Siswa Bantul berinovasi kembangkan alat perangkap hama wereng tanaman
13 Juni 2020 19:37 WIB
Siswa SMKN 1 Pundong Bantul memasang alat perangkap hama wereng pada lahan pertanian sawah. Alat dengan sinar ultraviolet itu merupakan inovasi siswa dengan bimbingan guru sekolah tersebut. (Foto ANTARA/Hery Sidik)
Bantul (ANTARA) - Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Pundong, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, berinovasi mengembangkan alat perangkap hama wereng pada tanaman pangan guna membantu memudahkan petani mengatasi masalah dalam kegiatan budi daya pertanian.
"Ide membuat alat perangkap hama wereng ini sudah beberapa bulan lalu berawal dari petani yang menemui kesulitan mengatasi hama, kemudian kami berembuk dan mengamati pola hama wereng, sehingga muncul inovasi ini," kata Kepala SMK Negeri 1 Pundong Sutopo di sela ujicoba alat itu di Bantul, Sabtu.
Menurut dia, alat perangkap hama wereng inovasi bersama antara guru dan pelajar SMK tersebut secara umum terdapat komponen lampu yang memancarkan sinar ultraviolet ke bawah mengarah pada ember atau wadah berbahan plastik yang diisi air bercampur detergen.
Cara kerja dari alat perangkap hama wereng tersebut intinya menarik hama wereng yang beterbangan di sekitar areal lahan pertanian untuk mendekat ke sinar ultraviolet saat hari gelap, namun justru wereng terkena tegangan panas dari sinar dan masuk ke air bercampur detergen hingga mati.
"Wereng dan serangga itu setelah diamati ternyata kalau ada sinar datang, nah sinar ultraviolet itu untuk menarik, jadi alat ini bekerja pada saat malam hari, sementara kalau siang (sinar ultraviolet) mati sendiri," katanya.
Dia mengatakan, untuk mengoperasikan alat tersebut menggunakan beberapa komponen, seperti resistor yang berguna memberi tegangan ke rangkaian, dan untuk menyalakan lampu ultraviolet menggunakan komponen yang dapat menyimpan energi solar cel, sehingga otomatis akan mati pada siang hari.
Dia menjelaskan, hingga saat ini alat perangkap hama wereng sudah dibuat sekitar 10 unit oleh para siswa dengan bimbingan guru sekolah, dan diujicobakan dengan dipasang di beberapa titik areal lahan pertanian sekitar sekolah guna mengetahui keefektifan alat inovasi itu.
"Setelah uji coba, ternyata efektif dari jam 18.00 sampai 20.00 WIB itu paling banyak serangga maupun wereng yang terperangkap, jadi dalam satu malam dibiarkan alat bekerja, kemudian pagi hari setelahnya dilihat banyak serangga yang mati di air detergen," katanya.
Sementara itu, guru pembimbing siswa SMKN 1 Pundong Sumarwan mengatakan, alat perangkap ini selain efektif membasmi wereng dan serangga tanaman, juga ramah lingkungan, sebab jika dibandingkan dengan cara petani yang selama ini dilakukan adalah menggunakan pestisida.
"Keunggulan dari alat ini selain ramah lingkungan juga secara fisik praktis bisa dipindah, tidak begitu resiko karena dengan energi solar cel, kalau sudah selesai digunakan bisa disimpan dan dipakai lagi untuk dipasang di tempat berbeda," katanya.
Dia menjelaskan, komponen yang digunakan untuk membuat alat perangkap hama wereng ini mudah didapat di toko elektronik, dalam membuat satu unit lengkap dengan ember berikut biaya pembuatannya dibanderol dengan harga sebesar Rp180 ribu oleh pihak SMKN 1 Pundong.
"Sudah kami pasarkan dengan harga Rp180 ribu per unit, dan sudah banyak yang pesan, jadi kami melatih anak-anak untuk produksi dan dijual. Untuk efektif dalam satu hektare tanaman pangan butuh 12 alat, kalau tanaman sayuran butuh 30 alat per hektare, namun bisa dipindah-pindah," katanya.
"Ide membuat alat perangkap hama wereng ini sudah beberapa bulan lalu berawal dari petani yang menemui kesulitan mengatasi hama, kemudian kami berembuk dan mengamati pola hama wereng, sehingga muncul inovasi ini," kata Kepala SMK Negeri 1 Pundong Sutopo di sela ujicoba alat itu di Bantul, Sabtu.
Menurut dia, alat perangkap hama wereng inovasi bersama antara guru dan pelajar SMK tersebut secara umum terdapat komponen lampu yang memancarkan sinar ultraviolet ke bawah mengarah pada ember atau wadah berbahan plastik yang diisi air bercampur detergen.
Cara kerja dari alat perangkap hama wereng tersebut intinya menarik hama wereng yang beterbangan di sekitar areal lahan pertanian untuk mendekat ke sinar ultraviolet saat hari gelap, namun justru wereng terkena tegangan panas dari sinar dan masuk ke air bercampur detergen hingga mati.
"Wereng dan serangga itu setelah diamati ternyata kalau ada sinar datang, nah sinar ultraviolet itu untuk menarik, jadi alat ini bekerja pada saat malam hari, sementara kalau siang (sinar ultraviolet) mati sendiri," katanya.
Dia mengatakan, untuk mengoperasikan alat tersebut menggunakan beberapa komponen, seperti resistor yang berguna memberi tegangan ke rangkaian, dan untuk menyalakan lampu ultraviolet menggunakan komponen yang dapat menyimpan energi solar cel, sehingga otomatis akan mati pada siang hari.
Dia menjelaskan, hingga saat ini alat perangkap hama wereng sudah dibuat sekitar 10 unit oleh para siswa dengan bimbingan guru sekolah, dan diujicobakan dengan dipasang di beberapa titik areal lahan pertanian sekitar sekolah guna mengetahui keefektifan alat inovasi itu.
"Setelah uji coba, ternyata efektif dari jam 18.00 sampai 20.00 WIB itu paling banyak serangga maupun wereng yang terperangkap, jadi dalam satu malam dibiarkan alat bekerja, kemudian pagi hari setelahnya dilihat banyak serangga yang mati di air detergen," katanya.
Sementara itu, guru pembimbing siswa SMKN 1 Pundong Sumarwan mengatakan, alat perangkap ini selain efektif membasmi wereng dan serangga tanaman, juga ramah lingkungan, sebab jika dibandingkan dengan cara petani yang selama ini dilakukan adalah menggunakan pestisida.
"Keunggulan dari alat ini selain ramah lingkungan juga secara fisik praktis bisa dipindah, tidak begitu resiko karena dengan energi solar cel, kalau sudah selesai digunakan bisa disimpan dan dipakai lagi untuk dipasang di tempat berbeda," katanya.
Dia menjelaskan, komponen yang digunakan untuk membuat alat perangkap hama wereng ini mudah didapat di toko elektronik, dalam membuat satu unit lengkap dengan ember berikut biaya pembuatannya dibanderol dengan harga sebesar Rp180 ribu oleh pihak SMKN 1 Pundong.
"Sudah kami pasarkan dengan harga Rp180 ribu per unit, dan sudah banyak yang pesan, jadi kami melatih anak-anak untuk produksi dan dijual. Untuk efektif dalam satu hektare tanaman pangan butuh 12 alat, kalau tanaman sayuran butuh 30 alat per hektare, namun bisa dipindah-pindah," katanya.
Pewarta: Hery Sidik
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2020
Tags: