Washington (ANTARA News) - Menteri Perdagangan (Mendag), Mari Elka Pangestu mengharapkan munculnya persepsi baru tentang Indonesia di Amerika Serikat (AS) sehingga perkembangan hubungan antara Indonesia dan AS di segala bidang dapat makin meningkat.

"Tujuan forum itu hari ini adalah untuk menginformasikan dan membagi kepada anda apa yang sedang terjadi di Indonesiasehingga memunculkan persepsi baru tentang Indonesia serta hubungan AS-Indonesia," kata Mendag ketika membuka Indonesia Forum di School of Advanced International Studies (SAIS), The John Hopkins University (JHU), di Washington, Rabu.

Dalam forum dengan tema "Indonesia Update: What The Next Agenda?" itu tampil sebagai pembicara Staf Ahli Menteri Keuangan Chatib Basri, Direktur Utama (Dirut) Pertamina Karen Agustiawan, Rektor Universitas Paramadina Anies Baswedan dan James Castle dari Castle Asia dengan moderator Prof Karl Jackson dari JHU.

Mendag Mari Pengestu menjelaskan, saat ini tumbuh kesadaran tentang Indonesia di AS. Namun masih ada salah persepsi di kedua pihak dengan mungkin dari pihak AS lebih tinggi.

Ia mencatat hasil jejak pendapat Pew Poll on Global Attitudes
baru-baru ini yang menyebutkan bahwa keprihatinan warga AS tentang ekstrimisme di Indonesia meningkat pada periode 2006-2009 dari 43 persen menjadi 61 persen, dan menjadi tertinggi ketiga setelah Pakistan dan Lebanon pada 79 persen.

Sementara perspektif tentang AS di warga Indonesia makin membaik yakni pendangan warga Indonesia terhadap AS meningkat dari 15 persen pada 2005 menjadi 37 persen pada 2008 dan 63 persen pada 2009.

Perspektif tentang Tindakan Anti Terorisme AS naik dari 20-30 persen pada 2003-2007 menjadi 59 persen pada 2009, keyakinan terhadap faktor Presiden AS Barack Obama-Indonesia melonjak dari 23 persen pada 2008 menjadi 71 persen pada 2009, serta opini tentang warga Amerika meningkat dari 42-45 persen pada 2006-2008 menjadi 54 persen pada 2009.

"Saya harapkan dalam forum ini kita dapat memperkenalkan perspektif baru mengenai Indonesia dan yang lebih penting membentuk landasan untuk keterikatan para pemangku kepentingan untuk jangka panjang," kata menteri.

"Pesan utama saya adalah sunguh-sungguh tentang membangun perspektif baru mengenai Indonesia di segala bidang serta hubungan AS-Indonesia," kata menteri menambahkan.

Mendag menjelaskan, perspektif pertama dalam bidang ekonomi, bisnis dan iklim usaha mungkin menjadi kabar baik untuk diketahui dimana Indonesia dipuji sebagai salah satu dari sedikit negara yang dapat mengatasi krisis.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun lalu masih 6,1 persen dan tahun ini diperkirakan akan tetap tumbuh sekitar 4,5 persen, tertinggi ketiga setelah China dan India.

Pertumbuhan itu bukan hanya sekedar keberuntungan, tapi disebabkan oleh kombinasi antara respons dini yang benar di bidang keuangan, perekonomian secara keseluruhan, peraturan, birokrasi dan kelembagaan, serta stabilitas ekonomi makro seperti kebijakan pengaturan fiskal dan utang yang rendah.

"Kita perlu optimistis bahwa kita dapat meningkatkan potensi dan
menyelesaikan hambatan, seperti meningkatnya proteksionisme. Kami juga berharap investor dan pebisnis AS akan mengkaji Indonesia baru dan melihat peluang yang sangat besar ada di sana, dan bergabung bersama kami dalam perjalanan transformasi ini dan Indonesia baru," kata Mari.

Sedangkan perspektif kedua, menurut Mari, adalah bahwa Indonesia telah dan akan melanjutkan demokratisasi. Yang ketiga, keinginan Indonesia yang kuat untuk membasmi terorisme dan ektrimisme.

Sementara itu, Chatib Basri menjelaskan, tantangan mendatangseperti jalan, pelabuhan, listrik, air dan perumahan; infrastruktur lunak seperti kemudahan melakukan bisnis, kepastian hukum, reformasi peraturan dan logistik; infrastruktur sosial seperti perlindungan sosial kepada rakyat miskin; dan teknologi serta produktifitas.

Sedangkan Karen Agustiawan mengatakan, Indonesia sudah memiliki semua persyaratan untuk mengembangkan potensi kekayaan alam yang dimilikinya yakni pemerintah yang stabil, peraturan yang transparan dan lembaga yang profesional.

Sementara itu, dalam pidatonya pada makan siang bersama USINDO di Four Seasons Hotel, Mendag Mari Pangestu mengajak untuk bergerak dari fokus tunggal tentang perang dan isu hak asasi manusia (HAM) ke masalah yang lebih luas.

"Kita perlu membangun hubungan yang lebih solid dalam membangun hubungan bilateral, dan juga bersatu dimana kita menjadi mitra dalam menghadapi tantangan global berdasarkan kemitraan dan kepentingan umum yang sama," katanya.

Mendag menambahkan, kemitraan tidak hanya mengenai penguatan dan perluasan hubungan bilateral Indonesia-AS, tapi juga didorong oleh keperluan untuk menyelesaikan masalah-masalah global.(*)