Jakarta (ANTARA) - Balai Literasi Braille Indonesia (BLBI) Abiyoso sebagai Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Kementerian Sosial yang mengelola literasi braille bagi Penyandang Disabilitas Sensorik Netra (PDSN) membantu membangun peradaban literasi bagi penyandang disabilitas.

"Balai Literasi Abiyoso berperan sebagai pembangun peradaban literasi bagi penyandang disabilitas sekaligus sebagai laboratorium literasi braile di Indonesia," kata Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Harry Hikmat dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Senin.

Ia mengatakan, balai ini selain menjadi satu-satunya Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Kemensos mengelola literasi braille, BLBI Abiyoso juga sebagai rujukan nasional dan laboratorium literasi braille di Indonesia.

Balai Literasi Abiyoso telah membuka cakrawala para PDSN agar akses terhadap informasi. Selain itu juga memberikan layanan literasi antara lain, penerbitan/pencetakan buku-buku braille dan audio, Bimbingan Teknis (Bimtek) Aksesibilitas baca-tulis Arab dan Latin Braille, Bimtek Aksesibilitas teknologi informasi bagi PDSN, Pojok Braille di berbagai perpustakaan umum, Bioskop Berbisik dan Story Telling.

Kemudian, ada juga Audio Mobile Library berbasis aplikasi telepon pintar, Perpustakaan Keliling, Layanan Internet Gratis dengan nama NetDisNet (Internet bagi Disabilitas Netra), dan penerbitan majalah Gema Braille.

Balai Literasi Abiyoso juga sering mengikuti pameran literasi di berbagai daerah, mulai dari yang berskala nasional hingga internasional. Balai ini merupakan anggota Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI).

Baca juga: Pendistribusian bansos COVID-19 ikut dibantu BLBI Abiyoso Kemensos

Baca juga: Kemensos pastikan beri perhatian kelompok rentan saat masa transisi


Pada 2020, Balai Literasi Abiyoso memproduksi 47.400 produk terdiri dari 35.492 buku cetak braille, 11.700 Buku Bicara, 48 Buku Agama Islam Digital Pen dan 160 Buku Panduan Mengajar Bentuk/Braille.

Hasil produksi itu didistribusikan kepada PDSN yang berada di panti, Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS), Organisasi Sosial di Masyarakat, Sekolah Luar Biasa (SLB) dan juga memenuhi kebutuhan di perpustakaan, Dinas Sosial Provinsi/Kota/Kabupaten.

Salah satu yang menjadi daya tarik saat mengunjungi Balai Literasi Abiyoso yaitu produk Buku Audio atau Buku Bicara berupa kepingan Compact Disk (CD) yang berisi hasil rekaman pembacaan buku, mulai dari buku novel, agama, motivasi, kesehatan dan pengetahuan umum.

Buku Bicara yang telah terbentuk sejak 1993 bekerja sama dengan pemerintah Jepang yaitu Japan International Cooperation Agency (JICA). Mereka memberi bantuan peralatan audio, pelatihan dan tenaga ahli untuk proyek pembuatan buku bicara melalui media kaset namun kini berkembang melalui media CD.

Pada 2018, Balai Literasi Abiyoso mendapat bantuan dari Siloam Foundation untuk pengembangan Buku Bicara melalui aplikasi Audio Mobile Library (AML). Basis penggunaan AML bisa diakses dengan telepon pintar yang telah di instal aplikasi pembaca layar berbasis audio seperti aplikasi Talks, Damayanti dan lainnya.

"Saya rasa sebutan literasi disabilitas lebih cocok jika kini bahan bacaan bisa diwujudkan dalam format lain, tidak hanya melalui huruf braille, contohnya seperti buku bicara," ujar Harry.

Modernisasi teknologi merangsang Balai Literasi Abiyoso untuk bermanuver di bidang teknologi digital. Seperti Buku bicara yang ke depan akan bertransformasi dari kepingan CD menjadi soft file atau e-book yang mampu diakses secara daring, literatur lengkap terkemas dalam aplikasi, bahkan memiliki website tersendiri yang terkoneksi dengan mesin pencarian Google.

Baca juga: Kemensos siapkan bantuan untuk tiga disabilitas terinfeksi COVID-19

Baca juga: Kemensos salurkan bantuan bagi disabilitas-lansia terdampak COVID-19