Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada akhir pekan diprediksi akan menguat tipis di tengah variasi sentimen eksternal dan domestik.

Rupiah Jumat pagi bergerak naik 13 poin atau 0,09 persen menjadi Rp14.065 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.078 per dolar AS.

"Sesuai ekspektasi, BI memangkas suku bunga acuannya yang tentunya memberikan sentimen positif untuk rupiah, karena pemangkasan bisa membantu meningkatkan aktivitas ekonomi Indonesia.," kata Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Jumat.

Namun, lanjut Ariston, faktor penggerak rupiah bukan hanya terkait penurunan suku bunga BI saja. Rupiah dinilai masih sangat rentan dengan faktor dari luar.

"Saat ini dari luar masih ada tarik menarik antara sentimen positif dan negatif sehingga rupiah belakangan ini bergerak tipis,"

Ariston menambahkan, embukaan ekonomi kembali ditengah pandemi memberikan sentimen positif ke pasar, termasuk ekonomi new normal di Indonesia.

Namun di sisi lain, pasar masih mewaspadai peningkatan penyebaran virus COVID-19 dan gelombang kedua yang bisa menurunkan kembali aktivitas ekonomi.

"Ketegangan geopolitik regional di Asia antara dua Korea serta China dan India, juga bisa menahan penguatan rupiah terhadap dolar AS," ujar Ariston.

Ariston memperkirakan rupiah hari ini akan bergerak menguat tipis lagi ke kisaran Rp14.000 per dolar AS dan potensi pelemahan ke Rp14.100 per dolar AS.

Pada Kamis (18/6), rupiah menguat 5 poin atau 0,04 persen menjadi Rp14.078 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.083 per dolar AS.

Baca juga: BI prediksi neraca perdagangan Mei 2020 surplus signifikan

Baca juga: Gubernur BI optimistis nilai tukar rupiah semakin menguat

Baca juga: BI yakini rupiah terus menguat ke nilai fundamental