Pengamat: Saatnya masyarakat ubah perilaku penggunaan BBM
15 Juni 2020 16:17 WIB
Warga memarkir kendaraan mereka saat mengantre pengisian BBM jenis premium, di SPBU Lubuk Buaya, Padang, Sumatera Barat, Sabtu (14/6/2020). Data PT Pertamina MOR I, rata-rata konsumsi BBM selama pandemi COVID-19 di provinsi itu turun 30 persen, namun konsumsi pada Juni 2020 saat penerapan masa normal baru, meningkat tujuh persen dibandingkan bulan sebelumnya, yakni dari 1,5 juta liter per hari menjadi 1,6 juta liter per hari. ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/foc.
Jakarta (ANTARA) - Pengamat lingkungan Berry Nahdian Furqon berpendapat saat pandemi COVID-19 merupakan waktu yang tepat bagi masyarakat untuk mengubah perilaku pemakaian bahan bakar minyak (BBM).
Menurut mantan Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) itu di Jakarta, Senin, perubahan perilaku penggunaan BBM tersebut salah satunya membiasakan pemakaian BBM beroktan tinggi.
Perubahan perilaku sangat besar perannya dalam memperbaiki kualitas udara, sebab, dampak positif BBM RON tinggi baru terlihat jika digunakan secara masif.
Baca juga: YLKI: pemerintah seharusnya wajibkan penggunaan BBM berkualitas
"Jika porsinya kecil perbaikan kualitas udara tidak nyata. Makanya kita harus bersama-sama mengubah perilaku dengan memakai BBM RON tinggi. Kalau digunakan secara luas, pasti berdampak signifikan," katanya melalui keterangan tertulis.
Menurut dia, dengan menggunakan BBM beroktan tinggi, masyarakat tidak hanya menjaga lingkungan tetapi juga kesehatan, untuk itu pemakaian BBM RON tinggi yang ramah lingkungan tidak cukup hanya dilakukan melalui regulasi.
"Selain itu (melalui regulasi), kita juga harus mendorong perubahan perilaku ramah lingkungan. Dan sekarang saat yang tepat untuk berubah," katanya.
Terkait hal itu, Berry mengaku sependapat dengan pernyataan Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RM Karliansyah bahwa semua elemen harus mempertahankan perilaku bagus saat pandemi COVID-19, yang berhasil menurunkan emisi gas rumah kaca.
Baca juga: Pemerintah terapkan penggunaan BBM timbal rendah bertahap
Karliansyah, dalam seminar virtual pekan lalu menyebutkan, perilaku bagus yang harus dipertahankan tersebut antara lain dengan menjaga bahan bakar yang lebih ramah lingkungan, memperbaiki manajemen lalu lintas, pengembangan sistem transportasi massal, dan pengembangan hutan kota.
Senada dengan itu Berry menyatakan, penurunan emisi gas rumah kaca juga sangat berdampak baik bagi kesehatan, termasuk kesehatan sistem pernafasan dan hal itu bisa menjadi modal ketahanan tubuh dalam melawan pandemi COVID-19.
Untuk itu, dengan terbiasa menggunakan BBM ramah lingkungan, diharapkan bisa berkembang menjadi pola hidup ramah lingkungan. Jika menjadi kebiasaan diharapkan bisa mereduksi faktor pencemaran lingkungan, terutama di kota-kota besar, termasuk Pulau Jawa dan Bali," kata dia.
Baca juga: Mesin modern perlu BBM oktan tinggi
Menurut mantan Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) itu di Jakarta, Senin, perubahan perilaku penggunaan BBM tersebut salah satunya membiasakan pemakaian BBM beroktan tinggi.
Perubahan perilaku sangat besar perannya dalam memperbaiki kualitas udara, sebab, dampak positif BBM RON tinggi baru terlihat jika digunakan secara masif.
Baca juga: YLKI: pemerintah seharusnya wajibkan penggunaan BBM berkualitas
"Jika porsinya kecil perbaikan kualitas udara tidak nyata. Makanya kita harus bersama-sama mengubah perilaku dengan memakai BBM RON tinggi. Kalau digunakan secara luas, pasti berdampak signifikan," katanya melalui keterangan tertulis.
Menurut dia, dengan menggunakan BBM beroktan tinggi, masyarakat tidak hanya menjaga lingkungan tetapi juga kesehatan, untuk itu pemakaian BBM RON tinggi yang ramah lingkungan tidak cukup hanya dilakukan melalui regulasi.
"Selain itu (melalui regulasi), kita juga harus mendorong perubahan perilaku ramah lingkungan. Dan sekarang saat yang tepat untuk berubah," katanya.
Terkait hal itu, Berry mengaku sependapat dengan pernyataan Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RM Karliansyah bahwa semua elemen harus mempertahankan perilaku bagus saat pandemi COVID-19, yang berhasil menurunkan emisi gas rumah kaca.
Baca juga: Pemerintah terapkan penggunaan BBM timbal rendah bertahap
Karliansyah, dalam seminar virtual pekan lalu menyebutkan, perilaku bagus yang harus dipertahankan tersebut antara lain dengan menjaga bahan bakar yang lebih ramah lingkungan, memperbaiki manajemen lalu lintas, pengembangan sistem transportasi massal, dan pengembangan hutan kota.
Senada dengan itu Berry menyatakan, penurunan emisi gas rumah kaca juga sangat berdampak baik bagi kesehatan, termasuk kesehatan sistem pernafasan dan hal itu bisa menjadi modal ketahanan tubuh dalam melawan pandemi COVID-19.
Untuk itu, dengan terbiasa menggunakan BBM ramah lingkungan, diharapkan bisa berkembang menjadi pola hidup ramah lingkungan. Jika menjadi kebiasaan diharapkan bisa mereduksi faktor pencemaran lingkungan, terutama di kota-kota besar, termasuk Pulau Jawa dan Bali," kata dia.
Baca juga: Mesin modern perlu BBM oktan tinggi
Pewarta: Subagyo
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2020
Tags: