Semarang (ANTARA News) - Menteri Agama M. Maftuh Basyuni mengatakan, saat ini banyak kiai atau ulama yang kehilangan kepercayaan diri dibandingkan zaman dulu.

"Dulu, makanan dan minuman sisa kiai saja banyak yang diperebutkan," katanya usai membuka Seminar Nasional Ma`had Aly di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), Semarang, Selasa.

Namun, kata dia, untuk saat ini jangankan makanan dan minuman sisa kiai yang diperebutkan, omongan kiai saja bahkan tidak "digugu" (ditanggapi dan ditaati, red.), sehingga mereka tidak percaya diri lagi.

Menurut dia, hal itu disebabkan Indonesia banyak kehilangan ulama-ulama besar, sedangkan proses kaderisasi tidak berjalan baik. "Kader-kader kiai sampai saat ini belum bermunculan," katanya.

Karena itu, kata dia, proses pengkaderan kiai perlu terus ditingkatkan, salah satunya melalui proses pembelajaran di pesantren, sebagai pusat kaderisasi ulama.

"Proses pembelajaran di pesantren perlu terus dioptimalkan, misalnya mengajak santri sebagai subjek belajar untuk mau belajar kitab-kitab yang bertaraf tinggi," katanya.

Kemudian, kata dia, keberadaan dan kelangsungan Ma`had Aly sebagai lembaga pendidikan yang terintegrasi dengan pesantren perlu juga diperhatikan.

"Ma`had Aly berbeda baik secara `hardware` maupun `software` dengan perguruan-perguruan tinggi Islam, misalnya Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang," katanya.

Ia mengatakan, sebagai bentuk dukungan terhadap kelangsungan Ma`had Aly tersebut, pihaknya sangat mengapresiasi pendirian Ma`had Aly di Semarang yang memanfaatkan tanah wakaf MAJT.

"Nantinya, para santri di Ma`had Aly akan dipersiapkan untuk menjadi ulama besar yang memiliki kemampuan agama, khususnya di bidang fiqih dan ushul fiqih," kata Maftuh.

Sementara itu, Ketua Badan Kesejahteraan Masjid (BKM) Semarang, Taufik Rahman mengatakan, Ma`had Aly yang akan dibangun rencananya menempati lahan sebelah barat Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT).

"MAJT memiliki tanah wakaf seluas sekitar 22 hektare (ha) dan Ma`had Aly akan dibangun di lahan seluas 10 ha," katanya.

Menurut dia, pembangunan Ma`had Aly tersebut dilakukan juga sebagai upaya untuk mengamankan dan memberdayakan tanah wakaf MAJT.

"Pembangunan Ma`had Aly sesuai dengan Peraturan Menteri Agama Nomor 114/2008 dan di beberapa daerah lain juga telah dibangun Ma`had Aly," katanya.

Ia menjelaskan, Ma`had Aly adalah lembaga pendidikan yang sudah memiliki pesantren dan pondokan untuk para siswanya, berbeda dengan perguruan tinggi agama lainnya.

"Pembangunan Ma`had Ali tersebut ditargetkan sudah selesai pada tahun depan, karena sampai saat ini kami terkendala proses pengurukan lahan, mengingat lahannya berupa areal persawahan," katanya.

Nantinya, kata dia, Ma`had Aly tersebut juga akan dilengkapi dengan beberapa fasilitas pendukung, seperti laboratorium, perpustakaan, dan sistem teknologi informasi telekomunikasi (ICT).

"Kami akan menganggarkan dana senilai Rp6,1 miliar untuk pembangunan Ma`had Aly itu, namun jumlah tersebut kemungkinan besar masih bisa bertambah," kata Taufik.
(*)