Polri: Noordin Ubah Penampilan Wajah
19 September 2009 14:03 WIB
Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol. Nanan Soekarna memperlihatkan sejumlah foto sketsa wajah tersangka teroris Noordin M Top yang merupakan warga negara Malaysia (foto kiri) dan foto Noordin M Top setelah proses autopsi dan forensik (foto kanan) saat memberikan keterangan pers di Mabes Polri, Jakarta, Sabtu (19/9). (ANTARA/Widodo S. Jusuf)
Jakarta (ANTARA News) - Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Pol Nanan Soekarna mengemukakan, buronan berbagai kasus terorisme selama sembilan tahun di Indonesia, Noordin M Top yang tewas dalam penyergapan di Solo (Jawa Tengah) pada Kamis (17/9) telah mengubah penampian wajah sehingga susah dikenali.
Dia mengemukakan hal itu dalam jumpa pers di Mabes Polri Jakarta Selatan, Sabtu bersama Kepala Pusat Kedokteran dan Kepolisian Mabes Polri Brigjen Pol Edi Saparwoko.
Menurut Nanan, ketika tewas tertembak di Solo, Noordin telah memelihara jambang dan jenggot yang sangat lebat dan menjadikan bentuk wajahnya amat berbeda dengan gambar-gambar yang disebarkan Polri.
"Dulu, salah satu gambar yang kita sebar ke masyarakat, Noordin hanya punya punya jenggot tipis, tetapi sekarang wajahnya `brewok` banget. Semua telah berubah," katanya.
Menurut dia, sejak tahun 2000, Polri telah membuat sketsa wajah Noordin sebanyak 12 buah yang diduga mirip Noordin M Top dalam berbagai penampilan, termasuk saat memakai topi, berkacamata maupun arah sisir rambut yang berbeda.
"Mungkin saja, Noordin mengikuti pemberitaan sehingga dia memelihara jambang dan jenggot panjang yang berbeda dengan gambar-gambar sebelumnya," kata Nanan.
Terkait dengan hasil uji DNA, Nanan mengungkapkan bahwa hasilnya cocok dengan sampel yang dimiliki Polri. Hasil uji DNA menguatkan hasil identifikasi melalui sidik jari dan data fisik warga negara Malaysia itu.
Sedangkan Edi Saparwoko mengemukakan, proses untuk mendapatkan sampel pembanding DNA yang dimiliki Polri melalui proses panjang. Bahkan Polri datang langsung ke Malaysia.
Menurut dia, Polri pada Juli 2009 telah mengambil sampel DNA dari dua anak, masing-masing wanita berusia tiga tahun dan laki-laki berusia satu tahun yang diduga anak Noordin M Top hasil pernikahan dengan Arina, warga Cilacap (Jawa Tengah).
Pada awal Agustus 2009, tim Polri ke Malaysia untuk mengambil sampel DNA dari istri Noordin dan anak laki-laki Noordin yang berusia 12 tahun, di samping mengambil sidik jari Noordin yang dimiliki Kepolisian Diraja Malaysia.
"Hasilnya adalah dua anak di Cilacap dan satu anak di Malaysia berasal dari ayah yang sama, yaitu Noordin M Top yang tewas di Solo," kata Edi.
Menurut dia, tidak hanya itu saja. Polri juga melakukan uji khusus untuk membandingkan wajah Noordin saat memelihara jambang dan jenggot panjang dengan wajah-wajah lain dan ternyata memiliki kesamaan.
Dia mengemukakan, tiga jenazah lainnya yang ikut tewas bersama Noordin M Top masih dalam proses identifikasi.
Menurut Edi, identifikasi jenazah Noordin didahulukan karena Polri telah memiliki data pembanding yang lengkap. Sedangkan data pembading ketiga jenazah lainnya, belum dimiliki Polri.
Ketiga jenazah itu, adalah Bagus Budi Pranoto alias Urwah, Hadi Susilo dan Aryo Sudarso alias Aji. Bagus berperan merakit bom yang yang diledakkan di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton pada 17 Juli 2009. Demikian juga Aryo Sudarso.
Sedangkan Hadi Susilo berperan menyediakan rumah untuk persembunyian Noordin.
Polri masih menunggu kedatangan ketiga keluarga korban tersebut untuk proses identifikasi sebelum diserahkan kepada pihak keluarga untuk dimakamkan. (*)
Dia mengemukakan hal itu dalam jumpa pers di Mabes Polri Jakarta Selatan, Sabtu bersama Kepala Pusat Kedokteran dan Kepolisian Mabes Polri Brigjen Pol Edi Saparwoko.
Menurut Nanan, ketika tewas tertembak di Solo, Noordin telah memelihara jambang dan jenggot yang sangat lebat dan menjadikan bentuk wajahnya amat berbeda dengan gambar-gambar yang disebarkan Polri.
"Dulu, salah satu gambar yang kita sebar ke masyarakat, Noordin hanya punya punya jenggot tipis, tetapi sekarang wajahnya `brewok` banget. Semua telah berubah," katanya.
Menurut dia, sejak tahun 2000, Polri telah membuat sketsa wajah Noordin sebanyak 12 buah yang diduga mirip Noordin M Top dalam berbagai penampilan, termasuk saat memakai topi, berkacamata maupun arah sisir rambut yang berbeda.
"Mungkin saja, Noordin mengikuti pemberitaan sehingga dia memelihara jambang dan jenggot panjang yang berbeda dengan gambar-gambar sebelumnya," kata Nanan.
Terkait dengan hasil uji DNA, Nanan mengungkapkan bahwa hasilnya cocok dengan sampel yang dimiliki Polri. Hasil uji DNA menguatkan hasil identifikasi melalui sidik jari dan data fisik warga negara Malaysia itu.
Sedangkan Edi Saparwoko mengemukakan, proses untuk mendapatkan sampel pembanding DNA yang dimiliki Polri melalui proses panjang. Bahkan Polri datang langsung ke Malaysia.
Menurut dia, Polri pada Juli 2009 telah mengambil sampel DNA dari dua anak, masing-masing wanita berusia tiga tahun dan laki-laki berusia satu tahun yang diduga anak Noordin M Top hasil pernikahan dengan Arina, warga Cilacap (Jawa Tengah).
Pada awal Agustus 2009, tim Polri ke Malaysia untuk mengambil sampel DNA dari istri Noordin dan anak laki-laki Noordin yang berusia 12 tahun, di samping mengambil sidik jari Noordin yang dimiliki Kepolisian Diraja Malaysia.
"Hasilnya adalah dua anak di Cilacap dan satu anak di Malaysia berasal dari ayah yang sama, yaitu Noordin M Top yang tewas di Solo," kata Edi.
Menurut dia, tidak hanya itu saja. Polri juga melakukan uji khusus untuk membandingkan wajah Noordin saat memelihara jambang dan jenggot panjang dengan wajah-wajah lain dan ternyata memiliki kesamaan.
Dia mengemukakan, tiga jenazah lainnya yang ikut tewas bersama Noordin M Top masih dalam proses identifikasi.
Menurut Edi, identifikasi jenazah Noordin didahulukan karena Polri telah memiliki data pembanding yang lengkap. Sedangkan data pembading ketiga jenazah lainnya, belum dimiliki Polri.
Ketiga jenazah itu, adalah Bagus Budi Pranoto alias Urwah, Hadi Susilo dan Aryo Sudarso alias Aji. Bagus berperan merakit bom yang yang diledakkan di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton pada 17 Juli 2009. Demikian juga Aryo Sudarso.
Sedangkan Hadi Susilo berperan menyediakan rumah untuk persembunyian Noordin.
Polri masih menunggu kedatangan ketiga keluarga korban tersebut untuk proses identifikasi sebelum diserahkan kepada pihak keluarga untuk dimakamkan. (*)
Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009
Tags: