Unhas rekomendasikan 12 penanganan COVID-19 kepada Gubernur Sulsel
12 Juni 2020 19:36 WIB
Rektor Universitas Hasanuddin Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu MA memaparkan 12 rekomendasi penanganan wabah Covid-19 di Sulawesi Selatan kepada Gubernur Sulsel Prof Nurdin Abdullah di Makassar, Jumat,(12/6/2020). ANTARA/HO-Humas Unhas/aa.
Makassar (ANTARA) - Rektor Universitas Hasanuddin Prof Dr Dwia Aries Tina Pulubuhu MA memaparkan 12 rekomendasi para pakar kampus itu terkait penanganan wabah COVID-19 di Kota Makassar dan Provinsi Sulawesi Selatan kepada Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah di Makassar, Jumat.
Rektor Unhas Prof Dwia Aries Tina menyampaikan Unhas terus berupaya untuk terlibat aktif dalam penanganan wabah COVID-19.
Keterlibatan Unhas sesuai kapasitasnya sebagai lembaga pendidikan tinggi dengan berbagai kegiatan yang telah dilakukan dan koordinasi dengan para pakar guna mencari solusi penanganan COVID-19.
Baca juga: FKG-FT Unhas luncurkan e-magic uh1 pembersih aerosol atasi COVID-19
"Kita butuh kerja sama dan koordinasi dengan semua unsur, sebab permasalahan tidak akan selesai jika hanya satu pihak yang terlibat, semua butuh dukungan sesuai dengan kapasitas masing-masing," katanya.
Unhas, lanjutnya, tidak pernah lepas memantau perkembangan COVID-19, khususnya di Makassar. "Kami duduk bersama membahas masalah ini," lanjut Prof Dwia.
Merespons hal tersebut, Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah mengatakan saat ini Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Sulsel bersama pemerintah masih terus melakukan langkah strategis dan mencari terobosan untuk menekan laju penyebaran COVID-19.
"Angka kasus positif tinggi menunjukkan bahwa kita sedang bekerja. Ini hasil dari tes massal, sehingga kita cepat mengambil tindakan bagi warga yang positif untuk memutus rantai penyebaran," kata Nurdin.
Dekan Fakultas Kedokteran Unhas, Prof dr Budu PhD SpM (K) Med menambahkan terkait kesiapan rumah sakit dalam penanganan kasus masih stabil.
Baca juga: Pakar epideomolog: Kelompok muda lebih rentan terpapar COVID-19
Memang terjadi lonjakan pasien, namun masih dalam batas yang dapat dikendalikan. Rumah sakit masih bisa menerima pasien jika sewaktu-waktu terjadi peningkatan kasus setelah melakukan beberapa langkah.
"Data hasil rapat kami terkait jumlah tempat tidur di ruang isolasi RS rujukan, mampu menampung hingga 20 persen jumlah pasien COVID-19. Sesuai data per tanggal 11 Juni, jumlah pasien positif ada 1.515 kasus, 20 persen ini kita kalikan dengan jumlah kasus positif hasilnya ada 303 tempat tidur yang saat ini digunakan. Sementara jumlah tempat tidur di ruang isolasi ada 419," kata Prof Budu.
Beberapa rekomendasi Unhas hasil rapat para pakar sebagaimana dipaparkan oleh Rektor, yakni:
1. Gugus/satuan tugas atau unit lainnya yang memiliki fungsi berkesinambungan harus ada hingga ke struktur pemerintahan terbawah, mulai kecamatan, kelurahan/desa hingga ke ranting ranting RW-RT, sehingga arus dan alur komando intervensi ke masyarakat bisa seragam dan menjangkau semua lapisan masyarakat.
Baca juga: Epidemolog sebut penularan COVID-19 di Sulsel menurun
2. Selain pendekatan struktural, sangat dibutuhkan pendekatan kultural dengan menjunjung tinggi budaya lokal dan karakteristik lingkungan dengan melibatkan para tokoh seperti ulama, tokoh masyarakat, dan pimpinan organisasi kemasyarakatan lainnya.
3. Tim gugus harus mampu mengklasifikasi isu-isu penting dan memetakan persoalan tertentu yang masih resisten dan secara aktif melakukan dialog langsung dengan melibatkan tokoh dan lembaga sosial kemasyarakatan.
4. Menaruh perhatian khusus terhadap masyarakat miskin yang rentan terhadap dampak ekonomi dan dampak penularan COVID-19. Bantuan sosial diutamakan kepada keluarga miskin yang COVID terkonfirmasi (positif) untuk menopang ekonomi keluarga akibat isolasi dan karantina.
5. Pemerintah diharapkan terus membangun kepercayaan (trust) masyarakat dan terus memberikan informasi informasi aktual dan terbarukan (up to date). Informasi kepada masyarakat harus seragam antar komponen pejabat struktural dan disampaikan oleh juru bicara khusus yang ditunjuk.
6. Tim Gugus COVID-19 provinsi perlu didukung oleh tim media yang kuat, lebih paham terhadap suasana terkini dan memiliki jangkauan informasi ke masyarakat yang cepat, tepat dan terpercaya.
Baca juga: SAR Unhas bantu tangani COVID-19 di tiga kecamatan di Makassar
Baca juga: FH Unhas berbagi kebutuhan pokok dan edukasi COVID-19
7. Diperlukan pemeriksaan Rapid/PCR test secara berkelanjutan dan dilakukan secara masif ke seluruh komunitas, baik yang rentan maupun yang berpotensi rentan.
8. Para pelaku ekonomi harus terlibat langsung dalam mempraktekkan pilar-pilar pencegahan COVID-19 ditempat masing-masing (jaga jarak, cuci tangan, pakai masker).
9. Dibutuhkan secara terus menerus informasi pertumbuhan pasar yang semakin membaik agar ke khawatiran masyarakat terhadap krisis ekonomi bisa dicegah.
10. Perlu dilakukan perbaikan dan revisi protokol pengurusan, pemulasaran dan penguburan jenazah COVID-19 dengan mengharmonisasi protokol dari WHO, Kemenkes, persatuan ahli forensik dengan kondisi sosial budaya masyarakat tanpa meninggalkan esensi protokoler kesehatan layanan COVID-19.
11. Memberikan support dan penghargaan kepada para tenaga medis yang terlibat dalam usaha promotif, preventif dan kuratif pada semua layanan kesehatan penderita COVID-19, baik di Rumah Sakit, laboratorium, hotel, dan tempat layanan lainnya (biaya akomodasi, transportasi, dan insentif).
12. Mengambil tindakan tegas terhadap segala hal yang terkait penyebaran isu/hoaks, anjuran kebencian, atau segala tuduhan yang tidak berdasar yang ditujukan kepada petugas gugus, rumah sakit, dan petugas tenaga kesehatan.
Rektor Unhas Prof Dwia Aries Tina menyampaikan Unhas terus berupaya untuk terlibat aktif dalam penanganan wabah COVID-19.
Keterlibatan Unhas sesuai kapasitasnya sebagai lembaga pendidikan tinggi dengan berbagai kegiatan yang telah dilakukan dan koordinasi dengan para pakar guna mencari solusi penanganan COVID-19.
Baca juga: FKG-FT Unhas luncurkan e-magic uh1 pembersih aerosol atasi COVID-19
"Kita butuh kerja sama dan koordinasi dengan semua unsur, sebab permasalahan tidak akan selesai jika hanya satu pihak yang terlibat, semua butuh dukungan sesuai dengan kapasitas masing-masing," katanya.
Unhas, lanjutnya, tidak pernah lepas memantau perkembangan COVID-19, khususnya di Makassar. "Kami duduk bersama membahas masalah ini," lanjut Prof Dwia.
Merespons hal tersebut, Gubernur Sulsel Nurdin Abdullah mengatakan saat ini Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Sulsel bersama pemerintah masih terus melakukan langkah strategis dan mencari terobosan untuk menekan laju penyebaran COVID-19.
"Angka kasus positif tinggi menunjukkan bahwa kita sedang bekerja. Ini hasil dari tes massal, sehingga kita cepat mengambil tindakan bagi warga yang positif untuk memutus rantai penyebaran," kata Nurdin.
Dekan Fakultas Kedokteran Unhas, Prof dr Budu PhD SpM (K) Med menambahkan terkait kesiapan rumah sakit dalam penanganan kasus masih stabil.
Baca juga: Pakar epideomolog: Kelompok muda lebih rentan terpapar COVID-19
Memang terjadi lonjakan pasien, namun masih dalam batas yang dapat dikendalikan. Rumah sakit masih bisa menerima pasien jika sewaktu-waktu terjadi peningkatan kasus setelah melakukan beberapa langkah.
"Data hasil rapat kami terkait jumlah tempat tidur di ruang isolasi RS rujukan, mampu menampung hingga 20 persen jumlah pasien COVID-19. Sesuai data per tanggal 11 Juni, jumlah pasien positif ada 1.515 kasus, 20 persen ini kita kalikan dengan jumlah kasus positif hasilnya ada 303 tempat tidur yang saat ini digunakan. Sementara jumlah tempat tidur di ruang isolasi ada 419," kata Prof Budu.
Beberapa rekomendasi Unhas hasil rapat para pakar sebagaimana dipaparkan oleh Rektor, yakni:
1. Gugus/satuan tugas atau unit lainnya yang memiliki fungsi berkesinambungan harus ada hingga ke struktur pemerintahan terbawah, mulai kecamatan, kelurahan/desa hingga ke ranting ranting RW-RT, sehingga arus dan alur komando intervensi ke masyarakat bisa seragam dan menjangkau semua lapisan masyarakat.
Baca juga: Epidemolog sebut penularan COVID-19 di Sulsel menurun
2. Selain pendekatan struktural, sangat dibutuhkan pendekatan kultural dengan menjunjung tinggi budaya lokal dan karakteristik lingkungan dengan melibatkan para tokoh seperti ulama, tokoh masyarakat, dan pimpinan organisasi kemasyarakatan lainnya.
3. Tim gugus harus mampu mengklasifikasi isu-isu penting dan memetakan persoalan tertentu yang masih resisten dan secara aktif melakukan dialog langsung dengan melibatkan tokoh dan lembaga sosial kemasyarakatan.
4. Menaruh perhatian khusus terhadap masyarakat miskin yang rentan terhadap dampak ekonomi dan dampak penularan COVID-19. Bantuan sosial diutamakan kepada keluarga miskin yang COVID terkonfirmasi (positif) untuk menopang ekonomi keluarga akibat isolasi dan karantina.
5. Pemerintah diharapkan terus membangun kepercayaan (trust) masyarakat dan terus memberikan informasi informasi aktual dan terbarukan (up to date). Informasi kepada masyarakat harus seragam antar komponen pejabat struktural dan disampaikan oleh juru bicara khusus yang ditunjuk.
6. Tim Gugus COVID-19 provinsi perlu didukung oleh tim media yang kuat, lebih paham terhadap suasana terkini dan memiliki jangkauan informasi ke masyarakat yang cepat, tepat dan terpercaya.
Baca juga: SAR Unhas bantu tangani COVID-19 di tiga kecamatan di Makassar
Baca juga: FH Unhas berbagi kebutuhan pokok dan edukasi COVID-19
7. Diperlukan pemeriksaan Rapid/PCR test secara berkelanjutan dan dilakukan secara masif ke seluruh komunitas, baik yang rentan maupun yang berpotensi rentan.
8. Para pelaku ekonomi harus terlibat langsung dalam mempraktekkan pilar-pilar pencegahan COVID-19 ditempat masing-masing (jaga jarak, cuci tangan, pakai masker).
9. Dibutuhkan secara terus menerus informasi pertumbuhan pasar yang semakin membaik agar ke khawatiran masyarakat terhadap krisis ekonomi bisa dicegah.
10. Perlu dilakukan perbaikan dan revisi protokol pengurusan, pemulasaran dan penguburan jenazah COVID-19 dengan mengharmonisasi protokol dari WHO, Kemenkes, persatuan ahli forensik dengan kondisi sosial budaya masyarakat tanpa meninggalkan esensi protokoler kesehatan layanan COVID-19.
11. Memberikan support dan penghargaan kepada para tenaga medis yang terlibat dalam usaha promotif, preventif dan kuratif pada semua layanan kesehatan penderita COVID-19, baik di Rumah Sakit, laboratorium, hotel, dan tempat layanan lainnya (biaya akomodasi, transportasi, dan insentif).
12. Mengambil tindakan tegas terhadap segala hal yang terkait penyebaran isu/hoaks, anjuran kebencian, atau segala tuduhan yang tidak berdasar yang ditujukan kepada petugas gugus, rumah sakit, dan petugas tenaga kesehatan.
Pewarta: Abdul Kadir
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020
Tags: