Jakarta (ANTARA News) - Sebagian besar bangunan cagar budaya di Sumatera Barat rusak berat akibat gempa berkekuatan 7,6 SR yang mengguncang wilayah itu Rabu lalu (20/9).

Hasil Tim Survei Kerusakan Benda Cagar Budaya Pasca-gempa Sumbar pada Minggu (4/10) menyebutkan, bangunan cagar budaya di lima kawasan Kota Padang umumnya rusak berat, kata Koordinator Crisis Center Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Surya Dharma, di Jakarta, Selasa.

Gempa berkekuatan 7,6 skala richter itu telah meluluhrantakkan rumah, infrastrukur, dan bangunan fasiltas umum termasuk bangunan bersejarah di Kota Padang.

Pihaknya mencatat di kawasan Batang Arau, Pasar Mudi, Pasar Malintang, dan Pasar Gadang sebagian besar kondisi bangunan cagar budaya rusak berat dengan tingkat kerusakan rata-rata sekitar 80 persen.

"Sedangkan di kawasan Pasar Batimpuk, bangunan cagar budaya yang rusak hanya sebagian," katanya.

Dari kelima kawasan yang disurvei tersebut diketahui merupakan daerah yang mempunyai peninggalan bangunan sisa masa Kolonial Belanda yang jumlahnya sekitar 50 unit bangunan.

Tim survei melaporkan, umumnya kerusakan terjadi pada struktur bangunan yang rata-rata memang telah berumur puluhan tahun itu.

Gedung Perpustakaan dan Arsip Nasional Sumbar juga dilaporkan dalam kondisi rusak berat bahkan ambruk.

Bangunan lain yang juga menyimpan berbagai koleksi sejarah yakni Museum Adityawarman mengalami rusak ringan bagian belakang sedangkan Taman Budaya Sumbar rusak di bagian luar.

"Depbudpar bersama Dinas Budpar Sumbar menurunkan tim teknis untuk mensurvei BCB yang ada di Kota Padang sekitarnya, Kota Pariaman sekitarnya, dan Kota Bukittinggi sekitarnya serta mendata kerusakan bangunan akibat terkena gempa berkekuatan 7,6 SR pada Rabu (20/9) lalu," katanya.

Sebelumnya, Depbudpar menyatakan telah membentuk crisis center sebagai salah satu respon menghadapi bencana gempa di Sumbar.

"Crisis center kita bentuk sebagai wadah informasi bagi publik yang berkaitan dengan pariwisata di Sumbar pasca-gempa," kata Surya Dharma.

Ia mengatakan, crisis center itu menyediakan segala macam informasi termasuk mengakomodasi wisatawan yang menjadi korban bencana tersebut.

Crisis center juga menyiapkan diri untuk berkomunikasi dan berkoordinasi dengan travel biro dan pemangku kepentingan dalam sektor pariwisata di Sumbar.

"Langkah pertama yang kami lakukan adalah menyiapkan media center dan perangkat telekomunikasi," katanya.

Selanjutnya, pihaknya sesegera mungkin mempelajari situasi yang ada pasca-gempa untuk kemudian melakukan gerakan pemulihan pariwisata pasca-gempa.

"Pada intinya crisis center bidang Kebudayaan dan Pariwisata ini dibentuk sebagai upaya membantu memberikan informasi kepada masyarakat seputar perkembangan kejadian peristiwa tersebut," katanya.

Crisis center Depbudpar di Padang akan dipusatkan di Inna Muara Hotel Padang, Jalan Gereja No.34 Padang, Telefon +62 75135600 dan 35365 (faksimile: 75131163) dan terhubung dengan crisis center di Pusat Informasi dan Humas Depbudpar Jakarta di Gedung Sapta Pesona Lantai II Ruang Press Room , Jalan Merdeka Barat No.17 Jakarta Pusat. Telefon: 3838169 Fax: 3854237 Email: humas@budpar.go.id.

Dalam pembentukan crisis center gempa Sumbar Surya Dharma, Kepala Pusat Informasi dan Humas (Kapusformas) (Hp:081382768082), ditunjuk sebagai koordinator didampingi oleh Burhanudin, Kepala Bidang Informasi dan Publikasi.
(*)