Jakarta (ANTARA News) - Menggelar acara open house saat Lebaran bagi sebagian besar pejabat pemerintah hal yang lumrah. Namun bagi Menneg BUMN Sofyan Djalil, tidak begitu tertarik menyelenggarakan open house yang seakan menjadi ritual tahunan itu.

Meskipun menurut sebagian kalangan acara open house dapat dijadikan sebagai ajang mempererat tali silaturahmi ini, Sofyan Djalil menilai justru merepotkan orang lain.

"Bagi saya, menggelar open house justru lebih banyak merepotkan orang yang akan bertamu," kata pria kelahiran Perlak, 56 tahun lalu ini.

Kenapa pak? Menurut Sofyan, sebagai Menteri Negara BUMN dirinya bertanggungjawab atas 139 perusahaan pemerintah.

Ia membayangkan dengan menggelar open house hampir pasti ratusan pejabat atau direksi BUMN akan menjabani kediamannya.

Kantor Pusat BUMN tersebar di beberapa wilayah di Indonesia.

PT Perkebunan Nusantara (PTPN) misalnya, banyak terdapat di Pulau Sumatra, dan sekarang meluas ke wilayah Kalimantan bahkan Papua.

Belum lagi BUMN sektor lainnya seperti Pupuk, Tambang, Semen, ada yang berlokasi di luar Jawa.

"Kalau mereka (pejabat dan direksi BUMN) sengaja datang hanya untuk bertamu dalam rangka Idul Fitri, tentu akan terjadi pemborosan. Berapa biaya transportasi yang harus ditanggung perusahaan masing-masing," katanya.

Karena itu Menteri BUMN yang menjabat sejak 2007 itu meminta seluruh direksi perusahaan "pelat merah" tetap berada di kediaman masing-masing.

Mereka justru didorong menggelar open house, menerima para karyawan sehingga terjadi hubungan yang erat dengan para pekerja.

Pria beranak tiga ini menuturkan sejak dua tahun terakhir tidak lagi membuka pintu rumah untuk open house.

Ia mengaku, pada Lebaran 2009 memilih ke Australia bersama dengan sang istri Dr Ratna Megawangi, liburan sekaligus mengunjungi putrinya yang kini sedang menimba ilmu negeri Kangguru.

"Anak saya kuliah di UI dan dapat program kuliah dua tahun di Australia. Jadi...Lebaran sekaligus melihat putri saya," katanya.

Dengan semangat pria berkumis ini menceritakan bahwa anak keduanya itu (Safitri Mutia) baru berumur 19 tahun, tetapi memiliki prestasi akademik yang sangat bagus. (*)