatif terhadap dolar," kata Michael Malpede dari Easy Forex.
Analis mata uang Barclay`s Capital, Adarsh Sinha mempertanyakan kedekatan dari setiap langkah menjauh dari dolar.
"Pada akhirnya gerakan maju minyak yang diperdagangkan dalam rentang yang lebih luas dari mata uang adalah mungkin, tetapi dalam pandangan kami, artikel The Independent membuatnya terdengar jauh lebih dekat daripada mungkin," katanya.
"Secara khusus, konsensus politik diperlukan untuk mencapai hal ini akan sangat sulit, terutama pada saat ada kurang jelas konsensus mengenai isu-isu yang lebih terdekat untuk (Teluk) negara, seperti Gulf Monetary Union."
Laporan datang dengan latar belakang kesepakatan antara China dan Rusia awal tahun ini untuk meningkatkan penggunaan mata uang domestik mereka dalam perdagangan bilateral.
Kenaikan suku bunga Australia -- yang pertama oleh sebuah negara G20 sejak krisis keuangan mulai -- meningkatkan risiko. Bank sentral mengumumkan kenaikan 25 basis poin menjadi 3,25 persen, mengangkat tingkat suku bunga dari terendah 49 tahun.
Kejutan pergerakan suku bunga "mungkin sekarang mengarah kepada peningkatan spekulasi pada bank-bank sentral utama akan menaikkan suku bunga berikutnya," kata Sacha Tihanyi dari Scotia Capital.
Tihanyi mengatakan Federal Reserve AS tidak mungkin menjadi yang pertama meningkatkan suku bunga.
"Kami masih berpikir itu sangat tidak mungkin bahwa The Fed bergerak untuk mengetatkan kebijakan, bahkan dalam enam bulan berikutnya, karena pengangguran tetap tinggi, seperti halnya risiko deflasi," katanya.
Emas, dipandang sebagai investasi "safe haven", telah memenangkan kembali menguntungkan dalam beberapa bulan karena ekonomi global berjuang keluar dari kemerosotan terburuk dalam beberapa dasawarsa.
Kenaikan harga emas yang sebagian besar didorong oleh kelemahan dolar, yang membuat komoditi yang dihargakan dalam dolar lebih murah bagi pemegang mata uang kuat, mendorong permintaan.
Emas juga memenangkan dukungan dari kekhawatiran tentang inflasi yang lebih tinggi karena logam secara luas dianggap oleh investor sebagai tempat penyimpanan yang aman.
Pada akhir perdagangan di New York, dolar berdiri pada 1,0269 franc Swiss dari 1,0320 franc pada Senin. Pound berada pada 1,5914 dolar dari 1,5934 dolar pada Senin.(*)
Dolar Terpukul Laporan Penggantian "Greenback" Dalam Minyak
7 Oktober 2009 06:54 WIB
US Dollar. (Istimewa/*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009
Tags: