Indonesia-Malaysia kembangkan koridor perjalanan wisata bersama
20 Juni 2020 18:21 WIB
Petugas Balai Konservasi Borobudur menyemprotkan cairan disinfektan di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Senin (16/3/2020) untuk mencegah penyebaran virus corona (COVID-19). FOTO ANTARA/Anis Efizudin/aww.
Jakarta (ANTARA) - Indonesia dan Malaysia sepakat bekerja sama membangun kembali pariwisata dan ekonomi kreatif di masing-masing negara yang terpukul akibat pandemi COVID-19, salah satunya dengan membangun koridor perjalanan wisata bersama.
Deputi Bidang Pemasaran Kemenparekraf/Baparekraf Nia Niscaya dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu, mengatakan Malaysia merupakan salah satu mitra penting bagi pariwisata Indonesia.
Malaysia selama ini menjadi salah satu negara penyumbang wisatawan mancanegara terbesar ke Indonesia. Tercatat pada 2019 sebanyak 2,09 juta wisatawan asal Malaysia berkunjung ke Indonesia.
"Indonesia dan Malaysia memiliki sejarah yang panjang dalam kerja sama di berbagai sektor, terutama pariwisata. Sehingga sangat penting bagi kami untuk bersama-sama meningkatkan kerja sama dalam upaya bersama bangkit dari COVID-19," katanya.
Baca juga: Industri pariwisata ASEAN sepakat untuk mengembangkan "travel bubble"
Nia menjadi pembicara tamu dalam Talkshow Network Industry Travel bersama Menteri Pariwisata, Seni & Budaya Malaysia Dato' Sri Nancy Shukri dengan topik "Regional Tourism Collaborative Opportunities Post COVID-19", Jumat (19/6/2020) malam.
COVID-19 membawa perubahan mendasar bagi wisatawan dalam melakukan bepergian ke depannya.
Untuk bepergian antarnegara, wisatawan akan cenderung lebih memilih bepergian dalam perjalanan dengan waktu yang tidak terlalu lama (short haul).
Berdasarkan hal tersebut, Malaysia menjadi salah satu mitra potensial untuk dapat kembali menumbuhkan perjalanan wisatawan antarnegara.
Nia menjelaskan kerja sama yang bisa dijalankan adalah bagaimana mendapatkan kepercayaan dunia bahwa kedua negara ini telah berhasil mengontrol penyebaran virus corona dan sepakat untuk menciptakan sebuah koridor perjalanan.
"Kita harus dapat memastikan penanganan COVID-19 di masing-masing negara telah teratasi dengan baik. Hal ini penting untuk dapat menimbulkan rasa kepercayaan wisatawan dari masing-masing negara fokus pasarnya. Trust is the new currency dalam masa kenormalan baru," kata Nia.
Kemenparekraf telah menyiapkan handbook yang mengacu kepada standar global sebagai panduan teknis untuk pelaku usaha di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
Handbook ini merupakan turunan yang lebih detil dari protokol yang sedang disusun oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) berdasarkan masukan dari Kemenparekraf untuk sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
Dengan diterapkannya protokol ini dengan baik, diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan wisatawan. Hal ini sangat penting karena gaining trust atau confidence adalah kunci dalam percepatan pemulihan, jadi harus sangat diperhatikan dan diimplementasikan.
"Penerapan protokol cleanliness, health and safety (CHS) menjadi program penting yang saat ini tengah dijalankan. Sehingga saat nantinya gerbang antarnegara dapat dinyatakan dibuka, kepercayaan wisatawan akan faktor-faktor tersebut dapat terjaga dengan baik," kata Nia.
Hal senada dikatakan Sri Nancy Shukri. Menurut dia, Indonesia dan Malaysia harus dapat meningkatkan kerja sama untuk dapat meningkatkan sektor pariwisata ke depan.
Untuk saat ini Malaysia masih akan lebih fokus dulu terhadap pasar domestik dengan berbagai program yang akan dijalankan. Selaras dengan penerapan protokol kesehatan yang juga akan dijalankan dengan ketat.
"Sektor pariwisata harus dapat beradaptasi dengan baik untuk dapat meningkatkan kembali kepercayaan wisatawan agar dapat melakukan perjalanan, tinggal lebih lama ke banyak destinasi," katanya.
Ia mengatakan Malaysia mendapat dukungan penuh dari seluruh pemangku kepentingan pariwisata dan akan memanfaatkan berbagai platform digital untuk dapat menjalankan protokol kesehatan, pengawasan, serta promosi.
"Malaysia sangat menikmati hubungan kerja sama yang terjalin dengan Indonesia selama ini dan berkomitmen untuk terus meningkatkannya ke depan," kata dia.
Baca juga: Gaet wisatawan Malaysia, Citilink buka rute Bandung-Kuala Lumpur
Baca juga: Mulai pulih, Malaysia fokus pulihkan pariwisata domestik
Deputi Bidang Pemasaran Kemenparekraf/Baparekraf Nia Niscaya dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu, mengatakan Malaysia merupakan salah satu mitra penting bagi pariwisata Indonesia.
Malaysia selama ini menjadi salah satu negara penyumbang wisatawan mancanegara terbesar ke Indonesia. Tercatat pada 2019 sebanyak 2,09 juta wisatawan asal Malaysia berkunjung ke Indonesia.
"Indonesia dan Malaysia memiliki sejarah yang panjang dalam kerja sama di berbagai sektor, terutama pariwisata. Sehingga sangat penting bagi kami untuk bersama-sama meningkatkan kerja sama dalam upaya bersama bangkit dari COVID-19," katanya.
Baca juga: Industri pariwisata ASEAN sepakat untuk mengembangkan "travel bubble"
Nia menjadi pembicara tamu dalam Talkshow Network Industry Travel bersama Menteri Pariwisata, Seni & Budaya Malaysia Dato' Sri Nancy Shukri dengan topik "Regional Tourism Collaborative Opportunities Post COVID-19", Jumat (19/6/2020) malam.
COVID-19 membawa perubahan mendasar bagi wisatawan dalam melakukan bepergian ke depannya.
Untuk bepergian antarnegara, wisatawan akan cenderung lebih memilih bepergian dalam perjalanan dengan waktu yang tidak terlalu lama (short haul).
Berdasarkan hal tersebut, Malaysia menjadi salah satu mitra potensial untuk dapat kembali menumbuhkan perjalanan wisatawan antarnegara.
Nia menjelaskan kerja sama yang bisa dijalankan adalah bagaimana mendapatkan kepercayaan dunia bahwa kedua negara ini telah berhasil mengontrol penyebaran virus corona dan sepakat untuk menciptakan sebuah koridor perjalanan.
"Kita harus dapat memastikan penanganan COVID-19 di masing-masing negara telah teratasi dengan baik. Hal ini penting untuk dapat menimbulkan rasa kepercayaan wisatawan dari masing-masing negara fokus pasarnya. Trust is the new currency dalam masa kenormalan baru," kata Nia.
Kemenparekraf telah menyiapkan handbook yang mengacu kepada standar global sebagai panduan teknis untuk pelaku usaha di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
Handbook ini merupakan turunan yang lebih detil dari protokol yang sedang disusun oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) berdasarkan masukan dari Kemenparekraf untuk sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
Dengan diterapkannya protokol ini dengan baik, diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan wisatawan. Hal ini sangat penting karena gaining trust atau confidence adalah kunci dalam percepatan pemulihan, jadi harus sangat diperhatikan dan diimplementasikan.
"Penerapan protokol cleanliness, health and safety (CHS) menjadi program penting yang saat ini tengah dijalankan. Sehingga saat nantinya gerbang antarnegara dapat dinyatakan dibuka, kepercayaan wisatawan akan faktor-faktor tersebut dapat terjaga dengan baik," kata Nia.
Hal senada dikatakan Sri Nancy Shukri. Menurut dia, Indonesia dan Malaysia harus dapat meningkatkan kerja sama untuk dapat meningkatkan sektor pariwisata ke depan.
Untuk saat ini Malaysia masih akan lebih fokus dulu terhadap pasar domestik dengan berbagai program yang akan dijalankan. Selaras dengan penerapan protokol kesehatan yang juga akan dijalankan dengan ketat.
"Sektor pariwisata harus dapat beradaptasi dengan baik untuk dapat meningkatkan kembali kepercayaan wisatawan agar dapat melakukan perjalanan, tinggal lebih lama ke banyak destinasi," katanya.
Ia mengatakan Malaysia mendapat dukungan penuh dari seluruh pemangku kepentingan pariwisata dan akan memanfaatkan berbagai platform digital untuk dapat menjalankan protokol kesehatan, pengawasan, serta promosi.
"Malaysia sangat menikmati hubungan kerja sama yang terjalin dengan Indonesia selama ini dan berkomitmen untuk terus meningkatkannya ke depan," kata dia.
Baca juga: Gaet wisatawan Malaysia, Citilink buka rute Bandung-Kuala Lumpur
Baca juga: Mulai pulih, Malaysia fokus pulihkan pariwisata domestik
Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020
Tags: