Gorontalo (ANTARA News) - Wali Kota Gorontalo, Adhan Dambea, mengatakan, tradisi "tumbilotohe" atau pasang lampu tradisional di daerah tersebut, bukan merupakan tindakan pemborosan Bahan Bakar Minyak (BBM).

"Tradisi menyalakan lampu minyak tanah pada penghujung Ramadhan, kental dengan nilai agama. Kalaupun banyak BBM yang terpakai, ya itulah risiko melestarikan budaya," katanya, Kamis.

Ia menjelaskan, tradisi itu muncul karena masyarakat Gorontalo pada waktu dulu menyalakan lampu tradisional, untuk menerangi jalan-jalan menuju masjid.

"Saat itu tidak ada listrik, jadi lampu minyak jadi alternatif meskipun waktu itu yang digunakan adalah minyak kelapa," ujarnya.

Dalam setiap perayaan tradisi tersebut, masyarajat secara sukarela menyalakan lampu dan menyediakan minyak tanah sendiri tanpa subsidi dari pemerintah.

Sebanyak 115 kiloliter (KL) minyak tanah disalurkan oleh Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) Cabang Gorontalo, khusus untuk merayakan tradisi itu.

Tradisi tumbilotohe terus berkembang di tengah pro dan kontra di kalangan masyarakat, dan bahkan sering digelar dalam bentuk festival.

Pada tahun 2007, "tumbilotohe" masuk Museum Rekor Indonesia (MURI), karena lima juta lampu menyemarakkan tradisi tersebut.(*)