Jakarta (ANTARA) - CEO Halodoc Jonathan Sudharta menilai "big data" penting untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya bagi pelaku usaha rintisan (startup), terlebih guna menghadapi tantangan seperti di masa pandemi saat ini.
Big data sendiri adalah istilah yang menggambarkan volume data yang besar, baik data yang terstruktur maupun data yang tidak terstruktur. Tidak hanya besar data yang menjadi poin utama, tetapi apa yang harus dilakukan organisasi dengan data tersebut.
Sebagai contoh, perusahaan telemedis yang ia naungi, Halodoc, mampu memberikan inovasi-inovasi guna mempermudah layanan terkait COVID-19 bagi masyarakat, dan melihat trennya melalui big data yang dimiliki.
"Keberadaan situasi di Indonesia juga jadi mudah dengan adanya pemetaan. Semakin lama ada penurunan konsultasi, rapid test, dan lainnya," kata Jonathan melalui seminar virtual, Jumat.
"Hal ini akan memberikan kami perubahan dan membantu pemerintah untuk melihat situasi (COVID-19) di Indonesia juga. Kita ada pemantauan real time soal symptoms, dan lainnya. Jadi dari sini kita lihat seperti apa trennya," ujarnya melanjutkan.
Selain itu, big data juga dapat menjadi pedoman penentuan layanan baru untuk menunjang kebutuhan pengguna, dan mempersiapkan startup akan lonjakan demand seperti masa saat ini.
"Telemedicine menjadi pilihan dan tumbuhnya signifikan. Rating kita tidak turun karena kita siap. Kita build produk untuk membangun solusi atas market pain," pungkasnya.
Baca juga: Big data JKN aset untuk kemajuan bangsa
Baca juga: UI gandeng Facebook sinergikan big data untuk riset COVID-19
Baca juga: Prudential dan Halodoc sediakan Rapid Test COVID-19 tanpa biaya
Pentingnya pantau "big data" demi keberlangsungan startup saat pandemi
19 Juni 2020 18:12 WIB
Ilustrasi - Aplikasi Halodoc di ponsel pintar. ANTARA/Shutterstock/am.
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2020
Tags: