Makassar (ANTARA) - Gubernur Sulawesi Selatan Prof HM Nurdin Abdullah, menjelaskan kenaikan angka kurva jumlah positif COVID-19 di daerah itu memang sudah sesuai dengan hasil analisa tim ahli dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM).

Gubernur bersama tim ahli dari FKM dan sosiolog kesehatan masyarakat sudah berkumpul untuk menganalisa tren kenaikan jumlah pasien positif COVID-19 di Sulsel.

"Memang dari seluruh tim, kita sudah menganalisa bahwa prediksi puncak pandemi virus corona di Sulsel itu akan terjadi pada akhir Juni 2020, bahkan melewati. Tapi kalau Kota Makassar puncaknya pekan ketiga itu analisa dari tim kita," kata Nurdin Abdullah di Makassar, Jumat.

Ia menjelaskan, alasan laju kurva begitu tinggi beberapa hari terakhir ini karena tes cepat (rapid test) dan PSC gencar dilakukan. Menurut dia, langkah pengujian itu dianggap sangat efektif mendorong laju kurva COVID-19 dan dengan kecepatan penelusuran kontak saat ini diyakini dapat mengendalikan penularan.

Baca juga: Pembukaan rumah ibadah di Sulsel harus miliki rekomendasi GTPP

Baca juga: Tersangka penjemput paksa jenazah COVID-19 bertambah


"Penelusuran kontak kasus positif ini tentu dapat kita kendalikan cepat, karena setelah kita temukan, kita karantina mereka, terutama yang terpapar COVID-19 tapi tanpa gejala," katanya.

"Ini tentu dapat memutus potensi penyebaran yang lebih luas. Nah, kalau kita lihat memang dibanding pada bulan Maret, pertumbuhan angka positif sekarang ini berada di angka 8 persen dengan waktu penggandaan 8 hari, itu menurut tim ahli kita," lanjutnya.

Ia menjelaskan berbeda dengan angka kasus di awal bulan Maret lalu. Pasalnya, pertumbuhan kasus pada saat itu mencapai 28 persen dengan waktu penggandaan 3 sampai 4 hari.

"Tentu ada PR (pekerjaan rumah) kita dari analisa seluruhnya yang kita lakukan itu ada 30 persen OTG, yang sementara kita telusuri dan kita lacak keberadaannya tentu ini untuk mencegah penularan yang lebih luas," katanya.

Sementara untuk daerah yang memiliki penyebaran paling tinggi saat ini adalah Kota Makassar, diikuti Kabupaten Gowa, Maros dan Luwu Timur.

"Saya ingin sampaikan dari 24 kabupaten kota di Sulsel ini ada 4 kabupaten kota, tentu Makassar menjadi episentrum utama. Terus Kabupaten Gowa, Maros dan terakhir Luwu Timur. Kita bersama-sama dengan seluruh gugus tugas baik dari provinsi maupun kabupaten kota, kita terus melakukan pelacakan (tracking) secara masif," ujarnya.*

Baca juga: PKK Sulsel berdayakan perempuan dan anak di masa pandemi

Baca juga: Gubernur Sulsel: Luwu Timur jadi klaster baru COVID-19