Jakarta (ANTARA) - Sejak pandemi COVID-19 melanda dinilai telah terjadi pergeseran pola konsumsi warga Jakarta, khususnya dalam pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk memenuhi kebutuhan sehari-sehari.

"Teknologi informasi dan komunikasi menjadi sarana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari selama masa pandemi," kata Principal Consultant Artemis, Hiro Whardana ​​​, dalam keterangan tertulis, di Jakarta, Sabtu.

Hiro mengatakan sebetulnya tidak ada pihak yang benar-benar siap menghadapi era normal baru.

"Pandemi COVID-19 ini merupakan fenomena yang melanda nyaris semua negara di dunia. Bukan sebatas tantangan nasional melainkan global," ujarnya.

Dia menilai, saat ini telah terjadi pergeseran prilaku konsumen yakni dengan membutuhkan ICT sebagai jembatan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Hiro menyatakan pula bahwa terdapat beberapa sektor usaha yang mau atau tidak mau harus melakukan pergeseran dalam praktik bisnisnya.

"Mereka bergerak menjadi semakin mengandalkan teknologi digital alias TIK, contohnya sektor pendidikan, layanan kesehatan, hiburan, olahraga, serta jasa keuangan," jelasnya.

Di bidang layanan kesehatan, menurut Hiro, pemanfaatan teknologi digital seperti telemedicine mungkin tidak hanya berlangsung selama pandemi COVID-19. Bisa jadi, inovasi semacam ini menjelma sebagai solusi jangka panjang pada era normal baru.

“Kami juga melihat, pada awal-awal (PSBB) terjadi pergeseran traffic internet. Biasanya terfokus di daerah distrik bisnis pada jam-jam kantor, tetapi sekarang pada jam-jam kantor merambah area residensial karena masyarakat kerja dari rumah,” tutur Hiro.

Sementara itu, SVP Pre Sales Lintasarta Gidion Suranta Barus mengutarakan bahwa seiring dengan pergeseran yang terjadi maka persaingan bisnis di antara perusahaan TIK ikut meningkat.

Hal itu karena praktik bisnis yang sebelumnya fokus kepada layanan offline saja, lantas ikut mengembangkan online service.

“Jadi, pemain di bidang layanan digital bertambah. Ada yang baru-baru sekarang. Belum lagi pemain dari luar negeri tetap melirik masuk ke Indonesia karena melihat Indonesia memiliki pasar yang potensial. Memang kami prediksi persaingan akan naik,” kata Gidion.

Oleh karena itu, jelas Gidion, tak perlu heran jika ke depan terjadi peningkatan belanja digital terutama untuk empat komponen, yaitu jaringan, infrastruktur TI, aplikasi, serta layanan keamanan siber.

"Pola belanjanya juga disinyalir bakal berubah capital expenditure menjadi operating expenditure," katanya.

Baca juga: HIPMI Jakbar ajak pemuda belajar teknologi digital saat pandemi
Baca juga: Teknologi digital diyakini mampu atasi persoalan sampah