Hari terburuk Wall Street, Indeks Dow Jones jatuh di atas 1.800 poin
12 Juni 2020 07:46 WIB
Ilustrasi - Para pialang sedang bekerja di lantai Bursa Saham New York, Wall Street, Amerika Serikat. ANTARA/REUTERS/Brendan McDermid/pri.
New York (ANTARA) - Saham-saham di Wall Street melemah tajam pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), dengan Indeks Dow Jones anjlok lebih dari 1.800 poin di tengah aksi jual pasar yang meluas dan semua indeks utama membukukan hari terburuk mereka sejak pertengahan Maret..
Indeks 30-saham unggulan merosot 1.861,82 poin atau 6,9 persen, menjadi ditutup di 25.128,17 poin. Indeks S&P 500 merosot 188,04 poin atau 5,89 persen, menjadi berakhir di 3.002,10 poin. Indeks Nasdaq ditutup anjlok 527,62 poin atau 5,27 persen, menjadi 9.492,73 poin.
Semua 11 sektor utama S&P 500 anjlok, dengan sektor energi dan keuangan masing-masing terpuruk sebesar 9,45 persen dan 8,18 persen, memimpin kerugian sektoral.
Pergerakan itu terjadi ketika kasus Virus Corona meningkat di beberapa negara bagian Amerika Serikat yang dibuka kembali setelah penguncian untuk menahan penyebaran penyakit.
Baca juga: Harga minyak anjlok 8 persen, tertekan kenaikan kasus baru Corona
Lebih dari dua juta kasus COVID-19 dikonfirmasi telah dilaporkan di Amerika Serikat, dengan lebih dari 113.000 kematian pada Kamis sore (11/6/2020), menurut Pusat Sains dan Teknik Sistem (CSSE) di Universitas Johns Hopkins.
Para investor juga mencerna kebijakan moneter terbaru Federal Reserve (Fed) dan perkiraan suramnya untuk ekonomi AS.
The Fed pada Rabu (10/6/2020) mempertahankan suku bunga acuannya tidak berubah pada level rekor terendah mendekati nol di tengah meningkatnya dampak dari resesi yang diinduksi COVID-19, dan mengindikasikan suku bunga akan tetap pada level saat ini hingga setidaknya 2022.
Dalam data ekonomi, klaim pengangguran awal AS mencatat 1,542 juta pada pekan yang berakhir 6 Juni, karena pandemi terus membebani pasar tenaga kerja, Departemen Tenaga Kerja melaporkan pada Kamis (11/6/2020). Level minggu sebelumnya direvisi lebih tinggi menjadi 1,897 juta.
Baca juga: Dolar dan yen menguat, dipicu aksi jual saham dan "outlook" suram Fed
Baca juga: Harga emas "rebound," naik 19,1 dolar di tengah aksi jual saham global
Indeks 30-saham unggulan merosot 1.861,82 poin atau 6,9 persen, menjadi ditutup di 25.128,17 poin. Indeks S&P 500 merosot 188,04 poin atau 5,89 persen, menjadi berakhir di 3.002,10 poin. Indeks Nasdaq ditutup anjlok 527,62 poin atau 5,27 persen, menjadi 9.492,73 poin.
Semua 11 sektor utama S&P 500 anjlok, dengan sektor energi dan keuangan masing-masing terpuruk sebesar 9,45 persen dan 8,18 persen, memimpin kerugian sektoral.
Pergerakan itu terjadi ketika kasus Virus Corona meningkat di beberapa negara bagian Amerika Serikat yang dibuka kembali setelah penguncian untuk menahan penyebaran penyakit.
Baca juga: Harga minyak anjlok 8 persen, tertekan kenaikan kasus baru Corona
Lebih dari dua juta kasus COVID-19 dikonfirmasi telah dilaporkan di Amerika Serikat, dengan lebih dari 113.000 kematian pada Kamis sore (11/6/2020), menurut Pusat Sains dan Teknik Sistem (CSSE) di Universitas Johns Hopkins.
Para investor juga mencerna kebijakan moneter terbaru Federal Reserve (Fed) dan perkiraan suramnya untuk ekonomi AS.
The Fed pada Rabu (10/6/2020) mempertahankan suku bunga acuannya tidak berubah pada level rekor terendah mendekati nol di tengah meningkatnya dampak dari resesi yang diinduksi COVID-19, dan mengindikasikan suku bunga akan tetap pada level saat ini hingga setidaknya 2022.
Dalam data ekonomi, klaim pengangguran awal AS mencatat 1,542 juta pada pekan yang berakhir 6 Juni, karena pandemi terus membebani pasar tenaga kerja, Departemen Tenaga Kerja melaporkan pada Kamis (11/6/2020). Level minggu sebelumnya direvisi lebih tinggi menjadi 1,897 juta.
Baca juga: Dolar dan yen menguat, dipicu aksi jual saham dan "outlook" suram Fed
Baca juga: Harga emas "rebound," naik 19,1 dolar di tengah aksi jual saham global
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020
Tags: