Jakarta (ANTARA News) - Ketua Komisi I DPR RI, Theo L Sambuaga, di Jakarta, Senin, mengungkapkan, peran diplomasi DPR RI periode 2004-2009 sangat manonjol di dunia internasional.

"Di bawah kepemimpinan pak Agung Laksono (Ketua DPR RI), peran-peran diplomasi internasional itu benar-benar menonjol dan semakin intens dimainkan, terutama dalam forum-forum persidangan seperti di lingkup `Inter-Parliamentary Union` (IPU, Uni Parlemen Sedunia) APPF, APA, AIPA, serta hubungan bilateral dengan Negara-negara sahabat," ujarnya.

Di berbagai organisasi parlemen tingkat dunia, Asia, Asia Pasifik maupun Asia Tenggara itu, demikian Theo Sambuaga, posisi DPR RI selalu masuk dalam daftar yang amat diperhitungkan.

"Beberapa di antara organisasi parlemen internasional maupun regional itu, Indonesia mendapat kepercayaan sebagai pimpinan," ujar mantan Presiden Komisi Politik dan Perlucutan Senjata IPU ini.

Dalam kaitan itu, menurutnya, DPR RI melalui para delegasinya melakukan berbagai terobosan dalam ikut melindungi sekaligus menyuarakan kepentingan nasional di dunia internasional.

"Saya menilai peran DPR RI sekarang ini memang sangat menonjol dan kami memiliki cara berbeda dalam melindungi kepentingan nasional melalui berbagai debat di forum global," ujar Theo Sambuaga saat menghadiri peluncuran buku "Dari Rumah Rakyat Mengawal Demokrasi" yang ditulis Ketua DPR RI HR Agung Laksono.

Theo Sambuaga yang disebut-sebut sebagai salah satu kandidat utama Menteri Pertahanan di kabinet berikut, juga mengungkapkan peran diplomasi cukup penting di bawah kepemimpinan Agung Laksono yang intensif dan tegas dalam menjaga kepentingan nasional.

"Misalnya pada bulan April 2007, Pemerintah Indonesia dan Singapura telah menandatangani `Defence Cooperation Agreement` (DCA), namun oleh DPR RI itu ditolak karena melihat ada pasal yang sangat merugikan pihak Indonesia," ujar politiai senior Partai Golkar ini.

Demikian juga, menurutnya, tentang penyelesaian Blok Ambalat serta campur tangan Pemerintah Australia atas penanganan 43 imigran asal Papua.

"Semua diselaikan secara baik, dalam format tata hubungan antar negara yang berbasiskan diplomasi bermartabat," tegasnya.(*)