Cilacap (ANTARA) - Dinas Pertanian (Dinpertan) Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, optimistis stok pangan di wilayah setempat meningkat, kata Kepala Dinpertan Kabupaten Cilacap Supriyanto.

"Usaha untuk meningkatkan stok pangan dalam arti jumlah dan kontinuitas terus kami galakan yang dimulai dari mempercepat tanam melalui Gerakan Percepatan Olah Tanah (GPOT) untuk mendukung percepatan tanam," katanya di Cilacap, Senin.

Terkait dengan hal itu, dia mengatakan Kementerian Pertanian menargetkan luasan tanam di Kabupaten Cilacap hingga akhir bulan Juni 2020 mencapai 2.700 hektare.

Akan tetapi, kata dia, pihaknya justru memasang target seluas 15.000 hektare dan sampai saat sekarang sudah terlampaui karena telah mencapai 16.591 hektare.

Ia mengaku optimistis luasan tanam di Kabupaten Cilacap hingga akhir bulan Juni bisa mencapai kisaran 20.000 hektare

"Alhamdulillah di Cilacap masih ada hujan, sehingga (tanahnya) masih basah-basah, terutama di DI (Daerah Irigasi) Serayu mulai dari enam kecamatan di Distrik Kroya plus Kesugihan, sebagian Jeruklegi, dan wilayah kota, hampir seluruhnya sudah tanam," katanya.

Sementara di wilayah barat seperti Kecamatan Kawunganten dan sekitarnya, kata dia, sebagian area persawahannya baru selesai panen meskipun sudah masuk olah tanah dan sebagian petaninya sudah sebar benih sehingga berkesinambungan.

"Dari sisi kontinuitas produk, area persawahan di wilayah timur atau Distrik Kroya dalam dua minggu ke depan sudah ada yang panen dan akan makin ramai pada bulan Juli-Agustus, sedangkan di wilayah barat baru ditanami padi. Kami berupaya agar sepanjang tahun tetap ada panen," katanya.

Selain itu, kata dia, area persawahan di wilayah pegunungan seperti Cimanggu, Majenang, Wanareja, dan Dayeuhluhur bisa panen hingga tiga kali dalam setahun karena airnya selalu tersedia.

Kendati demikian, dia mengakui luasan sawah di daerah pegunungan tersebut tidak terlalu luas karena kurang dari 6.000 hektare atau kurang dari 10 persen lahan baku sawah di Cilacap yang mencapai 66.527 hektare.

"Tapi stok pangan di daerah pegunungan selalu ada sepanjang tahun," jelasnya.

Terkait dengan masalah produktivitas, Supriyanto mengaku adanya dilema karena alokasi pupuk bersubsidi untuk petani secara nasional termasuk di Kabupaten Cilacap mengalami penurunan, sementara produktivitas digenjot untuk meningkat.

Dalam hal ini, dia mencontohkan alokasi pupuk urea bersubsidi untuk Kabupaten Cilacap pada tahun 2019 sebanyak 25.000 ton, namun pada tahun 2020 hanya mendapat alokasi awal sebanyak 18.000 ton.

"Alhamdulillah pada pertengahan April kemarin, kami mendapatkan tambahan 1.500 ton urea. Namun kami tetap berusaha melaksanakan perintah untuk menaikkan produktivitas dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan," katanya.

Saat melakukan kunjungan kerja di Desa Sidaurip, Kecamatan Gandrungmangu, Kabupaten Cilacap, Sabtu (13/6), Menteri Pertanian Syahruh Yasin Limpo mengatakan Jawa Tengah merupakan salah satu daerah yang diandalkan dalam rangka menyiapkan stok pangan yang cukup bagi semua masyarakat di seluruh Indonesia, khususnya di Jateng dan Jawa pada umumnya.

Sementara Kabupaten Cilacap, kata dia, merupakan lumbung pangan sehingga harus didorong secara maksimal dan diharapkan produktivitasnya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan sebelumnya.

"Oleh karena itu, intervensi segala kekuatan pertanian, baik dalam prapelaksanaan, prapenanaman harus dikondisikan. Dan, sekarang ini kita masuk pertanaman musim tanam II, musim tanam kering, dan ternyata air masih cukup banyak, oleh karena itu percepatannya harus dilakukan bersama," katanya.

Mentan mengharapkan bukan hanya Cilacap saja, tetapi semua kabupaten yang ada di Jawa Tengah maupun para bupati di seluruh Indonesia untuk turun melakukan percepatan tanam di musim tanam II ini.

"Kalau ini kita lakukan, apa pun besok yang terjadi, perut rakyat Indonesia tersedia makannya, maka kita dalam menghadapi (berbagai) tantangan termasuk tantangan COVID-19, memiliki kekuatan besar," katanya.

Lebih lanjut, Mentan mengaku optimistis bahwa Indonesia mampu terhindar dari ancaman krisis pangan yang akan terjadi pascapandemi COVID-19 seperti yang diingatkan oleh organisasi pangan dan pertanian dunia (Food and Agriculture Organization/FAO).

Selain itu, kata dia, FAO juga memberi peringatan terkait dengan adanya ancaman kekeringan yang melanda dunia karena persediaan air tinggal sedikit sejak bulan Mei hingga Juni dan pada bulan Juli sudah tidak ada air.

"Kita jawab di Indonesia tidak (ada kekeringan maupun krisis pangan). Di Indonesia ada semua (ketersediaan pangan dan air)," katanya.

Dalam kunjungan kerja tersebut, Mentan berkesempatan memanen padi pada lahan basah dengan menggunakan mesin pemanen padi (Combine Harvester) dan mengolah tanah sawah dengan menggunakan traktor roda empat serta menyaksikan penebaran benih padi dan penanaman bibit padi dengan menggunakan transplanter.

Berdasarkan data, luas lahan baku sawah di Kabupaten Cilacap mencapai 66.527 hektare dengan produktivitas rata-rata mencapai 6,3 ton per hektare, namun luas panen padi sepanjang tahun 2019 hanya 118.527 hektare atau mengalami penurunan dari tahun 2018 karena adanya perbaikan jaringan irigasi di DI Serayu.

Baca juga: 200 hektare sawah di Cilacap terdampak pengeringan irigasi

Baca juga: BMKG: Awal musim kemarau di Jateng selatan mundur

Baca juga: Menteri Pertanian lepas ekspor gula semut Cilacap ke Brasil

Baca juga: Cari mitra baru, Pertamina pastikan proyek kilang Cilacap tetap jalan