Jakarta (ANTARA) - Pengamat energi dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Fahmy Radhi mendukung rencana penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) anak usaha atau subholding PT Pertamina (Persero) karena bakal meraup dana segar.

"Melalui IPO, subholding Pertamina ini akan meraup dana segar dengan cost of capital (biaya modal) yang paling murah dibanding pendanaan dari utang perbankan atau global bond," katanya dalam rilis di Jakarta, Senin.

Menurut dia, IPO akan menjadikan anak usaha Pertamina sebagai perusahaan publik, yang lebih transparan dan akuntabel.

Baca juga: Akademisi: IPO Subholding tidak untuk jual Pertamina

Dengan tata kelola yang transparan pasca-IPO, lanjutnya, akan mencegah potensi mafia migas berburu rente.

Fahmy menambahkan penjualan saham BUMN Pertamina sebagai holding memang tidak diperkenankan karena melanggar amanat UUD 1945.

Namun, penjualan sebagian saham anak usaha atau subholding Pertamina tidak melanggar konstitusi dan perundangan yang berlaku, asal mayoritas sahamnya masih tetap dikuasai negara.

Baca juga: Setoran pajak dan dividen Pertamina tembus Rp181,5 triliun

Ia berharap pada pelaksanaan IPO subholding Pertamina nanti tidak terjadi praktik aksi goreng-menggoreng harga saham, namun sesuai dengan harga pasar.

"Indikasi praktik goreng-menggoreng dengan menetapkan nilai saham yang over value pernah terjadi pada IPO beberapa BUMN sebelumnya," ujarnya.

Kalau terjadi over value, tambahnya, harga saham perdana akan menimbulkan sentimen negatif bagi harga saham subholding Pertamina ke depan.