Temanggung (ANTARA News) - Perum Perhutani Bagian Kesatuan Pemangku Hutan (BKPH) Temanggung bersama Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) dan PT Albasia Bhumiphala Persada mengembangkan tanaman sengon (albasia) di Resor Pemangku Hutan (RPH) Jumprit di lereng Gunung Sindoro.

Asisten Perhutani BKPH Temanggung, Rani Maharto, di Temanggung, Senin, mengatakan, tanaman sengon ditanam di kawasan hutan lindung seluas 63,8 hektare.

Tanaman sengon telah ditanam pada 2008 di empat petak RPH Jumprit, meliputi petak 4C1 seluas 25,6 hektare di Desa Pitrosari, Kecamatan Wonoboyo, petak 6D1 (14 ketare), 6G (16,5 hektare) dan petak 6F2 (7,5 hektare) di Desa Canggal, Kecamatan Candiroto.

"Tanaman sengon itu tumbuh dengan baik dan saat ini ketinggiannya sekitar 75-80 centimeter" katanya.

Menurut dia, dipilih tanaman sengon karena merupakan tanaman keras bukan semusim dan relatif cepat atau maksimal dalam waktu tujuh tahun bisa dipanen.

Ia mengatakan, persentase pembiayaan maupun bagi hasil kerja sama itu yakni Perhutani 40 persen, PT Albasia Bhumiphala Persada 40 persen dan LMDH 20 persen.

Dari segi pendanaan LMDH tidak mengeluarkan biaya apa pun, namun mereka dilibatkan dalam pengamanan tanaman. "Dengan melibatkan masyarakat setempat diharapkan akan menambah penghasilan masyarakat di sekitar wilayah hutan," katanya.

Selain sengon, bersama LMDH di RPH Jumprit juga dikembangkan tanaman kopi jenis arabika dan robusta sejak tahun 2003.

Tanaman kopi dikembangkan di lahan seluas 16 hektare di tiga petak, yakni petak 2A1 seluas 4,5 hektare, 2C1 (1,5 hektare) dan petak 3B1 (10 hektare) berada di wilayah Desa Rejosari dan Tawangsari Kecamatan Wonoboyo.

Kerja sama pengembangan tanaman kopi, katanya, prosentase bagi hasil berbeda dengan tanaman sengon. Untuk tanaman kopi bagian masyarakat lebih besar yakni 60 persen, Perhutani 30 persen dan 10 persen untuk biaya operasional.

"Tanaman kopi sudah mulai panen pada 2007 dan tahun 2008 Perhutani mendapat bagian kopi kering sebanyak 367 kg," katanya. (*)