Luwuk (ANTARA News) - Ratusan hektare tanaman jagung di Kecamatan Luwuk dan Kecamatan Kintom, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, terancam mati kekeringan akibat pengaruh musim kemarau yang sudah berlangsung hampir tiga bulan terakhir.

Tanaman jagung milik petani tradisional yang terancam mati dan gagal panen itu, antara lain berada di desa Bubung, Hanga-Hanga, Kilongan, dan Biak di Kecamatan Luwuk, serta desa Koyoan di Kecamatan Kintom.

Desa-desa di pinggiran kota Luwuk, ibu kota Kabupaten Banggai, selama ini dikenal sebagai sentra produksi jagung lokal.

Usman (29), petani jagung asal Desa Bubung, Ahad, mengatakan akibat hujan belum juga turun sejak akhir Juli 2009, tanaman jagung miliknya seluas setengah hektare yang sudah berusia sekitar dua bulan itu daunnya menguning dan sebagian mulai mengering.

Bahkan, katanya memperkirakan, apabila hujan tidak juga turun hingga pekan depan, dapat dipastikan seluruh kebun jagung milik petani di desa Bubung akan mengalami musibah kekeringan.

Ia juga mengatakan, untuk menghindari kerugian lebih besar akibat musim panas berkepanjangan, sejumlah petani di desanya terpaksa memilih melakukan panen lebih awal sekali pun buah jagungnya masih kecil dan masih muda.

"Ya mau bagaimana lagi. Sejumlah petani terpaksa melakukan panen jagung muda, sekalipun harga jualnya rendah," katanya.

Keluhan senada disampaikan Darwis, petani jagung asal Desa Koyoan di Kecamatan Kintom.

Menurut dia, akibat musim panas telah berlangsung selama lebih dua bulan terakhir melanda wilayahnya, telah membuat tanaman jagung miliknya yang baru berumur dua bulan mulai mengering.

"Jagung saya mulai layu akibat hujan tidak turun," tuturnya saat ditemui di Luwuk, ibu kota Kabupaten Banggai.

Darwis menjelaskan, dirinya bersama rekannya tujuh orang belum lama ini membuka hutan di wilayah pegunungan desanya untuk dijadikan perkebunan jagung, dan masing-masing mereka memperoleh lahan seluas satu hektare.

Akan tetapi, lanjut dia, penanaman jagung yang mereka lakukan tidak disesuaikan dengan jadwal tanam sebagaimana biasanya, sehingga terkena musibah kemarau.

"Sebenarnya musim tanam (di daerah kami) baru dimulai awal Oktober mendatang. Tapi kami buka lahan baru jadi langsung saja ditanami jagung, padahal dewasa ini sedang berlangsung musim kemarau," ujarnya.

Darwis menambahkan, dampak dari kemarau kali ini juga mengancam kebun jagung milik semua petani di desanya yang mencapai puluhan hektare, sebab sebagian tanaman tersebut juga mulai terancam kekeringan.

Ditemui terpisah, Sekretaris Kelompok Petani Jagung Komunitas Biling Desa Koyoan, Ru'din Daahe, mengatakan sebenarnya masa tanam jagung di wilayahnya seharusnya dimulai pada awal Oktober mendatang.

Namun, katanya, banyak petani di desanya sudah melakukan penanaman pada bulan Agustus dan awal September lalu sehingga mereka terkena musim kemarau panjang.(*)