Survei BI indikasikan penjualan eceran April turun 16 persen
16 Juni 2020 10:46 WIB
Seorang pramuniaga memeriksa suhu tubuh pengunjung yang akam memasuki salah satu gerai pakaian di pusat perbelanjaan Tunjungan Plaza, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (29/5/2020). Sejumlah aturan protokol kesehatan seperti penggunaan masker, pemeriksaan suhu tubuh dan jaga jarak diterapkan di pusat perbelanjaan tersebut seiring memasuki era normal baru di tengah pandemi COVID-19. ANTARA FOTO/Zabur Karuru/foc.
Jakarta (ANTARA) - Hasil survei penjualan eceran pada April 2020 mengindikasikan penjualan eceran menurun, tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) yang turun 16,9 persen (yoy) pada April 2020, lebih dalam dibandingkan dengan penurunan 4,5 persen (yoy) pada Maret 2020.
"Hal tersebut bersumber dari kontraksi penjualan pada seluruh kelompok komoditas yang dipantau. Penurunan penjualan terdalam dialami oleh subkelompok sandang serta kelompok barang budaya dan rekreasi," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Onny Widjanarko dalam info terbarunya di Jakarta, Selasa.
Baca juga: Survei BI: Pelemahan optimisme konsumen masih berlanjut pada Mei
Dijelaskan, penjualan eceran diprakirakan masih menurun pada Mei 2020. Hal ini tercermin dari prakiraan pertumbuhan IPR Mei 2020 sebesar minus 22,9 persen (yoy), disebabkan kontraksi pada seluruh kelompok komoditas yang disurvei.
Kontraksi terdalam pada subkelompok sandang sebesar 77,8 persen (yoy), lebih dalam dari kontraksi sebesar 70,9 persen (yoy) pada April 2020.
Dari sisi harga, tekanan inflasi pada tiga bulan mendatang (Juli 2020) diprakirakan sedikit meningkat. Hal itu tercermin dari Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) tiga bulan mendatang (Juli 2020) sebesar 162,6, lebih tinggi dibandingkan dengan 160,7 pada Juni 2020, seiring dengan prakiraan permintaan yang meningkat pada perayaan Idul Adha.
Sementara itu, tekanan harga enam bulan mendatang (Oktober 2020) diprakirakan menurun dengan IEH sebesar 146,4, lebih rendah dibandingkan dengan 153,0 pada September 2020.
Baca juga: BI : Surplus dagang periode Mei perkuat ketahanan ekonomi nasional
Baca juga: BI catat utang luar negeri April 2020 capai 400,2 miliar dolar AS
"Hal tersebut bersumber dari kontraksi penjualan pada seluruh kelompok komoditas yang dipantau. Penurunan penjualan terdalam dialami oleh subkelompok sandang serta kelompok barang budaya dan rekreasi," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Onny Widjanarko dalam info terbarunya di Jakarta, Selasa.
Baca juga: Survei BI: Pelemahan optimisme konsumen masih berlanjut pada Mei
Dijelaskan, penjualan eceran diprakirakan masih menurun pada Mei 2020. Hal ini tercermin dari prakiraan pertumbuhan IPR Mei 2020 sebesar minus 22,9 persen (yoy), disebabkan kontraksi pada seluruh kelompok komoditas yang disurvei.
Kontraksi terdalam pada subkelompok sandang sebesar 77,8 persen (yoy), lebih dalam dari kontraksi sebesar 70,9 persen (yoy) pada April 2020.
Dari sisi harga, tekanan inflasi pada tiga bulan mendatang (Juli 2020) diprakirakan sedikit meningkat. Hal itu tercermin dari Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) tiga bulan mendatang (Juli 2020) sebesar 162,6, lebih tinggi dibandingkan dengan 160,7 pada Juni 2020, seiring dengan prakiraan permintaan yang meningkat pada perayaan Idul Adha.
Sementara itu, tekanan harga enam bulan mendatang (Oktober 2020) diprakirakan menurun dengan IEH sebesar 146,4, lebih rendah dibandingkan dengan 153,0 pada September 2020.
Baca juga: BI : Surplus dagang periode Mei perkuat ketahanan ekonomi nasional
Baca juga: BI catat utang luar negeri April 2020 capai 400,2 miliar dolar AS
Pewarta: Ahmad Buchori
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020
Tags: