Singapura, (ANTARA News) - Minyak melemah di perdagangan Asia pada Selasa karena para pedagang masih terus mengevaluasi pencepatan dari pemulihan ekonomi Amerika Serikat, pengguna energi terbesar dunia, kata para analis.
Kontrak utama berjangka New York minyak mentah jenis light sweet untuk pengiriman November turun lima sen menjadi 70,36 dolar per barel. Sementara minyak mentah Laut Utara Brent juga untuk pengiriman November turun sembilan sen menjadi 67,95 dolar per barel, sebagaimana dikutip dari AFP.
Para pemain pasar terus mengamati ekonomi Amerika Serikat yang dapat membantu mengindikasikan prospek permintaan.
Data baru yang diterbitkan Senin oleh Institute Management (ISM) menunjukkan bahwa sektor jasa Amerika Serikat tumbuh pada September untuk pertama kalinya dalam setahun dengan indeks non-manufakturnya naik menjadi 50,9 persen dari 48,4 persen pada Agustus.
Setiap angka di atas 50 persen mengindikasikan pertumbuhan.
"Itu merupakan tertinggi sejak Mei 2009 dan pertama kalinya sejak Agustus tahun lalu bahwa ini bagian dari ekonomi AS yang telah mengalami pertumbuhan," kata Dariusz Kowalczyk, `chief investment strategist` pada SJS Markets.
Data ISM Senin, yang mengikuti angka-angka pekan lalu oleh Departemen Ketenagakerjaan menunjukkan bahwa kehilangan pekerjaan melaju dengan cepat mencapai 263.000, menjadikan angka pengangguran menjadi tertinggi dalam 26 tahun yakni 9,8 persen pada September.
Phil Flynn, analis pada PFG Best, mengkhawatirkan bahwa harga minyak dapat tetap di bawah tekanan.
Sementara subindeks pekerjaan ISM pada Senin mencerminkan PHK yang berkelanjutan tapi tidak seberat seperti dalam bulan-bulan sebelumnya, naik 0,8 persen menjadi 44,3 persen.
Sektor jasa membentuk bagian terbesar dari kegiatan ekonomi AS dan kesempatan kerja, dan oleh karena itu penting untuk pemulihan dari resesi panjang.
Tetapi analis Phil Flynn memperingatkan bahwa harga minyak bisa tetap di bawah tekanan.
"Kehilangan pekerjaan memuncak dan pasokan minyak meningkat. Ini adalah waktu untuk menghadapi fakta. Data ekonomi baru-baru ini meruntuhkan kasus minyak bullish (bergairah)," katanya.
"Selamat datang di pengangguran pemulihan ekonomi yang seharusnya mengurangi ekspektasi permintaan minyak lebih jauh karena kami melihat ke depan kami."
Faktor lain yang membebani harga minyak adalah meredanya kekerasan di negara kaya minyak Nigeria.(*)
Harga Minyak Melemah di Perdagangan Asia
6 Oktober 2009 11:16 WIB
Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009
Tags: