Palembang (ANTARA) - Hari jadi Kota Palembang ke-1.337 tahun yang diperingati setiap 17 Juni tanpa perayaan khusus pada tahun ini karena masih dalam kondisi pandemi COVID-19.

Wali Kota Palembang Harnojoyo, Rabu, mengatakan saat ini pihaknya tengah fokus mempercepat penanganan COVID-19 karena baru saja menyelesaikan Pembatasan Sosial Berskala Besar tahap kedua yang berakhir 16 Juni.

"Tahun ini tidak ada seremoni peringatan hari jadi yang ke-1.337, tapi kami mengajak mari kita bermuhasabah dengan apa yang telah sama-sama diperbuat dan dicapai," ujar Harnojoyo.

Menurut dia, momen hari jadi tersebut harus dijadikan pemicu agar penyebaran COVID-19 segera terputus dan beragam kegiatan sosial, ekonomi serta budaya dapat kembali normal.

Baca juga: Palembang raih penghargaan Festival Gapura Cinta Negeri

Baca juga: Lomba perahu bidar HUT Kemerdekaan disaksikan ribuan warga Palembang


Meski kondisi saat ini masih serba terbatas, ia meyakini pembangunan infrastruktur dan realisasi berbagai program tetap berjalan untuk menyokong pertumbuhan ekonomi tetap on target.

Pertumbuhan ekonomi Kota Palembang pada sisa semester II 2020 diprediksi masih dapat tumbuh sampai 4,9 persen, kata dia, sebab pada triwulan II pertumbuhan ekonomi sudah melebihi 4 persen.

"Optimisme pertumbuhan ekonomi itu akan tercapai dengan peran serta masyarakat dalam mematuhi protokol kesehatan, sehingga kegiatan produktif tetap berjalan namun keselamatan juga diutamakan," ujarnya.

Sementara perayaan hari jadi Palembang sebagai kota tertua di Indonesia biasanya setiap tahun diisi dengan berbagai festival dan parade bidar hias di Sungai Musi yang menyedot puluhan ribu pengunjung.

"Tetapi tahun ini tidak ada kegiatan perayaan, acara-acara semua terpaksa batal, kalender kegiatan tidak terlaksana karena COVID-19 dan kondisi memang tidak memungkinkan," kata Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Palembang, Isnaini Madani.

Kota Palembang memasuki usia ke-1.337 tahun dihitung berdasarkan patokan pembentukan sebuah wanua dan ditafsirkan sebagai ibukota Kerajaan Sriwijaya pada tanggal 16 Juni 683 Masehi atau tanggal 5 bulan Ashada tahun 605 Syaka pada prasasti Kedukan Bukit di kawasan Bukit Seguntang.*