New York (ANTARA News/Reuters) - Perdana Menteri Turki, Tayyip Erdogan, Sabtu, mengatakan ia akan membicarakan program nuklir Iran dengan Presiden Mahmoud Ahmadinejad di Teheran bulan depan, tetapi mendesak agar hati-hati dalam pengenaan sanksi baru.

Ia mengatakan setiap usaha memberlakukan sanksi terhadap industri gas Teheran-- Iran memiliki cadangan gas alam terbesar kedua di dunia-- akan menimbulkan masalah terutama bagi Turki tetangganya.

Erdogan berbicara kepada wartawan setelah para pemimpin Barat, Jumat menuduh Iran menyembunyikan satu fasilitas nuklir yang sedang dibangun di barat daya Teheran. Presiden AS Barack Obama memperingatkan Iran negara itu akan menghadapi "sanksi-sanksi keras" jika tidak mengaku hal itu.

"Pada akhir bulan depan saya akan mengunjungi Iran dan saya akan membicarakan tentang ini (program nuklir Iran)," kata Erdogan melalui seorang penerjemah.

Ia menambahkan bahwa Menlu Ahmet Davutoglu diperkirakan akan mengunjungi Iran 1 Oktober-- hari yang sama satu delegasi Iran bertemu dengan lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB dan Jerman untuk membicarakan program nuklir Iran di Jenewa.

Erdogan menyatakan skeptis terhadap sanksi-sanksi, dan mengatakan tindakan itu tidak akan membawa hal yang baik bagi rakyat Iran. Jadi saya kira kita harus hati-hati.

Menjawab pertanyaan apakah Turki akan mendukung tindakan baru Dewan Keamanan PBB terhadap Iran, Erdogan mengatakan: "Tanpa melihat apa yang ada dalam resolusi itu, sulit untuk memberikan pernyataan. Kami akan melihat naskah itu dan kami akan memberikan kontribusi kami dan kemudian kami akan membuat satu keputusan."

Turki sekarang adalah anggota Dewan Keamanan yang beranggotakan 15 negara, yang sudah mengeluarkan tiga putaran sanksi terhadap perusahaan-perusahaan dan individu-individu Iran yang bertujuan mendesak Teheran menghentikan program pengayaan uranium yang akan digunakan bahan untuk membuat senjata nuklir.

Erdogan mengatakan Turki mengemukakan kepada Iran negara itu harus "transparan" dengan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA).

Ahmadinejad, seperti halnya dengan Erdogan mengunjungi New York pekan ini untuk menghadiri sidang Majelis Umum PBB, Jumat mengatakan fasilitas bahan bakar nuklirnya yang baru diungkapkan negaranya adalah sah dan terbuka bagi pemeriksaan IAEA.

Iran mengatakan program nuklirnya adalah untuk tujuan damai meningkatkan tenaga listrik. AS dan negara-negara Barat lainnya menduga program itu bertujuan untuk memproduksi senjata uklir.

Erdogan juga menyinggung masalah proyek pipa gas Nabucco. Ia menegaskan kembali bahwa ia menginginkan gas Iran disalurkan melalui pipa itu.

Pengenaan sanksi terhadap gas alam Iran akan berarti bahwa "Nabucco akhirnya akan mati," katanya.

Negara-negara Uni Eropa dan Turki menandatangani satu perjanjian transit awal tahun ini bagi pipa gas Nabucco, yang bertujuan mengurngi ketergantungan energi Eropa pada Rusia dengan memasok gas dari Laut Kaspia dan Timur Tengah.

Belum ada perjanjian pasokan konkrit ditandatangani dengan Nabucco, yang berencana memompa 31 miliar kubik meter gas alam ke Eropa pada tahun 2014.

"Apabila menyangkut gas alam, itu adalah sangat penting bagi negara kami," katanya. "Ekspor kami sangat penting."

Ia menambahkan turisme Iran di Turki penting dan menegaskan bahwa Turki tidak ingin hal itu berkurang.

Secara keseluruhan, ia mengatakan perdagangan Turki dengan Iran meningkat menjadi sekitar 10 miliar dolar pertahun, dua miliar ekspor Turki ke Iran dan delapan miliar impor dari Republik Islam itu."Kami harus mempertimbangkan kepentingan nasional kami sebelum mengambil keputusan-keputusan," kata Erdogan.(*)