Panitia Gempa Hindari Pilih Kasih Salurkan Bantuan
7 Oktober 2009 01:00 WIB
Sejumlah petugas membongkar muat bantuan logistik makanan, di posko koordinasi bencana, di Kantor Gubernur Sumatera Barat, Padang, Sumatera Barat, Sabtu (3/10). ( ANTARA/Ismar Patrizki)
Jambi (ANTARA News) - Panita penanggulangan gempa di Kabupaten Kerinci harus menghindari pilih kasih dalam menyalurkan bantuan pada korban, dengan menerapkan skala prioritas pada mereka yang benar-benar membutuhkan.
Sekda Provinsi Jambi, AM Firdaus di Jambi, Selasa mengatakan, tidak jarang dalam penyaluran bantuan panitia memberikan porsi lebih banyak pada seseorang, keluarga atau kelompok tertentu, karena ada hubungan kekeluargaan, satu daerah dan lainnya dengan panitia.
"Kita tidak ingin muncul berita atau informasi diskriminasi, seperti penyaluran bantuan gempa di Sumatra Barat, terhadap kelompok tertentu, padahal kenyataannya tidak begitu," katanya.
Khusus di Kabupaten Kerinci yang juga terkena musibah gempa berkekuatan 7.0 SR sehari setelah gempa berkekuatan 7,6 SR di Sumatra Barat, Rabu (30/9), panitia penanggulangan gempa diingatkan untuk bersikap adil dan tidak pilih kasih, serta memprioritaskan korban yang mengalami luka berat dan kerugian besar.
Selanjutnya Firdaus mengingatkan panitia, supaya bergerak cepat dan tidak menumpuk bantuan di posko atau gudang penyimpanan bantuan, karena korban sangat membutuhkannya, terutama makanan dan minuman serta selimut dan tenda.
Dalam keterangan terpisah, pengamat kebijakan publik, Drs Shomad mengatakan, panitia gempa, baik di Kerinci maupun Sumatra Barat, hendaknya mencermati secara serius himbauan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bahwa akurasi laporan jumlah korban dan kerusakan rumah serta prasarana sesuai dengan fakta di lapangan.
Akurasi jumlah korban dan kerusakan itu sangat menentukan jumlah dan jenis bantuan apa yang diprioritaskan pada korban supaya tepat sasaran dan kegunaan.
Ia mencontohkan, bagi korban gempa di Kabupaten Kerinci, yang lebih dibutuhkan saat ini material bangunan untuk membangun rumah dan gedung sekolah serta tempat ibadah yang rusak selain pakaian, makanan dan minuman bagi korban.
Namun tidak berarti tidak membutuhkan alat berat untuk membuka keterisoliran desa dan perkampungan yang korbanya belum terjangkau karena putusnya akses transportasi.
"Bantuan yang diberikan dari berbagai pihak dan penjuru daerah serta dunia hendaknya dapat tersalurkan pada korban yang benar-benar membutuhkan dan dapat meringankan bahkan membantu mereka untuk kembali bangkit melanjutkan kehidupan," kata Shomad.(*)
Sekda Provinsi Jambi, AM Firdaus di Jambi, Selasa mengatakan, tidak jarang dalam penyaluran bantuan panitia memberikan porsi lebih banyak pada seseorang, keluarga atau kelompok tertentu, karena ada hubungan kekeluargaan, satu daerah dan lainnya dengan panitia.
"Kita tidak ingin muncul berita atau informasi diskriminasi, seperti penyaluran bantuan gempa di Sumatra Barat, terhadap kelompok tertentu, padahal kenyataannya tidak begitu," katanya.
Khusus di Kabupaten Kerinci yang juga terkena musibah gempa berkekuatan 7.0 SR sehari setelah gempa berkekuatan 7,6 SR di Sumatra Barat, Rabu (30/9), panitia penanggulangan gempa diingatkan untuk bersikap adil dan tidak pilih kasih, serta memprioritaskan korban yang mengalami luka berat dan kerugian besar.
Selanjutnya Firdaus mengingatkan panitia, supaya bergerak cepat dan tidak menumpuk bantuan di posko atau gudang penyimpanan bantuan, karena korban sangat membutuhkannya, terutama makanan dan minuman serta selimut dan tenda.
Dalam keterangan terpisah, pengamat kebijakan publik, Drs Shomad mengatakan, panitia gempa, baik di Kerinci maupun Sumatra Barat, hendaknya mencermati secara serius himbauan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bahwa akurasi laporan jumlah korban dan kerusakan rumah serta prasarana sesuai dengan fakta di lapangan.
Akurasi jumlah korban dan kerusakan itu sangat menentukan jumlah dan jenis bantuan apa yang diprioritaskan pada korban supaya tepat sasaran dan kegunaan.
Ia mencontohkan, bagi korban gempa di Kabupaten Kerinci, yang lebih dibutuhkan saat ini material bangunan untuk membangun rumah dan gedung sekolah serta tempat ibadah yang rusak selain pakaian, makanan dan minuman bagi korban.
Namun tidak berarti tidak membutuhkan alat berat untuk membuka keterisoliran desa dan perkampungan yang korbanya belum terjangkau karena putusnya akses transportasi.
"Bantuan yang diberikan dari berbagai pihak dan penjuru daerah serta dunia hendaknya dapat tersalurkan pada korban yang benar-benar membutuhkan dan dapat meringankan bahkan membantu mereka untuk kembali bangkit melanjutkan kehidupan," kata Shomad.(*)
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009
Tags: